Jumat, 28 November 2014

Gairah Murni Kehidupan

Banyak orang bermimpi melakukan hal-hal besar, tetapi tidak pernah menyaksikan hal-hal besar itu menjadi kenyataan. Hanya sedikit orang arif yang tidak tergoda
untuk melakukan hal-hal besar, tetapi mereka melakukan segala sesuatu termasuk hal-hal paling kecil dengan gairah yang besar.

Apa yang membuat Anda kurang bersemangat atau sedang bersemangat? Apa yang membuat batin bergairah atau tidak bergairah? Bukankah batin yang menemukan objek yang menyukakan hati membuatnya bergairah, dan objek yang tidak menyukakan hati membuatnya tidak bergairah?

Setiap Hari adalah Mahakarya

Tak pernah terpikir, aku akan pindah kembali ke rumah orangtuaku setelah lulus dari sekolah tinggi.

Malah sebenarnya, selama melanjutkan kuliah, aku mengatakan pada diri sendiri bahwa pindah dari budaya metropolitan Los Angeles yang menarik ke kamar tidur masa kecilku di sebuah kota pantai yang kecil bukanlah pilihan.

Maka, aku mengajukan beasiswa. Aku melamar ke universitas-universitas di berbagai penjuru negeri. Empat bulan kemudian, kotak suratku dipenuhi dengan surat penolakan.

Melihat Tanpa Tabir Pikiran

Orang memiliki mata untuk melihat. Tetapi kebanyakan orang tidak sungguh melihat secara utuh apa yang dilihatnya, karena orang melihat lebih cepat melalui pikirannya atau gambarannya daripada dengan mata dan batinnya yang polos.

Marilah kita lihat bersama kebiasaan umum kita melihat. Ketika kita melihat suatu objek, misalnya lukisan tertentu di depan kita, kita cenderung melihat melalui gambaran-gambaran yang sudah ada di benak kita. Lalu kita berpikir, menilai, mengapresiasi objek yang baru saja kita lihat.
 

Bejana Tanah Liat

William, penasihat kerajaan yang disegani karena bijaksana. Raja sangat memerhatikan perkataan dan nasihatnya. Wajahnya yang buruk dengan tubuh yang bungkuk membuat putri raja mengejeknya, "Jika engkau bijaksana, beritahu aku, mengapa Tuhan menyimpan kebijaksanaan-Nya dalam diri orang yang buruk rupa dan bungkuk."

William balik bertanya, "Apakah ayahmu punya anggur?"

"Semua orang tahu, ayahku punya anggur terbaik. Pertanyaan bodoh macam apa itu?" sahut putri raja dengan sinis.

"Di mana ia menaruh anggur itu?" tanya William lagi.

"Pastilah di dalam bejana tanah liat," jawab putri raja.

William tertawa. "Seorang raja yang kaya akan emas dan perak seperti ayahmu menggunakan bejana tanah liat untuk menyimpan anggur terbaiknya?"

Menghadapi Tantangan dengan Kearifan

Setiap hari kita menghadapi berbagai persoalan atau tantangan di keluarga, tempat kerja, organisasi, dan lingkungan. 

Ada masalah yang kecil atau besar, ada masalah ringan atau berat. Masalah-masalah itu bisa membuat kita pusing; kalau kita ingin berbuat sesuatu, tetapi tidak tahu harus berbuat apa. Pengetahuan yang kita kumpulkan selama hidup, rasanya selalu tidak cukup untuk bisa menjawab setiap tantangan yang datang.

Diam

Bagi orang asli Afrika, diam bukanlah sesuatu yang pasif atau vakum, juga bukan suatu keadaan tanpa kata dan pembicaraan; melainkan suara aktif dan positif yang mendorong pemikiran serta refleksi yang dapat meningkatkan mutu pembicaraan selanjutnya.

Dalam diam-lah, refleksi konstruktif tentang diri sendiri, nilai, dan makna hidup dimungkinkan.

Sementara itu, suara dianggap sebagai kebalikan. Suara membuat kita mengabaikan milik kita yang paling berharga, yaitu waktu dan diri kita yang sejati.

Ilusi tentang Cinta

Setiap orang mendambakan cinta supaya bahagia. Tetapi cinta yang didambakan bukanlah Cinta yang sesungguhnya. Bagaimana mungkin Cinta menjadi objek keinginan, dan Anda sungguh bahagia dengan terpenuhinya keinginan? Bagaimana mungkin mencintai orang lain, kalau Anda membutuhkan cinta untuk memenuhi kebutuhan psikologis Anda?

Barangkali Anda memiliki seseorang yang Anda cintai dan Anda berdua merasa sama-sama cocok. "Kami belajar untuk saling menerima kelemahan dan kelebihan masing-masing. Terlebih kami belajar untuk saling memuaskan. Aku belajar untuk memenuhi kebutuhannya dan dia belajar untuk memenuhi kebutuhanku."

