Gunung
dan sawah merupakan bagian dari bentang alam yang menyebabkan hidupnya
kebudayaan sekaligus hancurnya peradaban. Sejarah kehidupan manusia
mengalami perubahan penting sejak pertama kali menemukan sistem cocok
tanam. Mereka berhenti sebagai nomaden (berpidah tempat) karena sawah
(dan gunung), dimana mereka menunggui sawah dan menciptakan berbagai hal
di sela-sela waktunya. Seiring berjalannya waktu, pada akhirnya gunung
dan sawah telah diakui sebagai tanda lahir dan hidupnya budaya (baca
:kemanusiaan) itu sendiri.
Hasil
olahan dari apa yang ada di sawah dan gunung juga lah yang menyebabkan
Nusantara menjadi bahan persoalan. Dimana padi dan rempah-rempah menjadi
rebutan berbagai negara pada ratusan tahun silam. Disamping itu,
keberadaan sawah di Nusantara menjadi salah satu prestasi tertinggi
Presiden Soeharto pada masa Orde Baru yang diakui oleh PBB.
Adapun
dalam sudut pandang seni rupa, sawah dan gunung menjadi objek inspirasi
yang tiada henti. Lukisan dengan objek pemandangan menjadikan sawah,
gunung, dan hutan sebagai elemen utama. Dalam pameran lukisan yang
pernah diadakan di Museum Basoeki Abdullah pada tahun 2011 yang bertema “
Landscape of Nation: Gunung dan Sawah Sebagai Simbol”, kurator
mengusung tesis bahwa gunung dan sawah terkait dengan beberapa hal :
- Gunung dan sawah dalam konteks tradisi dan romantisme
Contohnya
adalah lukisan Abdullah Sr., Basoeki Abdullah., Wakidi, dan Ernst
Dezentje. Mereka mengutamakan komposisi yang dinamis maupun statis yang
diarahkan untuk menciptakan dunia baru yang memiliki tujuan untuk
menarik perhatian penonton secara emosional dalam melihat realitas.
Realitas dalam pikiran para pelukis semacam ini berbasis romantisisme
(sebuah angan-angan atau imajinasi yang bersifat dramatis) dengan
mengedepankan kelebihan-kelebihan alam sebagai subjek maupun objek
utama.
Gambar: Telaga Warna (Karya : Abdullah Soerio)
2. Gunung dan sawah dalam konteks nasionalisme
Nasionalisme
disini adalah sebuah sikap yang mengedepankan munculnya sebentuk
keinginan untuk mencapai kebersatuan antar personal/individu. Isu
kemerdekaan bangsa Indonesia yang dikaitkan dengan gunung sebagai medan
pertempuran melawan penjajah atau kolonialisme adalah isu yang utama
dalam hal ini. Salah satu titik tolak konteks ini adalah karya Dullah
bersama pelukis lainnya yang bertajuk “Memperingati Konferensi Asia
Afrika”.
3. Gunung dan sawah dalam konteks religi
Di
Nusantara, berbagai hal yang terkait dengan gunung selalu disematkan
simbolisasi yang bernada tentang keselamatan, keseimbangan, dan
religiusitas. Gunung yang direpresentasikan sebagai ‘gunungan’ menjadi
materi dalam konteks ini. Gunungan berakar dari pemikiran tentang
kehutanan digantikan dengan lambang alam semesta. Dalam konteks yang
lebih modern karya Rustamadji dan Ahmad Sadali adalah bagian yang
terkait dengan konteks ini.
Gambar: Gunungan (Karya : Ahmad Sadali)
4. Gunung dan sawah dalam konteks dokumentasi sosial dan isu global
Gunung
dan sawah merupakan bagian terpenting dari kekayaan Nusantara. Dalam
konteks ini, masalah-masalah yang ditimbulkan oleh sebagian penduduk
bumi yang menjadikan keberadaan gunung dan sawah tak seimbang adalah
tema utama. Berbagai kejadian seperti gunung yang gundul dan sawah yang
berkurang ataupun kering adalah realitas yang kerap ditangkap oleh para
pelukis. Diantara pelukis yang memerhatikan masalah ini adalah D. Zawawi
Imron, Dyan Anggraini, Hanafi, Januri, Stefan Buana, Julnaidi MS,
Rinaldi, Tisna Sanjaya, Totok Buchori, dan Widayat.
Gambar: Renungan di Tengah Alam Madura (Karya : D. Zawawi Imron)
5. Gunung dan sawah dalam konteks individual dan fantastik
Secara
khusus konteks ini berkait erat dengan pengalaman dan kepiawaian
personal para pelukis. Ketut Susena dengan amat kuat menerapkan
kemampuan teknik berupa lelehan dan semburat cat dan warna. Dengan
berbekal gaya abstrak ekspresisi, Susena melahirkan ide mengenai
semburan lava yang sedang berkecamuk. Sedangkan Yon Indra menjadikan
kanvasnya sebagai media untuk mengerti segi-segi atau bahasa formalistik
alam.
Gambar: Sungai Tak Pernah Kembali (Karya: Basoeki Abdullah)
Klasifikasi
tema-tema tersebut akan memudahkan peserta maupun penonton pameran
untuk mengapresiasi sejauh mana peran tema gunung dan sawah sebagai
simbol. Basoeki Abdullah merupakan salah satu penulis yang amat
mencintai sawah dan gunung. Ia tidak hanya melukis sawah sebagai lahan
yang menjadi media menanam bagi sang petani, namun dalam lukisannya juga
terdapat imajinasi yang menyiratkan bahwa ia sedang menanam
tanda-tanda. Dalam perspektif lain, pemaknaan sawah juga sampai pada
dimensi sufiisme yang menanamkan rasa iman kepada penciptanya.
0 komentar:
Posting Komentar