PENIRUAN BUNYI HEWAN
Adat
istiadat Suku Dayak selalu terkait dengan ajaran kehidupan yang baik
pada setiap warganya. Terutama dalam hal mencari makanan atau berburu.
Mereka tidak pernah melakukan perburuan bisa persediaan makanan masih
banyak. Mereka hanya akan berburu selepas musim panen dan jika akan
melaksanakan upacara tradisi atau pesta.
Suku
Dayak menjalani hidupnya dengan cara mendiami merambah hutan-hutan yang
lebat. Untuk mendapat daging, mereka suka berburu. Karena telah
terlatih secara turun-temurun, mereka mempunyai cara unik dalam berburu
binatang. Sehingga mereka tidak perlu mencari binatang buruannya,
melainkan binatang buruan yang mereka inginkan datang dengan sendirinya.
Suku
Dayak memiliki keahlian khusus untuk memanggil binatang yang
diinginkannya untuk datang mendekati mereka. Caranya tergantung dari
binatang apa yang mereka buru.
Jika
berburu rusa mereka akan menggunakan sejenis daun serai yang dilipat
melintang dan ditiup untuk menirukan suara anak rusa. Hasil tiupannya
akan muncul suara seperti suara anak rusa. Secara insting seekor rusa
akan mendatangi suara ini, karena mengira anaknya membutuhkan
pertolongan.
Jika yang diburu adalah Celeng
atau Babi hutan yang suka sekali diambil kutunya oleh Beruk (monyet
besar), maka si pemburu akan menepuk pantat mereka berulang kali
sehingga muncul suara seperti Beruk menepuk badannya. Atau menangkap
beruk lalu ditepuk tubuhnya agar mau mengeluarkan suaranya untuk
memanggil celeng.
Kalau
ingin berburu Enggang, burung besar yang suka terbang si pemburu akan
menirukan suara burung dengan mulutnya sendiri dengan dimiripkan suara
Elang.
Suku Dayak hanya menggunakan tombak atau sumpit yang dalam bahasa dayak disebut sipet
sebagai alat berburu. Bagi suku Dayak, sumpit merupakan senjata berburu
yang paling efektif. Dengan bahan dari kayu, senjata sumpit bisa
tersamar di antara pepohonan. Sumpit juga tidak mengeluarkan bunyi
ledakan seperti senapan, sehingga binatang buruan tidak bakal lari.
Selain itu, dari jarak sekitar 200 meter, anak sumpit masih efektif
merobohkan hewan buruan.
Karena
sumpit mereka panjang, biasanya sumpit tersebut bisa juga digunakan
sebagai tombak. Jarum sumpit yang digunakan berburu diolesi dengan
ramuan racun yang berfungsi untuk melumpuhkan atau bahkan mematikan.
Mereka juga membawa anjing peliharaan karena anjing mempunyai penciuman
yang tajam dan berfungsi untuk mengejar binatang buruan yang lari
setelah terkena racun sumpit.
Mereka
juga menghitung waktu dan arah angin selama berburu. Perhitungan waktu
berkaitan dengan aktivitas binatang buruan sementara arah angin untuk
membantu mereka menentukan posisi untuk menyembunyikan diri. Kewaspadaan
binatang buruan saat mendekati sumber bunyi yang ditirukan para
pemburu, sangat dipengaruhi oleh bau asing yang dibawa angin.
Meski
mereka memiliki keahlian khusus dalam berburu, hal yang bisa diambil
dari kehidupan suku Dayak adalah kearifan tradisional sangat melekat.
Yakni tetap memerhatikan keselarasan dan keseimbangan alam alam beserta
sirkulasi rantai makanan. Sehingga mereka hanya berburu pada saat-saat
tertentu ketika persediaan lauk mereka sudah mulai menipis atau mereka
akan mengadakan pesta.
Suku
Dayak sangat menghormati alam. Karena bagi mereka alam memberikan
mereka semua kebutuhan yang mereka perlukan tergantung bagaimana kita
memanfaatkan dan mengelolanya. Maka mereka tidak pernah menjual daging
hewan buruan mereka. Setaip hewan buruan yang mereka dapatkan akan
segera dibagi sesuai kebutuhan orang-orang yang turut berburu. Karena
pelaksanaan berburu mereka secara berkelompok.
0 komentar:
Posting Komentar