Pergumulan Batin

Kebanyakan orang memiliki pergumulan batin yang berlarut-larut. Orang bergumul dengan rasa bersalah, terluka, sakit hati, dendam, khawatir, gelisah, benci, malas, bosan, takut, kelekatan, ,konflik, ambisi, dan seterusnya. Setiap daya upaya seperti menolak, membuang, menekan, mengalihkan, mengatasi, melupakan, tidak mau tahu, atau lari daripadanya; justru menjauhkan pemahaman langsung akan pergumulan yang dihadapi. Karena itu, pergumulan batin perlu dipahami secara langsung, tanpa daya upaya.
Pergumulan sering mendera batin yang biasa memupuk harapan atau cita-cita. Batin yang selalu mencari kenikmatan, selalu mencari kepastian, selalu mencari kepuasan, selalu ingin berbuat baik atau tampil sempurna, biasanya hidup dalam ketegangan terus-menerus. Cita-cita psikologis, gagasan-gagasan psikologis, atau harapan-harapan psikologis justru menciptakan ketegangan dalam menjalani kehidupan.

Pilihan Hidup



Jose Mujica
Sebagian besar politisi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, biasanya memiliki gaya hidup yang sangat berbeda dengan rakyat pemilihnya: tinggal di rumah mewah, pakaian mahal, mobil mewah, dan gaji besar. Namun, semua hal itu tidak berlaku bagi Presiden Uruguay, Jose Mujica. Sejak dilantik menjadi presiden pada 2010 lalu, politisi berusia 77 tahun ini layak mendapat gelar presiden termiskin di dunia.

José Alberto Mujica Cordano, nama lengkapnya, mendonasikan 90 persen gajinya setiap bulan, yaitu 12.000 dollar AS atau hampir Rp 120 juta, untuk rakyat miskin dan pengusaha kecil. Ia sendiri setiap bulan hanya menerima kurang dari Rp 800.000.


Tak hanya itu, ia juga menolak tinggal di kediaman resmi kepresidenan di ibu kota, Montevideo. Mujica lebih memilih tinggal di tanah pertanian di luar ibu kota. Bahkan, jalan menuju kediaman Mujica belum dilapisi aspal.

Harga Sebuah Keajaiban

Sally, 8 tahun, mendengar orangtuanya sedang berbicara tentang adik lelakinya, Georgi, yang sedang sakit parah dan perlu dioperasi. Namun, mereka tidak punya biaya untuk itu. Sally mendengar ayahnya berkata, "Hanya keajaiban yang bisa menyelamatkan Georgi."

Sally mengambil kotak tabungan dan menghitung semua uangnya. Ia lalu pergi ke apotek. "Apa yang kamu perlukan?" tanya apoteker.

"Adik saya sakit. Saya mau membeli keajaiban. Kata ayah, hanya keajaiban yang bisa menyelamatkan nyawa adik saya. Berapa harganya?" ujar Sally.

Memahami Gerak Keinginan

Setiap orang memiliki keinginan dan tidak ada kehidupan manusia tanpa keinginan. Kita memiliki banyak keinginan. Misalnya, keinginan memperoleh sandang, pangan, papan; keinginan menguasai, memiliki, merasa aman, bahagia; keinginan menjadi lebih baik, sabar, rendah hati; keinginan hidup kekal, dan seterusnya.

Apa itu keinginan? Keinginan muncul ketika kita memiliki gambaran tentang sesuatu di luar atau di dalam batin dengan segala sensasi yang ditimbulkan. Sensasi fisikal akan mudah berkembang menjadi sensasi psikologis, setelah pikiran mengembangkan imajinasi.

Impian Siapa?

Wilson dan Graham
Dalam buku otobiografinya, Just as I am, Billy Graham (94 tahun), penginjil asal Amerika Serikat, mengakui bahwa pelayanannya dan segala yang telah dicapainya selama ini adalah berkat bantuan orang-orang yang bermitra dengannya.

Selama lebih dari setengah abad, salah satu orang penting dalam tim pelayanan Billy Graham adalah sahabatnya, Thomas Walter Wilson. Ketika masih muda, Graham sudah mengenal Wilson yang digambarkannya sebagai orang besar yang sedikit kasar. Tetapi Wilson telah terlatih dalam pelayanan dan menjadi pewarta Injil yang efektif.

Konflik dan Ketegangan dalam Hubungan


Kita terlibat dalam banyak hubungan dengan sesama: hubungan pasangan suami-istri, hubungan anak dan orangtua, hubungan keluarga, hubungan kerja, hubungan pertemanan, hubungan dalam masyarakat, dan seterusnya.

Apa yang kita cari dalam setiap hubungan? Setiap hubungan memiliki tingkat kedalamannya sendiri. Tetapi ada ciri yang sama dalam setiap hubungan. Pada umumnya lewat hubungan orang mencari rasa aman, kenikmatan, kepuasan, atau pemenuhan atas suatu kebutuhan. Selama kebutuhan terpenuhi, maka hubungan kita pertahankan.

