KASTAISTIK DALAM SUKU TALAUD
Lingkungan
sosial yang terbentuk di Indonesia sebagian besar memiliki kesamaan.
Salah satunya adalah terdapatnya stratifikasi sosial di masyarakat.
Entah berawal dari mana, seak berpuluh tahun lalu suku Talaud memiliki
penggolongan anggota masyarakat dalam beberapa lapisan, yaitu Papung
(papunna) atau bangsawan, kemudian di lapisan kedua diduduki oleh rakyat
biasa, dan lapisan ketiga yang dianggap sebagai lapisan terbawah
disebut sebagai Alangnga yakni mereka yang termasuk ke dalam budak.
Stratifikasi sosial suku Talaud
hari ini meskipun telah mengalami pergeseran, namun tetap menjaga
warisan dari leluhurnya. Dalam kehidupan sehari-hari, walaupun penegasan
terhadap golongan sistem stratifikasi tidak lagi setegas dulu,
masyarakat suku Talaud masih menggunakannya dalam adat perkawinan. Jika
seseorang ingin menikah, penilaian terhadap keturunan itu menjadi salah
satu poin besar yang perlu dipertimbangkan. Penilaian seperti ini
disebut juga dengan Modalahoko.
Modalahoko ini tetap dilakukan dengan mempertimbangkan dua golongan yang masih tersisa dalam sistem stratifikasi sosial suku Talaud.
Golongan pertama bukan lagi diduduki kaum bangsawan, melainkan
digantikan oleh kaum terpelajar yang ada dan bekerja di desa tersebut,
seperti guru, pemimpin keagamaan dan pemerintahan dalam desa. Golongan
ini menjadi golongan teratas dalam masyarakat Talaud kini.
Lapisan Alangnga
yang dahulu menjadi lapisan terbawah dan dihuni kaum budak, sekarang
ini dihapuskan. Golongan kedua yang masih dipercaya oleh masyarakat suku
Talaud kini diisi oleh masyarakat yang berprofesi sebagai petani dan
nelayan. Petani atau nelayan adalah salah satu profesi yang banyak
dipilih oleh masyarakat suku Talaud. Namun, saking banyaknya yang
berprofesi sebagai nelayan dan terutama petani, timbullah perbedaan
antara petani yang menjadi buruh dan petani yang memiliki tanah dan
perkebunan sendiri. Petani yang memilki tanah dan perkebunan sendiri
pada akhirnya berada di antara golongan lapisan pertama (kaum terpelajar
dan pemerintahan) dan golongan lapisan kedua (petani/nelayan).
Mempertimbangkan
hal tersebut, masyarakat suku Talaud tentu akan sangat memperhatikan
betul keturunan yang seperti apa akan mereka nikahi. Hal ini membuat
suku Talaud berbondong-bondong dengan penuh kerja keras mengubah nasib
mereka agar tak sama dengan golongan leluhurnya. Barangkali berkat
sistem Modalahoko pula masyarakat suku Talaud menjadi masyarakat yang
pekerja keras.
0 komentar:
Posting Komentar