Merupakan
masjid tertua di Kota Padang yang dulunya pernah menjadi satu-satunya
masjid di Padang. Lokasi masjid masuk ke dalam wilayah administrasi
Kelurahan Ganting, Kecamatan Padang Timur, Padang, Sumatera Barat.
Bangunan masjid ini berdiri di atas tanah wakaf masyarakat Suku Chaniago
dan sekarang berada di antara permukiman penduduk. Pada awal
berdirinya, yakni tahun 1790, masjid memiliki bentuk yang sederhana.
Masjid terbuat dari kayu dan beratapkan rumbia. Kemudian pada tahun
1805, atas prakarsa Angku Gapuak (saudagar), Angku Syekh Haji Uma(tokoh
masyarakat), dan Angku Syekh Kepala Koto (ulama), diadakan pemugaran
masjid. Pembangunan masjid dibiayai oleh para saudagar yang berada di
Padang, Sibolga, Medan, Aceh, dan ulama Minangkabau. Pembangunan masjid
mendapat simpati dari seorang kapten Corps Genie Belanda yang menjabat
sebagai Komandan Genie Sumatera Barat dan Tapanuli yang berkantor di
daerah Kantin atau sekarang sekitar Jalan Sisingamangaraja.
Pembangunan
masjid selesai pada tahun 1810 dengan lantai yang terbuat dari batu
kali bersusun yang diplester tanah liat. Kemudian lantai tersebut
diganti menjadi semen setelah mendapatkan import semen dari luar negeri,
yakni Jerman. Penggantian lantai masih dilakukan pada tahun 1900, yakni
diganti dengan ubin segi enam berwarna putih es berasal dari Belanda
yang dipesan melalui jasa NV. Jacobson van de Berg. Pemasangan ubin ini
selesai pada tahun 1910 dan dikerjakan oleh tukang yang ditunjuk
langsung oleh pabrik. Pada tahun 1960, pada tiang ruang utama yang
terbuat dari bata dilakukan pemasangan keramik. Sedangkan pada tahun
1995, pemasangan keramik dilakukan pada dinding ruang utama.
Saat
ini masjid berdiri di atas tanah seluas 102 x 95,6 meter dengan halaman
yang cukup luas di sebelah timur sebagai tempat manasik haji. Halaman
juga digunakan untuk menampung jemaah yang cukup banyak pada pelaksanaan
sholat Ied. Pagar halaman terbuat dari besi, sedangkan sisi selatan dan
belakang yang berbatasan dengan makam dan rumah penduduk berpagar
tembok. Bangunan induk masjid memiliki denah persegi panjang yang
terbagi ke dalam serambi muka (12 x 39 m), serambi kiri-kanan (30 x 4,5
m), dan ruang utama (30 x 30 m).
Serambi
muka memiliki enam buah pintu dari arah timur dan dua buah pintu masuk
dari arah utara dan selatan. Masing-masing pintu tersebut berdaun pintu
dan berjeruji besi. Di antara enam pintu yang berada di sisi timur
terdapat hiasan tiang ganda semu, kecuali pada bagian tengah yang
terdapat mimbar. Mimbar tersebut digunakan untuk sholat ied, memiliki
daun pintu dari jeruji, dan menonjol keluar. Serambi muka juga memiliki
sebuah jendela berteralis besi yang ada di sisi utara dan selatan.
Dinding timur serambi berhiaskan geometris berupa panil-panil kosong
berbentuk persegi panjang, persegi, dan hiasan lengkung yang ditutup
tembok. Dalam ruangan serambi berdiri tujuh buah tiang ganda berbentuk
silinder terbuat dari beton. Pada sisi utara dan selatan bagian depan
serambi terdapat ruangan segi delapan yang memiliki pintu dan jendela.
Dekat dengan ruangan tersebut juga berdiri dua buah tiang persegi.
Lantai semua serambi terbuat dari tegel berukuran 20 x 20 cm, akan
tetapi berbeda warna dan motif. Serambi kiri dan kanan masing-masing
memiliki dua buah pintu, salah satunya menuju ke tempat wudhu yang
berada di sisi utara dan selatan masjid. Bagian barat serambi samping
memiliki ruangan ribath (tempat tinggal pengurus masjid) dengan pintu dari arah timur dan sebuah jendela.
Dengan
menelusuri serambi, dapat ditemui empat buah pintu di serambi muka dan
masing-masing dua buah pintu di serambi samping kiri-kanan. Pintu-pintu
tersebut merupakan penyambung antara serambi dan ruangan utama. Pintu
terbuat dari kayu, berdaun dua, dan pada ambang atas dihiasi lengkung
kipas. Adapun jendela ruang utama yang juga terbuat dari kayu terdapat
di sisi timur mengapit keempat pintu masuk berjumlah dua buah, di sisi
utara serta selatan masing-masing berjumlah tiga buah, dan di sisi barat
berjumlah enam buah. Bagian atas jendela juga berbentuk lengkung kipas.
Dinding
ruang utama terbuat dari beton dengan ketebalan mencapai 34 cm, dicat
putih susu dan biru, dan dilapisi keramik. Sedangkan lantai terbuat dari
tegel putih berhiaskan bunga. dalam ruang utama berdiri 25 tiang yang
melambangkan 25 nabi, berjajar lima baris. Setiap tiang diberi tulisan
nama nabi dan dan dilapisi marmer putih. Semua tiang tersebut juga
berfungsi sebagai penopang utama konstruksi atap masjid yang berbentuk
segi delapan. Atap masjid berbentuk tumpang lima dan terbuat dari seng.
Di sisi barat ruang utama dapat ditemui mihrab yang diapit dua ruangan
pada sisi utara dan selatannya.
Dahulu, dalam ruangan utama pernah dibuat bangunan muzawir atau
penyambung imam yang menjadi ciri khas Masjid Raya Ganting. Karena pada
saat itu masjid ini merupakan masjid satu-satunya di Padang, sedangkan
yang lainnya berbentuk surau-surau. Sehingga dibutuhkan penyambung imam
agar makmum yang cukup banyak berada jauh dari imam tetap dapat
mengikuti gerakan imam. Muzawir berbentuk panggung, sarat
dengan ornamen gaya Cina, dan dibangun atas sumbangan seorang Cina di
Padang. Pembuatannya dikerjakan langsung oleh ahli ukir Cina yang ada di
Padang. Kemudian muzawir tersebut dibongkar pada tahun 1978 setelah ada pengeras suara dan untuk memperluas ruangan utama masjid.
Dalam
kompleks Masjid Raya Ganting juga terdapat bangunan lain, yakni tempat
wudhu, perpustakaan, menara, dan pemakaman. Tempat wudhu dibuat pada
tahun 1967 berada di sisiutara dan selatan serambi samping. Bangunan
tempat wudhu ini dibuat permanen dan tertutup. Kemudian di sisi utara
masjid, masih menyatu dengan bangunan induk, terdapat ruangan sederhana
yang difungsikan sebagai perpustakaan. Kemudian di selatan dan belakang
masjid terdapat beberapa makam sederhana yang dibatasi dengan tembok
persegi panjang. Salah satu makam yang berada di selatan masjid adalah
makam Angku Syekh Haji Uma, salah satu pemrakarsa pendirian masjid.
Adapun makam yang berada di sebelah barat masjid merupakan makam Yml.
Radja Bidoe Glr. Marahindra Toeangkoe Panglima Radja di Padang dan Marah
Soe’ib Glr. Marahindra Toeangkoe Panglima Regent di Padang. Keduanya
berasal dari suku Chaniago Sumagek Kampung Alam Lawas Padang.
0 komentar:
Posting Komentar