Kalau hubungan menimbulkan rasa tidak aman, kesakitan, ketidakpuasan, maka kita memutus tali hubungan. Kemudian kita mencari pemenuhan kebutuhan dalam hubungan dengan yang lain. Begitulah seterusnya. Setiap hubungan dibentuk, dipertahankan, atau diputus berdasarkan motif pemenuhan kebutuhan dari pihak-pihak yang saling berhubungan.

Kesendirian

Bayangkanlah sebuah kolam. Pada hari tenang, permukaannya tampak seperti cermin: memantulkan birunya langit, gulungan awan-awan, dan cerahnya matahari.

Tetapi, keadaan segera berubah ketika kolam terganggu oleh goncangan, misalnya sekelompok anak yang meloncat ke dalam kolam. Permukaan kolam menjadi beriak, berombak. Air di bawah permukaan dipenuhi gelembung dan digelapkan lumpur.

Dalam banyak hal, kehidupan kita sangat mirip kolam. Ketika suasana diam, Anda akan dapat memandang sampai ke dasar, melihat gerakan atau perubahan sekecil apa pun. Namun, ketika keadaan bergejolak, segala sesuatu tampak kabur dan terhalang.

Perjalanan ke Dalam Hati

Ada satu tempat yang sangat jarang dikunjungi manusia. Tempat ini bernama hati."

Berbagai masalah yang kita hadapi sebenarnya berakar dari tiadanya hati yang bersih. Hati yang dimaksud bukanlah bentuk fisik berupa sepotong daging dalam tubuh kita, tetapi sesuatu yang amat halus, lembut, tidak kasat mata, dan bersifat spiritual.

Hati adalah tempat bertanya. Hati adalah cermin. Hal-hal terpuji akan membuat hati mengkilap dan cemerlang. Sementara hal-hal tercela akan membentuk asap hitam yang sedikit demi sedikit menumpuk dan membuat hati menjadi gelap.

Esensi Kehidupan

Cobalah Anda renungkan, bukankah pertengkaran, perselisihan, dan peperangan yang terjadi di dunia ini semuanya bersumber dari keinginan kita untuk meminta sesuatu dari orang lain. Kita suka meminta, tetapi sayangnya kita tak suka memberi.

Di rumah, kita minta perhatian pasangan kita, minta anak-anak memahami kita, minta pembantu melayani kita. Di tempat kerja, kita minta bantuan bawahan, minta pengertian rekan sejawat, dan minta gaji tinggi pada atasan. Di masyarakat, mereka yang mengaku sebagai pemimpin minta kesabaran masyarakat, minta masyarakat hidup sederhana dan mengencangkan ikat pinggang.

Berbagi dalam Segalanya

Pasangan tua ini masuk ke restoran McDonald's pada suatu sore di musim dingin. Mereka mencari tempat di antara beberapa keluarga dan pasangan muda yang tengah makan di sana. Sang wanita menggandeng suaminya dan suaminya memandangnya dengan penuh kasih. Semua orang tahu, mereka tentu telah lama sekali menjadi pasangan.

Sang pria tua itu lalu berjalan menuju ke counter, memesan dan membayar. Pasangan ini duduk di meja bagian belakang dan mulai mengambil makanan dari nampan: satu burger, satu french fries, dan segelas minuman.

Para pengunjung lain mulai memerhatikan, saat sang pria membuka bungkus burger, dengan hati-hati membaginya menjadi dua, dan meletakkan separuh roti itu di depan istrinya.

Sukacita

Setiap kita mengalami kesedihan dan penderitaan dalam hidup. Tidak ada yang bisa lolos dari hal itu, meskipun para "suhu" pertolongan-diri mengajarkan kepada kita bahwa kita dapat mengatasi apa pun dengan sikap mental yang benar.

Apabila Anda ingin mengalami sukacita yang mendalam, janganlah mencari kesenangan dari hiburan yang hanya sebatas kulit atau perlindungan semu atas segala tragedi. Melainkan, carilah perspektif Ilahi yang memberi kita kejelian untuk membedakan antara yang cepat berlalu dengan yang abadi, antara yang dangkal dengan yang mendalam.

Kelekatan dan Penderitaan


Ketika penderitaan datang, sering kali orang menyalahkan situasi, orang lain, atau diri sendiri. Apa salahnya kalau Anda menderita? Penderitaan adalah sifat hakiki dari eksistensi kita sebagai manusia. Tetapi kita sering menolak penderitaan. Kita sering bertanya, “Mengapa aku menderita?” “Aku merasa penderitaanku paling berat.” “Mengapa orang lain tidak menderita seberat aku?”
Kita berpikir, “Kalau aku tidak berbuat ini atau itu, mungkin aku tidak menderita.” Kita sering berpikir, “Kalau aku melakukan ini atau itu atau memiliki ini atau itu, barangkali aku akan bahagia.” Penderitaan dan kebahagiaan itu seperti ayunan bandul yang terus bergerak, datang silih berganti.  Seolah-olah dualitas ini merupakan kenyataan hidup.

Menemukan Yang Paling Penting

Setelah mengikuti pelatihan kepemimpinan tentang "Apa yang Paling Penting," seorang eksekutif mengirim surat ke kantor Franklin Covey di Amerika Serikat. Isinya cukup menggugah, saya menuliskan kutipannya untuk Anda.

