Masjid
yang juga dikenal sebagai Masjid Agung Palembang berada di pusat Kota
Palembang, yakni di persimpangan Jalan Merdeka dan Jalan Sudirman.
Secara administratif terletak di Kelurahan 19 Ilir, Kecamatan Ilir Barat
I, Palembang, Sumatera Selatan. Masjid dibangun pada tahun 1738 oleh
Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikaramo (SMB I) dan masuk ke dalam
kawasan kompleks Kesultanan Palembang Darussalam. Pembangunan masjid
berlangsung selama 10 tahun dengan luas 1080 meter persegi tanpa menara.
Menara masjid yang terlihat sekarang merupakan menara yang baru
didirikan pada tahun 1970 atas sumbangan Pertamina. Arsitektur masjid
merupakan perpaduan gaya Eropa (pada pintu) dan gaya Cina (ujung atap
terjurai dengan hiasan simbar). Kepengurusan masjid dikelola oleh
Yayasan Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin. Pemugaran masjid
dilakukan berkali-kali hingga sekarang luasnya mencapai sekitar 15.400 m2.
Masjid
Agung Palembang menghadap ke arah selatan yakni ke arah Sungai Musi.
Ruang utama masjid berdenah persegi dengan lantai yang dilapisi karpet
hijau. Pada dinding sebelah utara, timur, dan selatan masing-masing
memiliki sembilan pintu yang terbagi ke dalam tiga kelompok sama rata.
Pintu utama berukuran lebih besar terletak di tengah, sedangkan dua lagi
terletak di kiri dan kanan. Bagian atas masjid berbentuk lengkungan
berlapis menyerupai pelipit. Sedangkan pada dinding barat terdapat enam
buah jendela yang terbagi dua bagian dan memiliki dua daun jendela.
Bagian atas daun jendela terbuat dari kaca, sedangkan bagian bawah
terbuat dari kayu yang dilengkapi teralis kayu. Dalam ruang utama
berdiri 16 belas tiang yang terdiri atas 4 tiang soko guru yang
berbentuk segi delapan serta dilapisi porselen setinggi satu meter di
bagian bawahnya dan 12 tiang penopang atap yang bentuk dan hiasannya
sama dengan tiang utama tetapi lebih kecil.
Mihrab
yang ada sekarang berukuran lebih kecil daripada yang lama dan terletak
di sebelah kiri mihrab lama. Memiliki empat buah tiang bulat berwarna
coklat tua dengan hiasan gelang-gelang emas di bagian atas dan bawah,
serta sulur-sulur dan daun-daunan berwarna keemasan. Pada puncak mihrab
terdapat bentuk simbar. Semua kaligrafi yang ada di mihrab berwarna
keemasan. Di dalam mihrab yang lama terdapat lemari dan rak buku untuk
menaruh Al-Quran dan buku-buku keagamaan lainnya. Untuk memasuki ruangan
tersebut dapat melalui pintu di sisi utara yang bagian depannya
memiliki enam buah anak tangga. Ruangan mihrab lama mempunyai atapnya
terpisah dari atap masjid dengan bentuk limas bertingkat dua. Pada
puncak atapnya terdapat hiasan labu berganda.
Mimbar
masjid berada di sebelah utara dengan enam buah anak tangga dari batu
di depannya. Tangga memiliki pipi tangga berhiaskan kotak-kotak dengan
lubang kecil di tengahnya. Di dalamnya terdapat dua buah tiang persegi
empat berwarna coklat dengan hiasan bunga dan sulur. Bagian atas tiang
berbentuk melengkung dan berhiaskan simbar yang distilir dengan bunga
dan sulur-sulur serta diapit oleh dua buah bulatan. Pada mimbar bagian
atas terdapat pula tiang berbentuk persegi yang menopang puncak mihrab
dan bagian atas tiang berbentuk pelipit padma. Bagian atas tiang kiri
dan kanan dihubungkan dengan lengkungan setengah lingkaran dan penuh
dengan hiasan bunga berderet. Puncak mimbar berupa tiang besi dengan dua
buah bendera hijau bertuliskan kaligrafi. Atap Masjid Agung Palembang
berbentuk tumpang bertingkat tiga, dimana bagian teratas berbentuk limas
dengan hiasan jural. Mustaka masjid berbentuk kuncup bunga sebagai
pengaruh dari Cina. Masjid juga memiliki empat ruang tambahan.
Ruang
berbentuk huruf ‘U’ berjarak 6,5 meter dari dinding utara dan selatan
ruang utama, sedangkan dari dinding timur 9 meter. Pintu masuk utama
berada di dinding sebelah timur. Pada bagian tengahnya terdapat tiga
buah pintu. Pintu tengah berbentuk persegi panjang dan terdiri dari dua
daun pintu dengan ukiran sulur-sulur dan bunga. Selain ketiga pintu
tersebut ada lagi sebuah pintu dengan dua daun pintu tanpa ukiran,
berukuran sama seperti pintu lainnya. Dinding utara dan selatan juga
memiliki pintu, masing-masing dua buah dengan dua daun pintu. Sedangkan
jendela berjumlah sama di sisi timur, utara, dan selatan. Jendela
berjumlah enam buah di setiap sisi, berdaun dua, dan terbagi ke dalam
dua bagian. Jendela tersebut dilengkapi teralis kayu berhiaskan
bulatan-bulatan. Atap ruang pertama tidak menyatu dengan ruang utama
dengan bentuk seperti rumah biasa berhiaskan jurai pada sisi atasnya.
