ILMU PENGOBATAN SUKU LAMPUNG
Tiap
kebudayaan manusia mempunyai suatu sistem pengetahuan yang berasal dari
pengalamannya sehari-hari. Alam sekitar, flora, fauna, lingkungan
budaya dan kepercayaan menjadi guru dan sekolah sekaligus. Begitu pun
dengan masyarakat suku Lampung. Mereka mengenal ragam pengetahuan
tentang cara dan bahan pengobatan yang berasal dari flora dan fauna yang
tersedia di sekitar mereka.
Masyarakat
suku Lampung telah mengetahui bahwa sejumlah tumbuh-tumbuhan dan bagian
hewan tertentu bisa digunakan untuk menyembuhkan penyakit. Beberapa
tumbuhan yang biasa digunakan sebagai obet di antaranya:
Dari pohon kelapa, suku Lampung menggunakan akarnya untuk mengobati kencing batu. Sementara yang disebut ujau tinjau atau
kelapa hijau yang berkelopak jingga digunakan sebagai penawar panas
perut. Dan air kelapa yang telah tua bisa diminum sebagai penawar racun.
Sedangkan kulit tempurungnya bisa dipergunakan untuk mengobati luka.
Bagi
masyarakat yang kesehariannya berada di perairan, baik laut atau pun
sungai, akan sering menghadapi penyakit gangguan telinga yang
diakibatkan oleh tekanan air yang besar saat berenang atau menyelam.
Sehingga gendang telinga rusak dan membuatnya infeksi di bagian dalam
telinga. Dengan pohon pisang atau putil, orang Lampung percaya bahwa tetap pisang, yaitu air batang pisang yang ditampung dari pucuk anak pisang dapat digunakan sebagai obat sakit telinga.
Penyakit
cacingan telah menjadi penyakit alami bagi anak-anak yang berasal dari
lingkungan yang lembap atau karena pola makan dan cara bermain mereka.
Tapi sebagai orang tua, suku Lampung tak perlu khawatir selama masih ada
pohon pinang di sekitar tempat tinggal. Karena dari umbut serta buah
pinang atau urai yang muda,masyarakat suku Lampung telah mempercayakannya sebagai obat cacing.
Jika
hari ini anak-anak kita menggunakan pasta gigi yang bersifat kimiawi
untuk menguatkan gigi agar tidak keropos dan berlubang. Masyarakat suku
Lampung sejak dulu telah memiliki resep alami untuk gigi anak-anak yang
baru tumbuh agar kuat dan tahan dari penyakit. Dengan cara mengunyah
atau menggosok-gosokkan benalu pada gigi.
Tumbuhan lainnya adalah seruni yang digunakan daunnya sebagai obat luka. Lalu ketinuh atausejenis tanaman lunak yang berbuah bulat, rasanya asam manis digunakan seabgai obat tekanan darah tinggi.
Tumbuhan Gelinggang yang daunnyaberbentuk seperti daun kacang dan berbuah seperti petai atau kacang hijau, digunakan untuk obat sakit tulang.
Alang-alang atau Lioh,
dari pangkal batang dan akarnya bisa dijadikan sebagai obat kencing
batu serta sakit perut. Maka jika orang Lampung melewati alang-alang, ia
akan mengatakan “lioh-lioh, segoko anakmu, ana kebau aga liu”,
maksudnya agar alang-alang memelihara anaknya agar berkembang baik dan
banyak akar serta pangkal batangnya.
Tak
hanya pengetahuan tentang kegunaan tumbuhan sebagai obat-obatan, suku
Lampung pun mengetahui bahwa jika satu tumbuhan bercampur dengan
tumbuhan atau zat lain dalam percernaan secara bersamaan akan berubah
menjadi racun. Salah satu contohnya adalah buah ramutan atau binjai dengan durian. Kemudian campuran buah manggis dengan gula pasir dapat menimbulkan sakit perut yang parah.
Selain
tumbuhan, masyarakat suku Lampung juga memiliki pengetahuan pengobatan
yang berasal dari hewani. Diantaranya adalah tanduk kijang yang berlapis
kulit dapat dimanfaatkan sebagai obat penyakit kulit. Hati tupai bisa
digunakan sebagai obat asma. Lemak ular bisa digunakan untuk mengurut
patah tulang atau kaki yang terkilir. Sedangkan cula dan cacing keremi
badan berguna untuk menawar racun. Bahkan suku Lampung menggunakan air
seni sebagai obat sakit mata dan sakit gigi, yang biasa dikenal dengan
nama saribu.
Jika
kita resapi ilmu pengetahuan suku Lampung dalam pengobatan
sehari-harinya, seolah-olah penyakit yang mendera mereka hanya berasal
dari alam dan kemudian diobati dengan bahan obat yang berasal dari alam.
Namun hari ini kita mengenal ragam jenis penyakit yang tidak ada
sebelumnya, yang berasal dari bahan kimia yang masuk ke dalam tubuh
melaui udara atau zat kimia yang terkandung dalam makanan dan minuman
yang kita konsumsi dan kemudian diobati dengan zat kimia lainnya yang
berfungsi sebagai anti biotik, anti body, dll.
Maka
bisa kita maklumi bahwa kehidupan masyarakat di masa lampau atau
masyarakat yang hidup di hutan dan jauh dari polusi udara dan bahan
konsumsi, usianya cenderung lebih panjang dengan stamina yang lebih kuat
dari pada masyarakat modern yang telah terbiasa dengan ragam kimia di
dalam tubuhnya.
0 komentar:
Posting Komentar