"Saya mengikuti pelatihan Anda setahun lalu. Sebelumnya saya tidak sadar bahwa apa yang saya lakukan setiap hari haruslah didasarkan pada nilai-nilai saya. Selesai pelatihan, saya mulai menyelami nilai-nilai saya, mencari apa yang terpenting bagi saya. Dalam proses kontemplasi itu, saya menemukan bahwa satu hal terpenting adalah anak lelaki saya yang berusia 8 tahun. Saya sadar, saya belum melakukan apa-apa untuknya. Karena itu, sejak tahun lalu saya putuskan mencurahkan perhatian untuknya."

Tuhan dalam Bahasa Cinta

Suatu hari, seorang guru kebijaksanaan menyuruh setiap muridnya membeli seekor ayam, lalu menyembelih ayam itu di tempat tersembunyi yang tidak bisa dilihat siapa pun.

Sang guru berpesan, agar murid-muridnya kembali dengan membawa ayam sembelihan sebelum matahari terbenam.

Saat mereka kembali sore hari, semua murid membawa ayam sembelihan. Namun, murid termuda kembali dengan membawa seekor ayam yang masih hidup. Sang guru bertanya, bagaimana cara mereka menyembelih ayam? Seorang murid  mengatakan, ia membawa ayam ke dalam rumah, menutup pintu, dan menyembelihnya. Murid lain pergi ke tempat gelap dan terpencil dalam hutan, lalu menyembelih ayam di sana.

Ke-aku-an

Seekor burung gagak sambil berkoak-koak terbang dari utara ke selatan. Di tengah perjalanan ia merasa capek dan hinggap di dahan sebuah pohon besar untuk beristirahat. Ternyata, ada seekor burung merpati juga sedang beristirahat di situ.

"Engkau datang dari mana dan mau ke mana?" tanya burung merpati.
"Aku dari utara mau ke selatan, karena semua orang di utara tidak suka mendengar suaraku," jawab burung gagak dengan kesal.

Pendekatan Berbeda

Kita banyak menghabiskan masa hidup kita dengan menempatkan diri di tengah kontradiksi besar. Di satu pihak kita memiliki rasa yang kuat tentang mana yang benar dan mana yang salah.

Kita merasa heran, mengapa banyak orang tidak menanggung akibat dari perbuatan mereka? Mengapa si penjahat kembali ke jalan untuk merampok? Mengapa sang politikus licik bisa berulang kali terpilih kembali? Mengapa si pengusaha curang bisa menjadi sangat kaya?

Di pihak lain, apabila Anda seperti saya, Anda sering melanggar aturan-aturan "kecil" seperti batas kecepatan kendaraan dan nilai moral Anda sendiri, lalu memohon pada penguasa untuk membebaskan Anda. Dengan kata lain, kebanyakan kita menginginkan balasan setimpal bagi orang lain dan pengampunan bagi kita sendiri.

Kesadaran

Dalam kehidupan sehari-hari, pernahkah Anda melakukan atau mengatakan sesuatu, kemudian menyesalinya? Anda bahkan tak habis pikir, mengapa Anda bisa melakukan atau mengatakan hal tersebut.

Banyak permasalahan yang kita hadapi terjadi semata-mata karena kurangnya kesadaran pada saat kita melakukannya. Anda baru sadar telah bercanda tidak pada tempatnya, begitu ada kawan yang merasa terluka; Anda baru sadar telah bertindak kasar, setelah orang lain sakit hati; Anda baru sadar telah berbohong, setelah hal itu menimbulkan masalah.

Cinta dan Perkawinan


Sepasang suami istri yang menyamakan Cinta dengan rasa-perasaan akan mudah terjebak dalam kebingungan. Saat rasa cinta membara, orang merasa bahagia. Saat rasa cinta lenyap, orang tidak lagi bahagia. Lalu apa yang dilakukan? Memutus tali perkawinan atau berupaya dengan berbagai cara untuk menghidupkan kembali rasa cinta seperti semula? 

Sekalipun Anda berjuang untuk menghidupkan cinta, Anda tidak akan menemukannya. Cinta sejati bukanlah rasa-perasaan emosional yang bisa dipupuk, bukan hasil pencarian, bukan pula hasil pergulatan. Cinta bukanlah sesuatu yang bisa Anda ciptakan atau bisa diberikan oleh orang lain. Cinta tidak bisa diperbarui, karena ia selalu baru. Ia bukan kelanjutan dari yang lama. Ia bukan kenangan dari ingatan masa lampau atau impian masa depan.

Berjuanglah dan Pasrahlah

Pasrah tidak sama dengan menyerah. Pasrah justru sebuah sikap proaktif, perjuangan habis-habisan untuk melakukan apa pun yang bisa kita lakukan, sekaligus menyadari akan adanya suatu kekuatan yang bekerja di luar kontrol kita.

