KONDISI ALAM MASYARAKAT MELAYU RIAU
Pada dasarnya, kondisi alam memliki peranan penting dalam membentuk suatu kebudayaan manusia. Maka penting bagi kita untuk menjabarkan kondisi Alam yang dihuni oleh Masyarakat Melayu Riau yang secara administrasi berada di dalam wilayah Propinsi Riau pada umumnya terbagi ke dalam dua bagian, yakni; Riau daratan dan Riau Kepulauan. Luas wilayahnya meski telah berkurang menjadi 101.000 km2, wilayah Riau ini masih tergolong relatif luas dan sebagian besar hingga 95,79% terdiri atas perairan.
Pada dasarnya, kondisi alam memliki peranan penting dalam membentuk suatu kebudayaan manusia. Maka penting bagi kita untuk menjabarkan kondisi Alam yang dihuni oleh Masyarakat Melayu Riau yang secara administrasi berada di dalam wilayah Propinsi Riau pada umumnya terbagi ke dalam dua bagian, yakni; Riau daratan dan Riau Kepulauan. Luas wilayahnya meski telah berkurang menjadi 101.000 km2, wilayah Riau ini masih tergolong relatif luas dan sebagian besar hingga 95,79% terdiri atas perairan.
Daerah Riau
daratan sebagian besar terdiri dari hutan-hutan, hutan primer dan hutan
sekunder dan tidak kurang pula di sana-sini terdapat rawa-rawa,
bencah-bencah, tasik-tasik, danau-danau, serta pantainya yang landai.
Pada umunya Riau daratan ini merupakan tanah rendah dan bukit-bukit yang
terdapat dekat perbatasan dengan daerah Sumatera Barat dan Tapanuli,
yaitu kaki Bukit Barisan. Daerah yang tertinggi 1.019 meter dari
permukaan laut.
Sementara
daerah Riau kepulauan terdiri dari gugusan-gugusan pulau-pulau dekat
perairan Malaysia dan menjorok masuk ke Laut Cina Selatan dan dekat
dengan pantai Kalimantan Barat dengan jumlah 513 pulau. Gugusan
pulau-pulau itu adalah: Gugusan pulau-pulau Bintan, Gugusan pulau-pulau
Lingga, Gugusan pulau-pulau Serasan, Gugusan pulau-pulau Tambelan,
Gugusan pulau-pulau Tujuh, Gugusan pulau-pulau Bunguran, Gugusan
pulau-pulau Natuna, Gugusan pulau-pulau Karimun.
Kandungan
tanah di Riau pada umumnya berisi bebatuan pra tersier yang berupa
metamor dengan sendimen yang terbatas. Jenis tanahnya pada umunya
terdiri atas: organosol dan clay, humik, podsol, podsolik, lotosol, dan
latosol yang mengandung granit.
Iklim
yang yang menyelimuti Riau adalah tropis dengann temperatur terendah 23
derajat Celcius dan tertinggi 30 derajat Celcius. Kelembaban udaranya
sekitar 88 derajat, sedangkan curah hujannya rata-rata 2.000 milimeter
per tahun.
Dengan
jenis tanah yang dimiliknya, memang Kepulauan Riau kurang cocok untuk
budidaya tanaman pangan. Demikian juga tanaman komoditas lainnya,
sepert; karet dan kelapa sawit, kecuali menggunakan teknologi modern
atau canggihyang tentunya membutuhkan modal yang cukup besar. Sehingga
masyarakat Riau memenuhi kebutuhan pangannya dengan cara membeli dari
luar kepulauan Riau.
Seperti
daerah tropis lainnya, masyarakat Kepulauan Riau juga mengenal musim
kemarau dan penghujan. Selain musim yang umumnya dikenal oleh masyarkat
tropis, mereka juga mengenal adanya musim yang didasarkan pada arah
angin.
Pada
saat-saat angin bertiup dari arah uta, maka pada saat itu disebut
sebagai musim utara. Ketika angin bertiup dari arah selatan, maka pada
saat itu disebut musim selatan. Kemudian, pada saat angin bertiup dari
arah timur, maka pada saat itu disebut musim timur. Begitu pun dengan
angin barat.
Istilah
tambahan musim di Riau menandakan bahwa kebudayaan masyarakat Riau
adalah Maritim atau kelautan. Sejarah pun mencatat bahwa selat Malaka
adalah daerah strategis perdagangan Internasional. Bahkan pernah menjadi
salah satu pusat kerjaan Melayu, yakni Kerajaan Melayu Riau-Lingga.
Maka
tak heran jika masyarakat Melayu Riau, memiliki kepercayaan animisme
terhadap mitos, hantu-hantu, larang pantang yang berkaitan dengan
kelautan selain hukum Islam. Selain itu, mereka pun mampu menandai waktu
dan ruang di tengah lautan meski tanpa jam dan kompas, serta bahasa
mereka yang menusantara.
0 komentar:
Posting Komentar