KARYA SENI YANG HAMPIR TAK PERNAH ABSEN DALAM UPACARA TRADISIONAL BATAK
Kesetiaan
adalah suatu sikap hidup masyarakat tradisional Batak yang banyak
menentukan corak budaya Batak. Setia dan taat kepada adat, setia
bertatakrama tradisional, patuh dan hormat kepada nenek moyang
menyebabkan budaya Batak lestari secara tradisional.
Topeng
atau kedok adalah gambar atau pahatan dalam bentuk muka orang atau
binatang. Topeng pada umumnya dibuat dari kayu, meskipun ada pula dari
bahan lain yang dibuat demikian rupa sehingga dapat dipakai di bagian
muka atau kepala orang untuk keperluan upacara atau tarian. Muka yang
digambarkan adalah watak-watak, tokoh-tokoh atau simbol-simbol tertentu
yang dapat memberi efek seperti yang dikehendaki oleh penciptanya.
Topeng-topeng dengan efek magis telah lama tumbuh dalam masyarakat.
Gambar topeng yang digoreskan pada kendi atau gerabah lain, pada
perunggu, genderang perunggu dan lain-lain, sudah ada sejak masa
prasejarah.
Topeng
sebagai ragam hias rupanya merupakan salah satu di antara aspek seni
yang tertua di dunia dan mempunyai fungsi dalam kepercayaan masyarakat
yakni mendatangkan roh nenek moyang dan bernilai magis, di samping
mempunyai nilai simbolis. Itulah sebabnya topeng hampir tak pernah absen
dalam upacara-upacara tradisional, khususnya di masyarakat Batak.
Di
daerah Batak Karo topeng disebut "gundala-gundala," di Simalungun
"huda-huda," di Pakpak Dairi "mangkuda-kuda." Topeng ditampilkan pada
upacara memanggil hujan misalnya, juga sebagai hiburan raja-raja (baik
yang masih hidup maupun yang sudah menjadi arwah). Raja-raja adalah
pelindung kerajaan atau seluruh masyarakat.
Penampilan
topeng di Batak Karo, Simalungun, Tapanuli, Pakpak Dairi, cenderung
pada bentuk teater, seperti halnya tari topeng yang terdapat di Jawa,
Bali dan Madura yang berlatar belakang falsafah kehidupan yang
digambarkan secara estetis dengan iringan musik dan lagu. Bedanya,
pertokoan topeng Batak lebih terbatas dibandingkan dengan topeng Jawa,
Bali dan Madura.
Ragam
hias topeng yang berkembang di berbagai daerah di Indonesia sejak masa
prasejarah itu semakin berkembang apalagi dengan masuknya pengaruh
asing, terutama Cina. Di lingkungan masyarakat Batak seni topeng maju
pesat sejak awal abad ke-20 ini, terutama gundala-gundala di daerah
Simalungun.
Dasar
atau latar belakang perkembangan seni topeng di lingkungan masyarakat
Batak itu sama, yakni sebagai sarana untuk memanggil dan memuja roh
nenek moyang. Dalam perkembangannya timbul perbedaan-perbedaan variasi
pada berbagai daerah.
Topeng Simalungun
Cerita
yang masih sangat berkesan di kalangan masyarakat setempat,
berkembangnya seni topeng di daerah Simalungun berawal dari kisah
sedihnya keluarga raja Simalungun. Putera tunggal raja meninggal dunia,
raja sedih. Apalagi sang permaisuri ("puang balon") menjadi merana.
Seluruh kerajaan diliputi mendung kesusahan. Dalam kesulitan semacam ini
timbullah upaya di kalangan rakyat untuk menghibur keluarga raja,
tetapi lama tak kunjung berhasil. Kemudian ada gagasan yang cemerlang
yakni menyelenggarakan pertunjukan dengan lakon yang lucu dalam bentuk
tari topeng. Topengnya dibuat dari pelepah bambu atau sejenis itu,
dibuat dalam bentuk dan expresi yang lucu serta ditarikan dalam tata
gerak yang lucu pula. Raja dan puang balon dapat terhibur. Kemudian tari
topeng ini berkembang dan merakyat serta sangat digemari dengan sebutan
tari huda-huda. Topengnya sendiri makin sempurna, bahannya bukan
pelepah lagi melainkan kayu yang tahan lama dengan ukiran dan warna yang
menarik dan bergaya lucu. Topeng Simalungun ini diduga merupakan tahap
awal dari topeng Batak pada umumnya.
Pada
dasarnya topeng Simalungun terdiri atas empat tokoh saja, yaitu satu
wanita, dua pria dan satu burung. Gaya wajah tidak seram, tetapi
romantik dan cenderung lucu. Exresi rendah hati tetapi optimis,
mempesona, sesuai dengan latar belakang sejarahnya, yakni untuk
menghibur keluarga raja yang sedang duka-nestapa.