Untuk bersikap pasrah, pertama-tama Anda perlu mengetahui apa yang bisa diubah dan yang tak bisa diubah. Apa pun masalah yang Anda hadapi, masukkan ke salah satu dari tiga kategori: hal yang dapat Anda kontrol, hal yang tidak dapat Anda kontrol tapi dapat Anda pengaruhi, dan hal yang berada di luar kontrol Anda.

Terima Apa Adanya

Pemikiran subjektif seseorang tidak mungkin mampu mengubah keadaan objektif yang sudah menjadi kenyataan. Oleh karena itu, jangan memaksakan kehendak secara subjektif untuk mengubah keadaan objektif. Terimalah apa adanya.

Semua orang punya talenta dan kemampuan masing-masing yang terbatas. Kemampuan kecil jangan dipaksakan melakukan pekerjaan besar di luar kapasitasnya. Kalau hanya mampu mengangkat benda seberat 20 kg, jangan memaksakan diri membawa benda 40 kg.

Jurnal Syukur

Dengan kepala tertunduk, aku menyusuri jalan di taman. Aku tak ingin berada di sini. Aku hanya ingin kembali ke tempat tidur. Depresi mengisap seluruh semangat hidupku. Dokter telah meresepkan antidepresan dan memberi sejumlah usulan untuk mengeluarkanku dari kemurungan, salah satunya berjalan-jalan di taman.

Apa yang bisa aku syukuri? Cuaca indah? Aku bahkan tidak memerhatikannya. Frustasi, aku memandang dengan tatapan kosong, sampai pandanganku membentur jurnal yang sudah lama kubiarkan. Aku terdorong memungutnya. Telah menjadi kebiasaanku untuk menulis dalam jurnal ketika aku pulang dari berjalan kaki.

Jangan Tertidur

Untuk bisa menikmati hidup, hal terpenting yang perlu Anda lakukan adalah menjadi SADAR. Inti spiritualitas ialah kesadaran. Namun, banyak orang menjalani hidup ini dalam keadaan "tertidur."

Analoginya seperti orang terkena hipnotis. Anda tahu di mana menyimpan uang dan nomor PIN Anda. Anda menyerahkan uang Anda pada orang tak dikenal. Anda tahu, tetapi tidak sadar. 

Menyadari berbeda sekali dengan mengetahui. Anda tahu berolah raga penting untuk kesehatan, tetapi Anda tidak melakukannya. Anda tahu berselingkuh dapat menghancurkan keluarga, tetapi Anda tak dapat menahan godaan. Itu contoh tahu tetapi tidak sadar.

Tahu Cukup


Ada seorang pedagang kecil yang pandai membuat tahu dan menjualnya. Tahunya terkenal lezat, dalam setengah hari saja semua tahu terjual habis. Setelah makan malam bersama keluarga, ia duduk santai di halaman rumah sambil memainkan rebab. Ia menikmati hidupnya yang dirasa cukup.

Suatu hari datang seorang yang punya modal. Pedagang kecil itu ingin memperbesar usahanya. Ia tergoda dan bermimpi menjadi orang kaya. Setelah modal ditambah, skala produksi tahu jadi lebih besar dan karyawan lebih banyak.

Buat Apa Berlapar-lapar Puasa?

Puasa merupakan fenomena sosial yang sangat penting. Puasa bukan hanya ada dalam ajaran Islam, tetapi juga ajaran agama lain dengan cara berbeda-beda. Dalam ajaran Islam, puasa menjadi hal khusus karena dilakukan sebulan penuh, yaitu sepanjang bulan Ramadhan.

Pertanyaan paling penting dalam ibadah puasa ialah, "Apakah yang dapat kita capai dengan berpuasa?" "Mengapa kita harus repot-repot berpuasa?" "Buat apa berlapar-lapar puasa?"

Jawaban normatif dari pertanyaan ini ialah supaya kita menjadi manusia yang bertakwa. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan hal berbeda. Banyak orang yang berpuasa, tetapi korupsi jalan terus. Kita juga kerap menyaksikan orang-orang kembali ke perilaku yang buruk setelah Ramadhan berakhir.

Menguji Kerendahan Hati


Teman Anda memenangi wisata gratis ke Pulau Karibia. Apakah Anda merasa senang karenanya, atau Anda kesal karena hal itu tidak terjadi pada Anda?

Seorang rekan di kantor mendapat kenaikan pangkat. Apakah Anda menyelamatinya, tetapi sesungguhnya Anda geram karena Anda merasa Anda-lah yang berhak memperoleh kenaikan pangkat itu?

Seorang teman yang kadang bersaing dengan Anda dalam profesi memenangi sebuah penghargaan. Apakah Anda gembira atas keberhasilannya, atau Anda khawatir Anda akan tersingkir?

Keindahan di Tengah Kehancuran

Sudah empat tahun aku bekerja di perusahaan ini, tiba-tiba bos memintaku menghadap ke Bagian Personalia bersamanya. Belum ada jadwal untuk kenaikan gaji atau pangkat. Satu-satunya alasan logis adalah karena aku akan dipecat.

