PEPATAH DAN SIMBOL-SOMBOL SEBAGAI PANDANGAN HIDUP ORANG BANJAR
Masyarakat
Banjar akan pandangan hidup mereka masih memeprcayai pepetah dan
simbol-sombol yang mereka gunakan. Pepatah itu juga masih hidip masih
sampai sekarang. Dalam percakapan sehari-hari dikeluarkan. Akan tetapi
ingin menggolongkan pepatah yang berhubungan dengan kepercayaan, yang
berhubungan dengan upacara adat. Kehidupan sehari-hari, maka akan
ditemui kesukaran. Namun tidak ditemui pepatah-pepatah khusus digunakan
dalam kehidupan sehari-hari.
Di
samping pepatah banyak juga dijumpai kalimat-kalimat uangkapan yang
sangat mirip deng pepatah. Sejenis ungkapan itu adalah semboyan-semboyan
yang sangat sering digunakan baik oleh masyarakat luas untuk ungkapan
sehari-hari maupun oleh pejabat pemerintah untuk pembicaraan-pembicaraan
resmi atau pidato.
Contoh ungkapan sperti dimaksudkan di atas aalah seperti berikut:
Dalas balangsar dada= sanggup
mengambil resiko berjalan dengan dada. Kalimat ini adalah ungkapan
keuletan, kekerasan kemauan guna mencapai sesuatu yang dimaksud. Berikut
ini diterakan pepatah-pepatah serta ungkapan dan semboyan-semboyan ini
dituliskan dalam bahsa Banjar.
Akal mamilanduk. Akal seperti pelanduk (kancil). Membuat alasan-alasan licik untuk menghindari pekerjaan.
Mengaji mulai di alif. Bekerja dengan rajin dan gigih sepanjang hari untuk mendapatkan rezeki.
Turun ayam naik ayam. Bekerja dengan rajin dan gigih sepanjang hari untuk mendapatkan rezeki.
Kaya bagung jadi raja, baras dihamplas. Sperti bagong jadi aja, beras diempelas. Maksudnya orang yang tidak pada tempatnya jadi pimpinan, mau menyuruhkerjakan yang tidak pada tempatnya.
Umbah handak bahira hanyar mencari luang. Setelah mau berak baru mencari lobang. Dikiaskan pada sesuatu pekerjaan yang tidak disiapkan sebelumnya.
Sandu-sandu (ambak-ambak) bakut, amun maluncat limpua hampang.
Jinak-jinak bakut (bakut sejenis ikan gabus), kalau melompat lewat
empang. Maksudnya dikiaskan kepada sesuatu pekerjaan kepada orang yang
tampak alim tapi kalau mengerjakan sesuatu maksiat berlebihan.
Tuklak bamutur, bulak bajalan. Pergi naik mobil, kembali berjlan. Sesuatu pekerjaan yang awalnya mudah tetapi kemudian sulit.
Selain
yang dicontohkan pepatah di atas, masih banyak lagi pepetah-pepatah
tergantung pandangan hidup, religi atau mitos yang terdapat di suku
Banjar. Namun masyarakat Banjar masih juga mengenal dengan adanya simbol
atau tanda-tanda yang berhubungan dengan kepercayaan atau upacara adat.
Simbol ini berupa tanda yang diukirkan, dilukiskan dan juga tanda yang
diubentuk, jadi trimatra.
Simbol-simbol yang berhubungan dengan keprcayaan. Yang sangat umum dipakai sebagai simbol ialah cacak burung
(cecak burung). Wujud dari tanda ini sangat sederhana. Ada sebuah garis
horizontal tadi, persis seperti tanda tambah. Bagian kiri dan kanan
dari garis horizontal sama panjang, demikian pula dengan bagian atas dan
bawah garis vertikal. Bahkan keempat bagian itu sama panjangnya. Simbol
ini dibuat untuk menolak roh jahat, menolak penyakit, meoloak bala dan
lainnya.
Simbol
ini banyak digunakan untuk kepentingan penjagaan dan pengobatan seperti
untuk menjaga makanan. Melihat sombol ini maka ada kemungkinan ada
hubungannya dengan dunia bawah dan dunia atas. Cecak dalam kesatuan
pohon hayat merupakan lambang dunia bawah, sedangkan burung merupakan
lambang dunia atas. Cecak dilambangkan garis horizontal. Garis
horizontal berarti pula sifat bertahan sebagai perisa, berfungsi
menangkis segala serangan. Burung dilambangkan dengan garis vertikal.
Garis vertikal ini dilambangkan aktif, menyerang, mengusir dan memburu.
Dari filsafat yang dimilikinya ini maka cecak-burung merupakan alat yang
ampuh untuk menangkis, melawan dan menyerang roh jahat.
Simbol
yang kedua yang digunakan baik untuk hal yang menyangkut kepercayaan
maupun yang menyangkut upacara adat ialah simbol pohon mayat. Orang
Dayak Kalimantan Selatan ini menyebutkan langgatan. Orang Dayak
percaya bahwa roh nenek moyang, pujut (penguasa hutan) turun mendaki
manusia melalui langgtan ini, demikian pula naiknya ke negeri asal roh
itu melalui langgatan pula.
Simbol ketiga adalah sindat, yang berguna mengunci sesuatu agar tidak diganggu oleh roh jahat.
Kata-Kata Tabu
Kata
tabu masih dikenal terutama oleh masyarakat pedesaan. Kata tabu ini
pantang diucapkan. Di Kalimantan Selatan ini pantangan-pantangan, baik
berkenaan dengan kata-kata maupun dengan perbuatan yang disebut dengan pamali.
Pamali berarti pantangan atau larangan dan yang melanggarnya akan
merima akibat. Kata-kata tabu di Kalimantan Selatan dapat digolongkan
dengan upacara adat, kehidupan sehari-hari.
Pandangan
hidup masyarakat suku Banjar termasuk masih menganut keparcayaan yang
sangat kuat. Pengaruh-pengaruh dari orang-orang zaman dulu masih dipakai
sebagai warisan. Meskipun tidak dipungkiri teknologi yang masuk dapat
mempegaruhi pola pikir suku Banjar.
0 komentar:
Posting Komentar