Jumat, 28 November 2014

Jurnal Syukur

Dengan kepala tertunduk, aku menyusuri jalan di taman. Aku tak ingin berada di sini. Aku hanya ingin kembali ke tempat tidur. Depresi mengisap seluruh semangat hidupku. Dokter telah meresepkan antidepresan dan memberi sejumlah usulan untuk mengeluarkanku dari kemurungan, salah satunya berjalan-jalan di taman.

Apa yang bisa aku syukuri? Cuaca indah? Aku bahkan tidak memerhatikannya. Frustasi, aku memandang dengan tatapan kosong, sampai pandanganku membentur jurnal yang sudah lama kubiarkan. Aku terdorong memungutnya. Telah menjadi kebiasaanku untuk menulis dalam jurnal ketika aku pulang dari berjalan kaki.

Mulanya aku hanya mencatat hal-hal terbesar yang bisa kupikirkan, seperti aku bersyukur untuk suamiku, keluargaku, teman-temanku. Tetapi, dengan berjalannya waktu, aku menjadi lebih rinci menuliskan rasa syukurku. Aku bersyukur untuk suamiku yang menggosok punggungku dan untuk telepon yang kuterima dari seorang sahabat yang menanyakan keadaanku.

Aku takjub ketika mendapati aku mulai mencari hal-hal yang bisa kusyukuri untuk kucantumkan dalam jurnalku. Semakin banyak berjalan, semakin banyak aku menulis. Semakin banyak menulis, semakin banyak hal yang bisa kusyukuri. Semakin banyak aku bersyukur, semakin banyak depresi dan kemurungan yang terangkat.

Penemuanku terhadap hal-hal yang bisa kusyukuri meluas di luar kegiatan berjalanku; seperti seorang pria yang kereta belanjanya penuh sesak memperbolehkan aku mengantre di depannya, atau perempuan yang melihat buku cekku jatuh dari tas dan mengejarku untuk mengembalikannya. Peristiwa-peristiwa itu juga membuatku menyadari hal-hal yang bisa kulakukan untuk menolong orang-orang lain.

Kata "terima kasih" lebih mudah muncul. Aku menemukan diriku berterima kasih kepada orang-orang untuk hal-hal yang sebelumnya kuanggap sepele.

Begitulah jurnal syukurku dimulai. Sekarang, ada sekotak penuh berisi jurnal-jurnal itu. Sudut pandangku menjadi optimistis dan antisipatif, sangat berbeda dari si pemurung yang pernah tidak bisa memikirkan apa pun untuk disyukuri. Sekarang, salah satu tulisanku yang paling sering adalah, "Terima kasih, Tuhan, untuk karunia rasa syukur." (Nancy Baker)

Bila kita ingin mengubah hidup, cobalah bersyukur. Itu akan mengubah hidup kita besar-besaran. (Gerald Good)

0 komentar:

Posting Komentar