"Ini selalu sulit dilakukan, tetapi kami perlu membebaskanmu," kata bos kepada petugas perempuan yang sebelumnya menandatangani kontrak kerjaku. Air mata yang sudah kutahan muncul ke permukaan. Mereka memandangku dengan kesedihan yang simpatik. Mereka tidak menyadari, ini adalah air mata kelegaan, kegembiraan yang lepas!

Bebas Keterkondisian

Marilah kita melihat keterkondisian kita. Ada keterkondisian tubuh, ada keterkondisian batin. Tubuh kita terkondisi oleh berbagai hal dan terbiasa bereaksi menurut keterkondisiannya. Misalnya, orang tidak begitu saja mudah mengubah pola makan dari nasi ke umbi-umbian, kalau bertahun-tahun tubuh sudah terbiasa mengonsumsi bulir-bulir nasi. 

Anda bisa mengamati bagaimana tubuh Anda memiliki mekanisme perlindungan diri, ketika menghadapi cuaca panas atau dingin, menghadapi sesuatu yang mengancam, dan seterusnya. Keterkondisian fisiologis pada tingkatan tertentu kita butuhkan dan itu wajar, agar tubuh bisa bekerja secara efektif dan efisien.

Sementara itu, batin kita terkondisi oleh berbagai ingatan psikologis dalam bentuk pengalaman, pengetahuan, tradisi, ajaran, agama, ketakutan, harapan, ingatan akan kenikmatan dan kesakitan, rasa suka dan tidak suka, dan seterusnya.

Menanti dengan Senyum

Aku tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu. Aku pergi ke dokter gigi untuk membersihkan gigi secara rutin. Petugasnya ramah dan gembira seperti biasa. Setelah selesai, aku ke kamar mandi.

Saat membuka pintu kamar mandi dan berjalan ke lobi, ruangan jadi sangat hening dan gelap. Saat itulah aku menyadari, aku seorang diri dan kemungkinan petugasnya sedang keluar makan siang. Aku akan keluar sendiri, tidak masalah. Ternyata pintu tidak mau membuka. Aku agak panik, tetapi berpikir bahwa aku hanya perlu menyibukkan diri sampai mereka kembali.

Dari Kewajiban Menjadi Kebutuhan

Pendekatan terhadap puasa sekadar sebagai kewajiban, menurut saya kurang tepat. Benar bahwa berpuasa itu hukumnya wajib. Tetapi, coba kita pikirkan secara mendalam, apa yang terkandung di balik kata "kewajiban"? Ada sebuah tekanan dari luar, bukan? Berpikir kewajiban adalah berpikir dengan pola outside-in approach (dari luar ke dalam). Pendekatan ini relatif sulit diterima orang secara maksimal.

Bayangkan saat Anda masih kanak-kanak. Misalnya waktu itu Anda sulit makan. Tentu saja orangtua Anda akan cemas dan memaksa Anda makan. Makan menjadi kewajiban. Ada tekanan dari luar yang mengharuskan Anda makan. Namun, setelah kita dewasa, kondisinya berbeda. Makan berubah menjadi kebutuhan. Keinginan untuk makan sekarang berasal dari dalam, bukan dari luar. Ini namanya pendekatan inside-out. 

Kita pun perlu mengubah paradigma puasa dari kewajiban menjadi kebutuhan. Manusia senantiasa berpikir dengan pola - apa manfaatnya bagi saya? Suatu perbuatan yang tidak dipahami manfaatnya, tak akan berhasil mengubah orang. Walaupun dilakukan berulang-ulang, perbuatan itu tak akan berdampak. Orang hanya melakukan ritual seperti robot, namun tak memahami esensinya.

Kekuatan Mark

Aku bukan sedang berbicara tentang fenomena supernatural. Aku tak bisa membuat kursi melayang atau sesuatu seperti itu. Tetapi aku sedang membicarakan suatu karunia khusus yang telah kuterima dari putraku beberapa tahun setelah ia meninggal.

Mark adalah putra terkecil dari dua putraku. Perbedaan usia antara Brian dan Mark kurang dari dua tahun. Saat masih kecil, mereka selalu bersama-sama. Menjelang usia remaja, mereka mengembangkan minat dan identitas berbeda. 

Mark tumbuh menjadi pemuda yang menarik diri dan pendiam.  Dengan tinggi tubuh lebih dari dua meter dan berat 87,5 kg, Mark bisa langsung memasukkan bola basket dan mengangkat beban 200 kg.

Ketenteraman Batin

"Bagaimana Ayah mampu menahan diri, tidak pernah minum lagi selama hampir dua puluh tahun?" Setelah hampir 20 tahun, barulah saya memberanikan diri mengajukan pertanyaan yang sangat pribadi itu.

Ketika Ayah memutuskan untuk berhenti menenggak minuman keras, mulanya seluruh keluarga langsung cemas, pada saat Ayah menghadapi situasi yang akan menyebabkan ia mulai minum lagi. Selama beberapa tahun kami tak berani menyinggung persoalan itu, khawatir malah akan menyebabkan ia kembali ke kebiasaan lamanya.

