Ranup Lampuan adalah kesenian tari yang berasal dari Nangroe Aceh Darussalam.
Tari ini merupakan visualisasi dari salah satu filosofi hidup warga
Aceh, yakni menjunjung keramah-tamahan dalam menyambut tamu. Gerakan
demi gerakan dalam Ranup Lampuan menggambarkan prosesi memetik,
membungkus, dan menghidangkan sirih kepada tamu yang dihormati,
sebagaimana kebiasaan menghidangkan sirih kepada tamu yang berlaku dalam
adat masyarakat Aceh. Menilik karakteristiknya, atas dasar tersebut,
tari ini digolongkan ke dalam jenis tari adat/upacara. Sejarah Ranup Lampuan Ranup (atau ranub) dalam Bahasa Aceh memang berarti sirih, sementara lampuan terdiri dari dua kata, yakni (lam) yang artinya dalam, dan (puan)
yang berarti tempat sirih khas Aceh. Tarian ini diciptakan oleh
Yusrizal (Banda Aceh) kurang lebih pada 1962 (Burhan, 1986; 141). Tak
lama setelah populer di Banda Aceh, tari ini berkembang di berbagai
daerah lainnya di Nangroe Aceh Darussalam. Selain Ranup Lampuan,
koregrafer tersohor Aceh ini, bersama grup tari Pocut Baren, juga banyak
menciptakan tari-tari tradisional Aceh lainnya, seperti Meusare-sare,
Bungong Sieyueng-yueng, Tron U Laot, Poh Kipah, Tari Rebana, dan
Sendratari Cakra Donya Iskandar Muda,Pada awalnya, tari Ranup Lampuan
yang dibawakan oleh 7 penari perempuan ini diciptakan dengan iringan
musik modern (band atau orkestra), namun dalam perkembangannya, Ranup
Lampuan lebih sering diiringi musik tradisional khas Aceh, “Serune
Kalee”, sebagaimana diusulkan sejumlah pihak pada waktu itu. Makna dalam Ranup Lampuan Setiap gerakan dan
atribut dalam tarian ini mengandung makna simbolik. Sebagai gambaran,
seluruh gerakan dalam tari ini dibawakan dengan tertib dan lembut
sebagai ungkapan keikhlasan menerima tamu. Terdapat juga gerakan
salam-sembah dengan tangan mengayun ke kiri, ke kanan, dan ke depan
sebagai perlambang kekhidmatan mempersilakan para tamu untuk duduk.
Lantas, sirih dalam puan pun dihidangkan secara nyata oleh para penari
kepada tamu yang mereka sambut. Dalam masyarakat Aceh, sirih dan puan
merupakan perlambang kehangatan persaudaran. Selain sebagai hidangan
penyambut tamu, ranup atau sirih mempunyai peran yang penting dalam
ritus-ritus sosial masyarakat Aceh, sehingga ia selalu ada dalam
berbagai prosesi, dari mulai pernikahan, sunatan, bahkan ketika
menguburkan jenazah.
Curhat Pendek - Itu Susu?
-
Ketika kamu memiliki banyak pengalaman, melihat banyak hal yang terjadi di
dunia maka biasanya semakin sulit kamu untuk terkejut pada sesuatu yang
tida...
0 komentar:
Posting Komentar