Kamis, 11 Desember 2014

Parang Dan Salawaku

Parang dan salawaku1.jpg
SENJATA TRADISIONAL MALUKU UTARA

Ketika belum menjadi sebuah provinsi, secara administratif Maluku Utara masuk ke dalam provinsi Maluku. Soffi merupakan ibu kota dari Maluku Utara sejak 4 Agustus 2010. Sebelum di Sofifi, Maluku Utara beribu kota di kota Ternate selama 11 tahun. Hal tersebut karena pada waktu itu Sofifi masih dalam rangka pembangunan infrastruktur.
Oleh sebab provinsi ini merupakan pecahan dari provinsi Maluku, maka hal-hal yang berkaitan dengan budaya, kedua provinsi ini memiliki banyak kesamaan. Secara tipografi alam, kedua provinsi ini pun memiliki banyak kesamaan, yaitu sebuah wilayah kepulauan yang memiliki garis pantai yang panjang, hutan tropis, dan perbukitan.
Masyarakat Maluku Utara multi etnik sama seperti masyarakat Maluku. Tercatatat terdapat 28 sub etnis dengan 29 bahasa lokal. Masyarakat Maluku Utara mayoritas beragama islam.
Keadaan alamnya yang terdiri dari laut dan kepulauan, perbukitan, dan hutan-hutan tropis secara penuh memengaruhi kehidupan masyarakat Maluku Utara. Dinamika sosial-ekonomi di Maluku Utara diwarnai oleh pola kehidupan yang cenderung lebih menggali kekayaan laut dan memanfaatkan laut sebagai media transportasi.
Berangkat dari kesamaan budaya dan tipografi alam kedua provinsi tersebut, maka produk budaya yang mereka hasilkan pun mayoritas sama. Salah satunya  senjata tradisional Parang dan Salawaku atau Parang Salawaku.
Salah satu senjata tradisional Provinsi Maluku dan Maluku Utara yang unik ialah Parang dan Salawaku. Hari ini, senjata ini biasanya dipakai oleh para penari pria saat mempertunjukkan tarian Cakalele.
Hal membuat senjati ini unik dan estetik ialah terdapat ukiran-ukiran bermakna khusus yang terbuat dari kulit kerang laut. Keunikan setiap senjata tradisional itu bisa terlihat dari bentuk, pemilihan bahan, teknik pembuatannya, atau hiasan yang dipergunakan dalam senjata tersebut.
Di Maluku Utara sendiri terdapat senjata tradisional yang sangat terkenal, senjata itu bernama Parang Salawaku. Bentuknya yang cukup unik karena senjata ini merupakan senjata yang lengkap.
Dalam Buku Genius Senior dideskripsikan bahwa senjata parang memiliki panjang 90-100 cm. sedangkan salawaku merupakan perisai bermotif. Parang tersebut terbuat dari bahan besi yang keras dan ditempa oleh seorang pandai besi. Kepala para terbuat dari kayu keras seperti kayu besi atau kayu gupasa. Seperti halnya gagang parang, salawaku juga terbuat dari kayu yang keras.
Ukuran badan penari Cakalele berpengaruh pada ukuran parang dan salawaku. Parang Salawaku sudah merupakan satu paket senjata tradisonal Maluku Utara. Senjata ini terdiri dari parang dan perisai.
Parang dan salawaku memiliki arti tersendiri. “Parang” berarti pisau besar namun biasanya memiliki ukuran yang jauh lebih besar dari pisau dan lebih pendek dari pedang. “Sawalaku” sendiri memiliki arti perisai. Perisai merupakan alat yang dipergunakan untuk melindungi diri dan untuk menangkis serangan senjata lawan.
Parang bertindak sebagai senjata. Parang ini dipergunakan sebagai senjata untuk melakukan penyerangan terhadap lawan. Sedangkan, sawalaku digunakan sebagai perisai yang berfungsiuntuk menahan serangan lawan.
Apabila hari ini Parang Salawaku digunakan untuk melengkapi pakaian penari atau upacara perkawinan, pada zaman dahulu senjata ini juga digunakan untuk berperang dan berburu binatang di hutan. Khususnya berperang, parang salawaku digunakan ketikan perang Kapitan Pattimura melawan pemerintah kolonial Belanda.
Seperti senjata lainnya, salawaku diproduksi oleh para pengrajin besi. Para pengrajin parang dan salawaku yang telah terkenal terdapat di pulau Kakara B di Halmahera Utara. Proses yang penting dalam pembuatan senjata ini adaah ketika senjata tradsional Maluku Utara ini dimantrai oleh Kapitan Pattimura. Dengan mantra ini, konon para prajurit Pattimura tak mempan ditembus peluru.

0 komentar:

Posting Komentar