Jumat, 28 November 2014

Keindahan di Tengah Kehancuran

Sudah empat tahun aku bekerja di perusahaan ini, tiba-tiba bos memintaku menghadap ke Bagian Personalia bersamanya. Belum ada jadwal untuk kenaikan gaji atau pangkat. Satu-satunya alasan logis adalah karena aku akan dipecat.

"Ini selalu sulit dilakukan, tetapi kami perlu membebaskanmu," kata bos kepada petugas perempuan yang sebelumnya menandatangani kontrak kerjaku. Air mata yang sudah kutahan muncul ke permukaan. Mereka memandangku dengan kesedihan yang simpatik. Mereka tidak menyadari, ini adalah air mata kelegaan, kegembiraan yang lepas!

Dua tahun belakangan ini aku merasa terperangkap dalam pekerjaan. Aku telah memilih pekerjaan di dunia periklanan yang glamor di Chicago. Aku tidak menjalani hidup sebagaimana aku seharusnya hidup. Aku merasa seperti orang asing di apartemenku sendiri.

Dari luar sepertinya aku memiliki segalanya. Aku menerima kenaikan jabatan kedua dalam dua tahun. Aku pergi keliling dunia untuk pekerjaanku dan tinggal di apartemen mewah. Sebelumnya aku berharap, dengan mencapai tujuan ini akan membuatku bahagia dan puas. Seharusnya aku merasa sangat hidup dan bebas. Tetapi aku malah merasa terperangkap, sendirian dan takut bahwa hanya inilah yang terbaik.

Aku mulai berpikir, ada yang tidak beres dengan diriku. Mungkin aku punya kelainan mental yang menyebabkan aku sangat tidak bahagia. Aku menulis tujuan hidupku dengan lipstik di cermin kamar mandi: 1). Memperoleh $10.000 entah melalui kenaikan gaji atau pekerjaan baru dengan gaji lebih besar; 2). Ingin tinggal di Oregon, dekat dengan keluarga.

Hanya dua minggu setelah aku menulis kalimat peneguhanku itulah, aku diminta ke Bagian Personalia. Sebagai kompensasi dari pemecatanku, mereka memberiku tunjangan sedikit di atas $10.000 dan kurang dari enam minggu kemudian, aku sudah kembali ke Oregon, tinggal dengan keluargaku.

Seperti potongan-potongan puzzle, aku memecah setiap aspek hidupku, membangun ulang dengan energi dan kekuatan positif. Aku membuat daftar hal-hal yang ingin kulakukan dalam hidup, dan mulai menindaklanjutinya.

Segala sesuatu di sekitarku mulai berubah. Relasi-relasiku menjadi lebih dalam, kepercayaan diriku lebih kuat, dan aku bahkan memelihara seekor anjing yang menakjubkan.

Sekarang, aku merasa lebih banyak cinta daripada yang pernah kubayangkan. Aku memilih mengubah derita menjadi sesuatu yang positif. Aku mewujudkan hidup yang sungguh-sungguh kuinginkan dengan bertahan pada pikiran positif.

Ada keindahan di dalam kehancuran, kita hanya perlu terbuka agar berubah dan percaya bahwa keajaiban memang terjadi. Ketika mengikuti hati kita, hasilnya tak akan pernah mengecewakan. Memiliki pandangan yang positif terhadap hidup dapat mengubah impian kita menjadi kenyataan. (Shannon Kaiser)

0 komentar:

Posting Komentar