"Aku punya sajak singkat yang selalu kuucapkan dalam hati, paling tidak empat sampai lima kali sehari," jawab Ayah. "Kata-katanya selalu melegakan dan mengingatkan aku bahwa keadaan tak pernah begitu parah, sampai aku tidak sanggup menanganinya." 

Respons Total

Kualitas peradaban dari zaman ke zaman sangat ditentukan oleh kualitas respons manusia terhadap tantangan. Tantangan selalu baru, tetapi respons kita selalu lama - selama kita merespons dari batin kita yang telah terkondisi.

Perubahan-perubahan sosial sampingan bisa dilakukan, misalnya dengan membuat aturan atau undang-undang, memperkeras sanksi atas pelanggaran. Namun, semua itu belum cukup. Perubahan yang sesungguhnya tidak datang dari undang-undang dan hukuman, tetapi dari respons yang menyeluruh terhadap tantangan.


Wajah penderitaan ada di mana-mana. Di seluruh dunia, manusia hidup dalam konflik, kecemasan, takut, sedikit rasa aman, kurang bahagia, tanpa Cinta. Penderitaan ini tidak kenal suku, bangsa, bahasa, agama, ras, golongan, status sosial, umur, jenis kelamin, dan seterusnya.

Anda Sudah Merdeka?

Jangan terburu-buru menjawab pertanyaan di atas. Benar, negara kita sudah cukup lama merdeka. Tetapi, itu namanya kemerdekaan fisik. Padahal, selain fisik kita memiliki tiga dimensi lain, yaitu mental, sosial-emosional, dan spiritual. Kemerdekaan yang sesungguhnya adalah kemerdekaan di semua dimensi tersebut. Ciri terpenting kemerdekaan adalah lepas dari ketergantungan pada apa pun di luar dan bergantung pada Anda sendiri.

Ada cerita menarik tentang "pesulap-pesulap" yang bisa menyulap Anda menjadi orang yang mereka inginkan. "Pesulap-pesulap" seperti ini ada di sekitar Anda dan Anda mengizinkan mereka mengendalikan Anda. Begitu orang memuji, Anda senang. Tetapi, begitu dikritik, Anda tersinggung. Begitu ada yang mencaci, kita sedih sepanjang hari. Begitu orang membantah, kita marah dan sakit hati.

Godaan di Atas Segala Godaan

Seorang penyelundup yang sedang buron, pergi menemui seorang bijak dan memintanya menyembunyikan barang-barang selundupan. Ia yakin, karena kesalehan orang bijak itu tak seorang pun akan mencurigainya.

Orang bijak itu menolak dan meminta penyelundup segera keluar dari rumahnya. "Saya akan memberikan 100 ribu dolar untuk kebaikan Anda," kata si penyelundup. Orang bijak itu agak ragu, lalu mengatakan: tidak. "200 ribu dolar," tambah si penyelundup. Orang bijak itu tetap menolak. "500 ribu dolar," tawar si penyelundup. Orang bijak itu mengambil tongkat dan berteriak," Keluar sekarang juga! Kamu sudah sangat dekat dengan harga yang saya inginkan."

Sebuah kesadaran yang tepat waktu! Orang bijak itu sadar dirinya tergoda. Kesadaran ini sangat penting. Banyak orang tak sadar dirinya tergoda. Mereka baru sadar, setelah segalanya terjadi.

Bila Kita Berdoa

Apa artinya berdoa bagi manusia masa kini? Sangat sukar dimengerti. Salam dari lubuk hati setiap orang merupakan sumber doa.

Untuk setiap orang, saya kira, doa dimulai demikian:
mencari dasar dari mana manusia hidup,
mencari Zat yang lebih besar dari manusia,
mencari Dia Sang Pemberi arti bagi segalanya,
penopang apa yang ada dan yang terjadi,
penggapaian yang penuh keraguan dari manusia,
itu sudah merupakan doa dalam bentuk asalnya.

Kebenaran Melampaui Pengetahuan


Kebanyakan orang menjalani kehidupan yang menyangkut hubungan-hubungan satu sama lain dengan berpusat pada pemikiran atau pengetahuan. 

Pemikiran atau pengetahuan teknis punya tempat sendiri dalam kehidupan. Tetapi, menggunakan  pemikiran atau pengetahuan untuk memahami hal-hal spiritual tidak membawa orang melihat Kebenaran. Justru sebaliknya pemikiran atau pengetahuan itu menjadi perintang utama untuk melihat Kebenaran.

Marilah kita belajar melihat Kebenaran dalam hubungan satu dengan yang lain. Bagaimana Anda melihat pasangan hidup Anda? Apakah Anda melihat pasangan hidup Anda dalam kejernihan atau Anda melihat melalui latar belakang pengalaman?

Bergerak ke Tingkat Lain


Terkadang kita “menabrak dinding” saat kita berlari menuju Tuhan. Terkadang kita “tersandung batu” dalam perjalanan kita. Yohanes dari Salib (1542-1591) menggunakan malam gelap sebagai metafora untuk saat-saat yang sulit ini. Melalui kesulitan, orang mengalami masa transisi untuk dapat masuk ke tingkat baru dalam relasi dengan Tuhan.

