Secara
administratif masjid terletak di Desa Rao-Rao, Kecamatan Sungai Tarab,
Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Masjid berada pada ketinggian 750
meter di atas permukaan laut. Berdasarkan catatan sejarah masjid
dibangun pada tahun 1918 dan dipelopori oleh Abdurrahman Datuk Marajo
Indo, tokoh yang disegani Belanda. Beliau adalah seorang tokoh adat juga
tokoh agama yang memacu semangat warganya untuk menentang dan mengusir
penjajah dari Nagari Rao-Rao. Atap masjid yang bertingkat empat
(termasuk menara) melambangkan bahwa di kenagarian Rao-Rao terdapat
empat suku, diantaranya adalah Petapang Koto Anyear, Bendang
Mandahiling, Bodi Caniago, dan Koto Piliang.
Bangunan
masjid terbuat dari tembok tebal dan berdenah persegi. Letaknya seperti
berada di celah tebing, dimana sebelah timurnya berhadapan dengan Jalan
Raya Rao-Rao. Atap masjid bersusun tiga terbuat dari seng dan ditingkat
keempatnya terdapat menara berbentuk persegi beratap gonjong empat. Di
sisi timur, utara, dan selatan masing-masing terdapat kaligrafi
bertuliskan, “Lailahaillallah”, “Hayya ‘ala sholah”, dan “hayya ‘alal
falah”. Menara atau kubah lain juga masih terbuat dari seng, berada di
atas serambi depan dengan bentuk segi delapan dan kerucut di atasnya.
Bangunan masjid terdiri dari ruang utama, serambi, teras, tempat wudhu,
bangunan surau, dan makam.
Dua
pintu utama masjid berada di sebelah timur dengan melalui lima buah
anak tangga. Sementara pintu lain berada di sebelah utara dan selatan.
Ruang utama memiliki 11 buah jendela yang berdaun dua dan dihiasi
kaligrafi. Masing-masing berada di sisi utara empat buah, timur tiga
buah, dan selatan empat buah. Lantai ruang utama tebuat dari keramik dan
terdapat empat buah tiang utama (sokoguru) dalam ruangan utama
tersebut. Tiang bagian bawah terbuat dari beton, berdenah persegi, dan
di atasnya berbentuk bulat hiasan bunga.
Samping
kiri dan kanan bagian barat ruang utama disekat membentuk ruangan untuk
pengurus masjid. Di antara dua ruangan pengurus terletak mihrab yang
bentuknya menjorok keluar. Mihrab memiliki tiga buah relung yang
dihiasi kaligrafi ayat al-Qur’an. Di dalam mihrab terdapat mimbar yang
dibuat secara permanen dan beratapkan seng pada tahun 1930. Mimbar
memiliki empat buah anak tangga dan seluruh bagian dihiasi dengan
pecahan kaca serta keramik. Sedangkan pada bagian timur ruang utama,
antara dua pintu masuk yang sekarang tidak difungsikan lagi, terdapat
tangga untuk naik ke atap atau ke menara.
Masjid
menghadap ke arah timur yang mana pada bagian depannya terdapat serambi
yang menjorok keluar dari bangunan utama. Serambi merupakan ruangan
terbuka yang dihiasi dengan tiang lengkung atau pilar tanpa pintu
keluar. Lantai terbuat dari tegel berhiaskan motif bunga. Sementara atap
serambi terbuat dari seng yang bagian atasnya terdapat kubah berbentuk
segi delapan dan kemuncak. Antara serambi dan ruang utama ini terdapat
teras berlantai tegel dengan dinding terbuka yang dihiasi tiang
lengkung. Teras juga dapat ditemui di samping kiri dan kanan ruang
utama.
Di
sebelah utara masjid terdapat bangunan yang menyatu dengan kolam
persegi panjang yang difungsikan sebagai tempat wudhu. Tempat wudhu dan
ruangan MCK berada di sisi barat kolam. Lebih ke barat lagi dari kolam
terdapat Surau Tiga Datuk (Kaum) yang berbentuk panggung dan terbuat
dari kayu. Dahulu, surau ini digunakan sebagai tempat tinggal garin
masjid. Akan tetapi, sekarang sudah tidak terpakai dan tidak terawat
lagi.
0 komentar:
Posting Komentar