Topeng Tapanuli
Seperti
halnya di daerah Simalungun, di daerah Tapanuli seni (pertunjukan)
topeng juga dari cerita rakyat tentang kedudukaan raja dan permaisuri
karena kematian puteranya yang tercinta. Di sini tokoh topeng yang untuk
menghibur itu terdiri atas sepasang pria wanita, dengan ukuran topeng
sekedar cukup untuk penutup muka. Dipergunakan dalam bentuk tarian
dengan tetabuhan tanpa dialog khusus.
Si
Gale-gale, yang artinya lemah-lembut adalah boneka/patung kayu
berbentuk manusia pria, remaja dalam ukuran yang mendekati natural,
dilengkapi kostum tradisional Batak. Tiap-tiap bagian tubuhnya diberi
persendian dan tali sedemikian rupa sehingga seseorang (dalang) dengan
iringan "gendang" dapat memainkannya seperti gerakan-gerakan seorang
remaja putera yang seakan-akan hidup. Si Gala-gala dengan demikian
termasuk seni teater boneka (puppet-theatre).
Latar
belakangnya sama, yakni menghibur ibu yang kematian satu-satunya
putera yang berangkat remaja sehingga mengalami duka nestapa yang amat
dalam. Bahkan si anak yang telah jadi mayat itu dipeluk terus tanpa
menghiraukan terjadinya proses pembusukan yang terjadi. Pada suatu saat
ketika sang ibu terlena, tidak sadarkan diri seorang seniman pematung
mengganti anak tersebut dengan sebuah patung dan mayat si anak pun
dikuburkan. Setelah sang ibu sadar diberitahukan bahwa sang anak mulai
sadar (hidup) kembali, tapi dalam keadaan lemah (Si gale-gale). Kemudian
berkembang menjadi seni boneka yang seakan-akan hidup dan amat digemari
oleh seluruh masyarakat Batak, juga diikut sertakan sebagai pengisi
upacara adat kematian, memanggil roh dan pemujaan roh nenek moyang yang
dianggap baik. Kemudian pertunjukan Si Gale-gale menjadi hiburan
masyarakat luas karena fungsi sebagai upacara religius-magis dilarang
oleh agama (Islam, Kristen) yang datang kemudian.
Topeng Pakpak Dairi
Bila
dibanding dengan daerah Simalungun di daerah Pakpak Dairi seni topeng
tidak begitu berkembang. Pertunjukan ditujukan untuk upacara ritual di
samping sebagai hiburan dan lebih cenderung pada ritual-magis.
Topeng Karo
Seni
topeng ("gundala-gundala") di daerah lebih muda bila dibandingkan
dengan seni topeng Simalungun dan Pakpak Dairi. Di Kabu paten Karo
topeng tradisional masih banyak kita temui seperti di desa-desa:
Sukanalu, Juma Padang, Guru Singa, Siberaya, Kubu Calia dan Lingga. Di
daerah Karo Topeng dipertunjukkan pada hari-hari besar nasional di
samping upacara-upacara adat dan tontonan rakyat yang bersifat
pendidikan. Juga untuk upacara tolak-bala, penaburan benih dan
penyambutan tamu agung. Dilakonkan dalam gaya komedi tanpa dialog.
Pemain terdiri atas lima orang yang berperan sebagai: raja/panglima,
permaisuri, puteri raja, menantu dan musuh (burung genda-gendi).
Bahan dan Proses Pembuatan Topeng
Bahan baku topeng adalah kayu yang cukup keras yakni sangketten, dilengkapi dengan bambu, ijuk dan lain-lain, termasuk kain.
Kayu
yang bulat itu diukir berbentuk wajah, bagian dalamnya dibuang sehingga
berbentuk cekungan yang sesuai dengan bentuk muka orang berikut lubang
untuk mata dan angin-angin. Topeng burung si gurda-gurdi, paruhnya juga
terbuat dari kayu yang sama, kerangka (badan) burung yang dapat
dimasuki orang itu dibuat dari bambu dan ditutup kain. Topeng, lebih
tepatnya boneka atau patung Si Gale-gale, sesuai dengan bentuknya yang
khas dan rumit itu merupakan karya seni khusus yang dibuat secara
khusus pula. Teknis persendian dan tali-temali di sini sangat penting
agar dalang dapat "menghidupkan"nya dalam permainan. Di samping itu
pakaian dan tata rias juga pegang peranan penting.
Kesimpulan dan Saran
Seni
topeng Batak adalah karya seni dekorasi, patung, sekaligus pentas yang
tumbuh dari sejarah, tradisi masyarakat dan alam Batak. Telak memberi
ciri dan kebanggaan berlatar belakang nilai budaya yang luhur, yakni
kesetiaan. Meski fungsinya makin menggeser dari sakral ke arah profance,
namun nilai estetis dan pemuas rasa setia dan sekaligus sebagai pelipur
lara yang turun temurun itu merupakan "kekayaan" budaya daerah maupun
nasional yang tak ternilai.
Diperlukan
dorongan dan upaya untuk menyelamatkan yang masih tertinggal dan
membuat lagi agar tidak punah, tapi justru berkembang. Marilah pecinta
warisan budaya kita ini, kita wujudkan dalam perilaku yang nyata.
0 komentar:
Posting Komentar