IKAN KETURUNAN MANUSIA DAN MITOS HEWAN DI GORONTALO
Hampir di semua etnis di tanah air, dijumpai kepercayaan-kepercayaan berbau mitos tentang berbagai gejala alam, termasuk tentang hewan dan tingkah lakunya. Di Gorontalo, kendati hampir seluruh masyarakatnya telah memeluk agama monoteisme, terutama Islam, masih dijumpai sisa-sisa keyakinan lokal, yang tercermin dari kepercayaan mereka tehadap nilai-nilai tertentu yang terkait dengan hewan dan tingkah lakunya. Berikut adalah beberapa jenis hewan dan tingkah lakunya yang dipercaya oleh Masyarakat Gorontalo mengandung pertanda tertentu, sebagai mana disarikan dari buku Adat Istiadat Sulawesi Utara (1983), terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Hampir di semua etnis di tanah air, dijumpai kepercayaan-kepercayaan berbau mitos tentang berbagai gejala alam, termasuk tentang hewan dan tingkah lakunya. Di Gorontalo, kendati hampir seluruh masyarakatnya telah memeluk agama monoteisme, terutama Islam, masih dijumpai sisa-sisa keyakinan lokal, yang tercermin dari kepercayaan mereka tehadap nilai-nilai tertentu yang terkait dengan hewan dan tingkah lakunya. Berikut adalah beberapa jenis hewan dan tingkah lakunya yang dipercaya oleh Masyarakat Gorontalo mengandung pertanda tertentu, sebagai mana disarikan dari buku Adat Istiadat Sulawesi Utara (1983), terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Masyarakat Gorontalo
meyakini, ada jenis ikan tertentu yang merupakan keturunan manusia.
Misalnya, ikan belut, yang diyakini sebagai jelmaan seorang manusia yang
mengidap penyakit lepra. Menurut mitologi yang beredar, dikisahkan ada
seorang berpenyakit lepra, yang karena penyakitnya tersebut malu
berjumpa dengan orang lain. Suatu hari, ketika bersandar pada sebatang
pohon pisang, melintas seorang yang lantas menegur dirinya. Karena
merasa malu, ia lantas terjun ke danau dan akhirnya menjadi ikan belut.
Kemudian, ada juga cerita tentang sejenis ikan payangka kecil di laut,
yang dianggap berasal dari plasenta seorang ibu yang dibuang ke laut.
Karena kepercayaan itu, hingga kini, sebagian masyarakat Gorontalo tidak
suka memakan dua jenis ikan tersebut.
Selain
ikan, masih ada mitos tentang hewan-hewan lainnya berserta tingkah laku
mereka. Di Gorontalo, anjing menggonggong di tengah malam dianggap
bahwa hewan itu tengah melihat rangka menusia berjalan, atau dengan kata
lain ada orang yang meninggal dunia. Burung gagak yang bersuara di
malam hari, dianggap sebagai pertanda ada kebakaran di suatu tempat di
sekitar si Pendengar.
Kemudian,
seekor laba-laba yang jatuh di hadapan seseorang, dianggap sebagai
pertanda ada saudara atau kerabat dekat yang meninggal dunia. Seekor
cicak yang bersuara ketika si Pendengarnya hendak berpergian, dipercaya
bawa si Pendengar akan mengalami kecelakaan, kecuali yang bersangkutan
berhenti sejenak.
Kepercayaan-kepercayaan
atas hewan-hewan dan tingkah lakunya tersebut hingga kini masih
bertahan di tengah masyarakat Gorontalo, terutama di daerah pedesaan, di
mana alam lingkungan yang ada di sana masih cukup relevan dengan
mitos-mitos yang berkembang.
0 komentar:
Posting Komentar