SENJATA TRADISIONAL MALUKU UTARA
Ketika belum menjadi sebuah provinsi, secara administratif Maluku Utara masuk ke dalam provinsi Maluku. Soffi merupakan ibu kota dari Maluku Utara sejak 4 Agustus 2010. Sebelum di Sofifi, Maluku Utara beribu kota di kota Ternate selama 11 tahun. Hal tersebut karena pada waktu itu Sofifi masih dalam rangka pembangunan infrastruktur.
Oleh sebab provinsi ini merupakan pecahan dari provinsi Maluku, maka hal-hal yang berkaitan dengan budaya, kedua provinsi ini memiliki banyak kesamaan. Secara tipografi alam, kedua provinsi ini pun memiliki banyak kesamaan, yaitu sebuah wilayah kepulauan yang memiliki garis pantai yang panjang, hutan tropis, dan perbukitan.
Ketika belum menjadi sebuah provinsi, secara administratif Maluku Utara masuk ke dalam provinsi Maluku. Soffi merupakan ibu kota dari Maluku Utara sejak 4 Agustus 2010. Sebelum di Sofifi, Maluku Utara beribu kota di kota Ternate selama 11 tahun. Hal tersebut karena pada waktu itu Sofifi masih dalam rangka pembangunan infrastruktur.
Oleh sebab provinsi ini merupakan pecahan dari provinsi Maluku, maka hal-hal yang berkaitan dengan budaya, kedua provinsi ini memiliki banyak kesamaan. Secara tipografi alam, kedua provinsi ini pun memiliki banyak kesamaan, yaitu sebuah wilayah kepulauan yang memiliki garis pantai yang panjang, hutan tropis, dan perbukitan.
Masyarakat Maluku Utara multi etnik sama
seperti masyarakat Maluku. Tercatatat terdapat 28 sub etnis dengan 29
bahasa lokal. Masyarakat Maluku Utara mayoritas beragama islam.
Keadaan alamnya yang terdiri dari laut
dan kepulauan, perbukitan, dan hutan-hutan tropis secara penuh
memengaruhi kehidupan masyarakat Maluku Utara. Dinamika sosial-ekonomi
di Maluku Utara diwarnai oleh pola kehidupan yang cenderung lebih
menggali kekayaan laut dan memanfaatkan laut sebagai media transportasi.
Berangkat dari kesamaan budaya dan
tipografi alam kedua provinsi tersebut, maka produk budaya yang mereka
hasilkan pun mayoritas sama. Salah satunya senjata tradisional Parang
dan Salawaku atau Parang Salawaku.
Salah satu senjata tradisional Provinsi Maluku dan Maluku Utara yang unik ialah Parang dan Salawaku. Hari ini, senjata ini biasanya dipakai oleh para penari pria saat mempertunjukkan tarian Cakalele.
Salah satu senjata tradisional Provinsi Maluku dan Maluku Utara yang unik ialah Parang dan Salawaku. Hari ini, senjata ini biasanya dipakai oleh para penari pria saat mempertunjukkan tarian Cakalele.
Hal membuat senjati ini unik dan estetik
ialah terdapat ukiran-ukiran bermakna khusus yang terbuat dari kulit
kerang laut. Keunikan setiap senjata tradisional itu bisa terlihat dari
bentuk, pemilihan bahan, teknik pembuatannya, atau hiasan yang
dipergunakan dalam senjata tersebut.
Di Maluku Utara sendiri terdapat senjata
tradisional yang sangat terkenal, senjata itu bernama Parang Salawaku.
Bentuknya yang cukup unik karena senjata ini merupakan senjata yang
lengkap.
Dalam Buku Genius Senior
dideskripsikan bahwa senjata parang memiliki panjang 90-100 cm.
sedangkan salawaku merupakan perisai bermotif. Parang tersebut terbuat
dari bahan besi yang keras dan ditempa oleh seorang pandai besi. Kepala
para terbuat dari kayu keras seperti kayu besi atau kayu gupasa. Seperti
halnya gagang parang, salawaku juga terbuat dari kayu yang keras.
Ukuran badan penari Cakalele
berpengaruh pada ukuran parang dan salawaku. Parang Salawaku sudah
merupakan satu paket senjata tradisonal Maluku Utara. Senjata ini
terdiri dari parang dan perisai.
Parang dan salawaku memiliki arti tersendiri. “Parang”
berarti pisau besar namun biasanya memiliki ukuran yang jauh lebih
besar dari pisau dan lebih pendek dari pedang. “Sawalaku” sendiri
memiliki arti perisai. Perisai merupakan alat yang dipergunakan untuk
melindungi diri dan untuk menangkis serangan senjata lawan.
Parang bertindak sebagai senjata. Parang
ini dipergunakan sebagai senjata untuk melakukan penyerangan terhadap
lawan. Sedangkan, sawalaku digunakan sebagai perisai yang berfungsiuntuk
menahan serangan lawan.
Apabila hari ini Parang Salawaku
digunakan untuk melengkapi pakaian penari atau upacara perkawinan, pada
zaman dahulu senjata ini juga digunakan untuk berperang dan berburu
binatang di hutan. Khususnya berperang, parang salawaku digunakan
ketikan perang Kapitan Pattimura melawan pemerintah kolonial Belanda.
Seperti senjata lainnya, salawaku
diproduksi oleh para pengrajin besi. Para pengrajin parang dan salawaku
yang telah terkenal terdapat di pulau Kakara B di Halmahera Utara.
Proses yang penting dalam pembuatan senjata ini adaah ketika senjata
tradsional Maluku Utara ini dimantrai oleh Kapitan Pattimura. Dengan
mantra ini, konon para prajurit Pattimura tak mempan ditembus peluru.
0 komentar:
Posting Komentar