Setiap
entitas sosial memiliki karakteristik dan keunikannya tersendiri,
termasuk dalam cara pandang terhadap kehidupan atau nilai-nilai yang
diyakini. Berbagai pendekatan tentu bisa dilakukan untuk memahami
karakteristik pandangan hidup suatu kelompok sosial, salah satunya
adalah melalui telaah terhadap petuah-petuah yang lestari dan
meregenerasi di tengah kelompok sosial tersebut. Upaya tersebut bisa
dicobakan terhadap kelompok sosial manapun, tak terkecuali terhadap
masyarakat Jawa.
Masyarakat
Jawa sejak lama terkenal sebagai kaum pengembara yang gigih
memperjuangkan hidup, namun sekaligus juga suku bangsa rendah hati. Hal
tersebut terbukti dengan keberhasilan orang Jawa dalam menaklukan
tanah-tanah rantau yang mereka datangi, tanpa memantik permusuhan dengan
penduduk setempat. Masyarakat Jawa juga terkenal akan kesederhanaan dan
keteguhannya memegang nilai-nilai religius yang diyakini. Kenyataan
tersebut tentu tidak akan mengherankan jika kita mengenal petuah-petuah
populer yang hidup di tengah masyarakat Jawa selama ini.
Beberapa petuah-petuah yang mengajarkan jiwa cinta damai dan kerendah-hatian orang Jawa, misalnya:
1. Nngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake, sekti tanpa aji-aji, sugih tanpa bandha,
yang artinya, berjuang tanpa perlu membawa massa; menang tanpa
merendahkan atau mempermalukan; berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan,
kekuatan; kekayaan atauketurunan; kaya tanpa didasari kebendaan.
2. Aaja kuminter mundak keblinger, aja cidra mundak cilaka, sing was-was tiwas,
yang artinya, jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah; jangan
suka berbuat curang agar tidak celaka; dan barang siapa yang ragu-ragu
akan binasa atau merugi.
3. aja adigang, adigung, adiguna, yang artinya, jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti.
4. sura dira jayaningrat, lebur dening pangastuti, keberanian, kekuatan dan kekuasaan dapat ditundukkan oleh salam sejahtera.
Petuah-petuah yang mengajarkan orang Jawa untuk terus gigih dalam berjuang, namun tetap menjaga kesabaran, misalnya:
1. Datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan, yang artinya, jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.
2. Sepi ing pamrih rame ing gawe, banter tan mbancangi, dhuwur tan ngungkuli, yang artinya, bekerja keras dan bersemangat tanpa pamrih; cepat tanpa harus mendahului; tinggi tanpa harus melebihi.
3. Aja gumunan, aja getunan, aja kagetan, aja aleman,
yang artinya, jangan mudah terheran-heran; jangan mudah menyesal;
jangan mudah terkejut-kejut; jangan mudah kolokan atau manja.
4. Sing prihatin bakal memimpin, yang artinya, siapa berani hidup prihatin akan menjadi satria, pejuang dan pemimpin.
Dan petuah-petuah yang mengajarkan agar orang Jawa tetap sederhana dan terus mengingat sang Pencipta dalam hidupnya, misalnya:
1. Aja ketungkul marang kalungguhan, kadonyan lan kemareman, yang artinya, janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi.
2. Aja milik barang kang melok, aja mangro mundak kendo, yang
artinya,jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah;
jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat.
3. Memayu hayuning bawana, ambrasta dur hangkara,
yang artinya, manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan,
kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka,
serakah dan tamak.
4. Sing sabar lan ngalah dadi kekasih Allah, yang artinya, yang sabar dan mengalah akan jadi kekasih Allah.
0 komentar:
Posting Komentar