Ujung-ujung atap tersebut hiasannya berupa candi kecil dengan pelipit
rata, padma, ratna, kumuda, dan puncaknya seperti kuncup bunga.
Ruang
kedua juga memiliki bentuk yang sama dengan ruang pertama dan merupakan
ruangan pertama yang ditemui saat memasuki masjid. Lantai terbuat dari
ubin teraso dan dikelilingi dinding dengan 10 pintu berteralis dan
jendela. Teralis terbagi dua bagian, dimana bagian atas melengkung
dengan hiasan tulisan Arab “Allah”, sedangkan bagian bawah berupa garis
lurus berhiaskan silang (kali) sebanyak enam deret. Ruangan kedua
memiliki banyak tiang yang terbagi ke dalam tiga jenis. Tiang I
berbentuk bulat polos berwarna kuning gading berjumlah 32 buah, dimana
dasarnya berbentuk bujur sangkar dengan pelipit dan bagian atasnya juga
berpelipit. Tiang II berjumlah 26 buah dengan dasar (umpak) tiang
berbentuk segi empat dan tingginya 80 cm dari porselin putih. Tiang III
berjumlah 34 tiang, dimana bagian dasarnya bulat dengan garis tengah 75
cm dan tebalnya 13 cm. Keseluruhan tiang tersebut berderet dari
barat-timur lalu membelok ke utara sepanjang sisi selatan dan akhirnya
ke ujung timur ruangan. Fungsi tiang tersebut sebagai penyangga
sekaligus memperindah dinding.
Ruang
kedua ini merupakan bangunan tingkat dua dan dihubungkan dengan tangga
di sudut tenggara dan timur laut. Lantai atas merupakan bangunan
tambahan karena bertambah jumlah jemaahnya. Fungsinya sebagai tempat
shalat kaum wanita dan pengajian. Pintu ruangan berbentuk persegi
panjang dengan bagian atas melengkung, sedangkan di atasnya meruncing.
Pintu terdiri dari dua daun pintu yang terbuat dari kaca dengan
pinggiran kayu. Pada dinding ruangan terdapat tiang semu, sedangkan di
dalam ruangan terdapat empat tiang yang terletak dekat tangga. Di luar
lantai dalam terdapat selasar, atapnya berbentuk rata dan terbuka
terbuat dari semen.
Ruang
tambahan ketiga berada di sisi timur masjid dan merupakan bangunan yang
baru dibangun pada tahun 1970. Ruangan ini mempunyai tiga buah pintu
dan jendela tanpa daun jendela yang hanya ditutup dengan teralis
bertuliskan Allah dan Muhammad. Ruangan ini hanya dibuka pada saat
shalat Jum’at atau shalat Ied. Ruangan tambahan terakhir merupakan
ruangan terbuka dengan teralis sebagai dindingnya. Pada bagian atasnya
terdapat dinding berhiaskan motif bujur sangkar berderet dan kelopak
bunga di atas bujur sangkar tersebut. Dalam ruangan terdapat menara baru
dengan pintu masuk menara di sisi timur ruangan.
Bangunan
lain sebagai pelengkap masjid adalah menara yang terdiri dari menara
lama dan baru. Menara lama sudah tidak berfungsi lagi karena telah
banyak bagian yang rusak. Menara lama bertingkat tiga dengan selasar di
bagian luar. Pintu masuk berbentuk segi empat berdaun pintu dua dan
bagian atasnya melengkung. Di atas pintu terdapat hiasan lengkung
bertuliskan huruf Arab dua baris berwarna emas dan hijau. Pintu masuk
selasar lebih kecil dari pintu bawah dan diapit oleh pilaster dengan
pelipit rata dan pelipit miring. Untuk naik ke menara dipergunakan
tangga dengan anak tangga sebanyak 80 buah dari besi, tetapi telah
rusak. Pada tingkat tiga terdapat lubang angin di sisi timur dan di
atasnya terdapat ruangan yang agak terbuka. Sedangkan Menara baru
terletak di tenggara masjid dengan tinggi ± 20 meter terdiri dari lima
tingkat. Bentuknya bulat langsing dan luarnya persegi dengan lubang
angin di kedua sisinya. Pada setiap tingkat terdapat selasar yang
dikelilingi pagar tembok berhiaskan lubang berbentuk wajik dan di
bawahnya berhiaskan tumpal. Pintu menara berada di sisi tenggara dengan
130 anak tangga melingkar. Puncak menara baru berbentuk runcing dengan
hiasan jurai.
0 komentar:
Posting Komentar