Kamis, 11 Desember 2014

Museum Serangga

20140508_083514_1399516216.jpg
Museum Serangga didirikan atas prakarsa Perhimpunan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI) dan Museum Zoologicum Bogoriense (MZB). Tujuan pendirian museum ini adalah memperkenalkan keanekaragaman dunia serangga serta merangsang keinginan dan kepedulian masyarakat terhadap peran dan potensinya di alam.
Museum Serangga diresmikan Presiden Soeharto pada tanggal 20 April 1993. Pada tahun 1998, Museum Serangga menambah fasilitas baru berupa Taman Kupu beserta kebun pakan, kandang penangkaran, dan laboratorium. Hal ini dimaksudkan untuk melestarikan kupu-kupu yang dilindungi dan kupu-kupu yang langka. Pada tahun 2004, museum menambah fasilitas lagi berupa beberapa jenis hewan, seperti tupai Sumatera, tupai Bali, kadal lidah biru, tarsius, kijang, kancil, dan ketam kenari. Museum Serangga dan Taman Kupu menempati areal seluas 500 meter persegi dengan mengambil bentuk bangunan tubuh belalang.
Seluruh koleksi museum berasal dari kepulauan Indonesia yang jumlahnya sekitar 600 jenis. Koleksi kupu-kupunya sekitar 250 jenis, kumbang sekitar 200 jenis, dan kelompok serangga lain sekitar 150 jenis. Serangga-serangga itu dipamerkan berdasarkan asal daerah dan taksonomi.
Koleksi dipamerkan dalam kotak kaca dan diberi judul Pesona Kumbang Nusantara, Peranan Serangga Tanah dalam Ekosistem, Peta Serangga Indonesia, Serangga-serangga Perombak, Peta Kupu-Kupu Indonesia, Kupu-Kupu Bantimurung, dan Serangga-serangga di Pekarangan.
Selain koleksi serangga mati, museum juga memiliki koleksi serangga hidup, antara lain  kumbang tanduk, kumbang air, lebah madu, belalang ranting, belalang daun, dan kumbang badak. Di Taman Kupu pengunjung diajak melihat berbagai jenis kupu-kupu saat terbang dan mengisap madu. Sekitar 20 jenis tanaman berbunga sengaja ditanam di sana.
Di Museum Serangga dan Taman Kupu tersedia layanan bagi masyarakat yang ingin belajar cara membuat awetan serangga berupa bimbingan umum dan praktik. Selain itu, ada pemutaran film tentang kehidupan serangga di ruang audio-visual dan layanan pustaka.

0 komentar:

Posting Komentar