Masa transisi tersebut dapat menjadi suatu saat yang “gelap,” saat Tuhan tampaknya tidak hadir. Dalam malam gelap kita merasakan kekosongan, tidak mampu meraih Tuhan. Kita kehilangan penghiburan yang pernah menyertai di tahap awal relasi kita dengan Tuhan. Dalam malam gelap, kesombongan menyerah pada kerendahan hati seperti kita melepas diri kita yang palsu, keinginan kita yang serakah.

Biarkan Cahaya Itu Masuk

Selama hidup, kita menghabiskan waktu dan energi tidak sedikit untuk urusan harta, badan, dan keluarga kita. Padahal, cepat atau lambat, mereka akan meninggalkan kita. Sementara "harta" satu-satunya yang paling setia, yaitu jiwa kita, justru sering kita abaikan.

Kesalahan terbesar yang sering kita lakukan adalah menyangka bahwa kita adalah makhluk fisik. Banyak orang beranggapan, "aku adalah tubuhku." Karena itu, seluruh hidup digunakan untuk memenuhi kebutuhan fisik. Mereka mengumpulkan harta dan memenuhi nafsu badan seolah-olah mereka akan hidup selama-lamanya.

Harapkan Sebuah Mukjizat

Ke mana pun saya pergi, saya selalu membawa batu kecil abu-abu dalam dompet saya. Di atas batu itu tertulis tiga kata sederhana: Harapkan Sebuah Mukjizat. Saya memang pernah mengharapkannya, meski tak masuk akal. Namun, itulah yang diberikan kepada saya.

Setahun lalu, saya mengalami pembengkakan dan rasa nyeri di saluran kemih dan perut bagian bawah. Hasil pemeriksaan lab sungguh mengerikan: saya memiliki tumor besar. Angka hasil tes darah mengindikasikan kemungkinan kanker dengan nilai 462, sedangkan angka normal seharusnya hanya 30.

Kamis, 27 November 2014

Mencicipi Kemanisan yang Menyegarkan

Aiden Wilson Tozer (1897-1963), seorang pendeta dan penulis, percaya bahwa gereja justru cenderung membawa orang menjauh dari kedalaman untuk memusatkan diri kepada Tuhan. Selama 30 tahun ia melayani di gereja Southside Alliance, Chicago.

Tozer melihat, orang-orang religius terlibat dalam program, metode, organisasi, dan dunia yang menyita waktu dan perhatian, tetapi tidak pernah dapat memuaskan kerinduan hati mereka. Ia menulis buku-buku yang membuat orang-orang terpanggil kembali untuk menjalani kehidupan yang mendalam bersama dengan Roh.

Permata di Dalam Hati

Setiap musibah selalu memberikan hikmah. Contohnya, ledakan bom di hotel JW Marriot. Seorang eksekutif mengirim email "Betapa Dekatnya Kita dengan Maut," bercerita tentang suaminya yang luput dari tragedi itu. Kita tak pernah tahu bagaimana akhir perjalanan hidup kita, tulisnya.

Mengingat kematian memang merupakan cara paling efektif untuk menjadi sadar dan bangun. Siapa pun Anda, Anda begitu dekat dengan kematian! Sayangnya, kesadaran seperti ini sering kali hilang seiring berjalannya waktu. Kita mulai tenggelam dalam rutinitas dan kembali "tertidur," sampai musibah lain datang membangunkan kita.

Berbicara dan Mendengarkan dalam Keheningan


Kebanyakan dari kita sudah memiliki pola tertentu dalam berbicara, mendengarkan, dan berdialog. Kita memiliki gagasan tertentu untuk disampaikan dan merasa tahu apa yang hendak dikatakan orang lain.

Kita sudah terbiasa menilai dan membuat kesimpulan tentang orang lain. Kita menafsir kata-kata menurut pikiran kita, merekam makna di balik intonasi nada, menafsir bahasa tubuh, cepat membuat penilaian, dan menarik kesimpulan.

Pola dialog yang digerakkan oleh persepsi pikiran tidak membawa orang kepada pemahaman akan masalah secara utuh. Tidak ada kejernihan, penghargaan timbal-balik, persahabatan yang tulus, keterbukaan, pemahaman akan motif-motif tersembunyi, nilai-nilai, keinginan, ketakutan, harapan-harapan.

Pencipta Impian

"Tak semua orang tahu seperti apa sahabat sejati yang baik," kata Joni Loughran dari Petaluma, California. Tetapi ia tahu. Di kelas dua SMA, Joni bertemu Patty McNamara. Mereka langsung mengalami ikatan istimewa yang sulit dijelaskan. Patty gadis ramah, lincah, dan disukai banyak orang. Sebaliknya, Joni pendiam, banyak merenung, dan pemalu.

Suatu malam, saat kedua gadis itu merenungi persahabatan, mereka berjanji, "Jika sesuatu terjadi pada salah satu dari kami, yang lain akan mengikuti," kenang Joni. Mereka masih berhubungan akrab selepas SMA, sampai Patty pindah kota.