(foto oleh palingseru.com)
Dugderan
merupakan festival untuk menandai dimulainya ibadah puasa di bulan
Ramadan yang diadakan di Kota Semarang. Perayaan ini dimulai sejak masa
kolonial dan dipusatkan di daerah Simpang Lima. Perayaan dibuka oleh
wali kota dan dimeriahkan oleh sejumlah mercon dan kembang api (nama
"dugderan" merupakan onomatope dari suara letusan). Pada perayaan ini
beragam barang dijual (semacam pasar malam) dan pada masa kini sering
diikutkan berbagai sponsor dari sejumlah industri besar. Meskipun
demikian, ada satu mainan yang selalu terkait dengan festival ini, yang
dinamakan "warak ngendok". Dugderan dimaksudkan selain sebagai sarana
hiburan juga sebagai sarana dakwah Islam.
Tradisi
“Dugderan” ini berasal dari kota Semarang, Jawa Tengah. Nama “Dugderan”
sendiri berasal dari kata “Dug” dan “Der”. Kata Dug diambil dari suara
dari bedug masjid yang ditabuh berkali-kali sebagai tanda datangnya awal
bulan Ramadhan. Sedangkan kata “Der” sendiri berasal dari suara
dentuman meriam yang disulutkan bersamaan dengan tabuhan bedug.
Tradisi
yang sudah berumur ratusan tahun ini terus bertahan ditengah
perkembangan jaman. biasanya digelar kira-kira 1-2 minggu sebelum puasa
dimulai. Karena sudah berlangsung lama, tradisi Dugderan ini pun sudah
menjadi semacam pesta rakyat. Meski sudah jadi semacam pesta rakyat
–berupa tari japin, arak-arakan (karnaval) hingga tabuh bedug oleh
Walikota Semarang–, tetapi proses ritual (pengumuman awal puasa) tetap
menjadi puncak dugderan.
Untuk
tetap mempertahankan suasana seperti pada jamannya, dentuman meriam
kini biasanya diganti dengan suara-suara petasan atau bleduran. Bleduran
terbuat dari bongkahan batang pohon yang dilubangi bagian tengahnya,
untuk menghasilkan suara seperti meriam biasanya diberi karbit yang
kemudian disulut api.
Dugder
terjadi pada masa pemerintahan Kanjeng Bupari RMTA Purbaningrat (1881).
Beliaulah yang pertama kai menentukan mulainya hari puasa, yaitu
setelah Bedug Masjid Agung dan Meriam di halaman Kabupaten dibunyikan
masing-masing tiga kali. Namun sebelum bedug dan meriam dibunyikan,
diadakan upacara di halaman Kabupaten.
Adanya
upacara Dug Der tersebut makin lama makin menarik perhatian masyarakat
Semarang dan sekitarnya, menyebabkan datangnya para pedagang dari
berbagai daerah yang menjual bermacam-macam makanan, minuman dan mainan
anak-anak seperti yang terbuat dari tanah liat (Celengan, Gerabah),
mainan dari bambu (Seruling, Gangsingan), dan mainan dari kertas (Warak
Ngendog).
Jalannya upacara dugderan
Sebelum pelaksanaan dibunyikan bedug dan meriam di Kabupaten, telah dipersiapkan berbagai perlengkapan berupa:
1. Bendera
2. Karangan bunga untuk dikalungkan pada 2 (dua) pucuk meriam yang akan dibunyikan.
3. Mesiu dan kertas koran yang merupakan perlengkapan meriam.
4. Gamelan yang disiapkan di pendopo
Petugas yang harus siap agar prosesi upacara berjalan baik adalah:
1. Pembawa Acara
2. Petugas yang membunyikan bedug dan meriam
3. Pengrawit
4. Pemimpin upacara (biasanya lurah/kepala desa setempat).
0 komentar:
Posting Komentar