KELOMPOK-KELOMPOK KEKERABATAN DALAM MASYARAKAT ACEH
Keluarga Batih
Sistem
kelompok keluarga masyarakat Aceh pada umumnya menganut sistem keluarga
batih. Rumah-tangga terdiri atas keluarga kecil yaitu ayah, ibu dan
anak-anak yang belum kawin. Apabila seseorang anak sudah kawin, ia akan
mendirikan rumah-tangga sendiri sebagai keluarga batih pula. Seseorang
yang baru kawin, tidak seberapa lama menetap bersama-sama dalam keluarga
batih dari ayah atau mertuanya. Ada yang menetap beberapa bulan saja
atau sampai lahir seorang anak.
Seseorang
yang sudah memisahkan diri dari keluarga batih ayahnya atau mertuanya
disebut dengan peu meukleh, atau jawe di Gayo. Keluarga batih dalam
masyarakat Aceh tidak mempunyai istilah tersendiri, kecuali dalam
masyarakat Gayo istilah keluarga batih disebut dengan sara ine. Ayah dan
ibu dalam keluarga batih, mempunyai peranan penting untuk mengasuh
keluarga sampai dewasa.
Peranan
ini sudah menjadi tanggung-jawab ayah dan ibu meliputi segala kebutuhan
keluarga seperti kebutuhan akan sandang-pangan, kesehatan dan
pendidikan. Kebutuhan terhadap pendidikan anak-anaknya sangat penting
bagi masyarakat Aceh. Karena menurut sudut pandangan agama, orang tua
tidak boleh mengabaikan pendidikan anaknya, baik pendidikan agama maupun
pendidikan umum.
Kegiatan
dalam keluarga batih, merupakan kegiatan bersama. Kegiatan ini tampak
pada waktu tron u blang (turun ke sawah), atau turunku urne di Gayo,
meulampoh (berkebun) semua anggota keluarga batih menjadi tenaga
pelaksana. Pembagian kerja antara anggota keluarga sesuai menurut
kemauan mereka masing-masing. Biasanya anak-anak diberikan pekerjaan
yang lebih ringan, karena ia belum mampu mengerjakan pekerjaan yang
berat.
Keluarga Luas
Sistem
keluarga luas hanya terdapat pada masyarakat Gayo di Aceh Tengah.
Ukuran keluarga dalam masyarakat Gayo hanya ditentukan oleh tempat
tinggal dan hidup dalam satu kesatuan ekonomi. Keluarga luas di Gayo ini
bisa disebut sara dapur (satu dapur) atau sara kuren (satu periuk).
Mereka tinggal dalam suatu rumah besar (rumah belah rang atau rumah time
ruang bersamasama -dengan keluarga luas lainnya. Keluarga-keluarga luas
seperti itu sering juga disebut sara berine.
Apabila
salah satu anggota keluarga sudah kawin, ia akan pindah ke dalam satu
bilik (kamar), tetapi masih dalam rumah itu juga, dan masih dalam
kesatuan ekonomis dengan keluarga batih senior. Pada satu saat keluarga
batih ini berdiri sendiri secara ekonomis (jawe) dan terpisah dari
keluarga luasnya. Kesatuan keluarga luas yang mendiami satu rumah besar
ini sering disebut sara kuru, atau saudere. Kelompok seperti ini
kadang-kadang tidak harus dalam satu rumah, tetapi berada pada beberapa
rumah. Setiap rumah di Gayo pada masa lalu mempunyai nama-nama
tersendiri seperti: Umah Melige, Kuli, Berukir, Genuren, Kul, Nangka,
Kedeusa dan lain-lain.
Perkembangannya
pada saat sekarang, menunjukkan suatu gejala akan lenyapnya umah timeu
ruang sebagai tempat tinggal sedere. Sekarang ini kelihatan banyak
bangunan perumahan di pedesaan meniru pola perumahan perkotaan. Rumah
tidak lagi berbentuk memanjang yang terdiri atas kamar-kamar dalam
bentuk panggung (tinggi). Pola yang baru ini tidak seberapa membutuhkan
kayu-kayu sebagai bahannya. Lagi pula keluarga sara ine tadi
berkeinginan untuk memisahkan diri dari umah timeu ruang.
Kien kecil
Lama-kelamaan
perkembangan sedere, tidak mungkin tertampung lagi di dalam umeh timeu
ruang tadi, karena jumlahnya semakin besar dan semakin banyak pula
membutuhkan tempat tinggal. Maka terjadilah pemisahan tempat dengan
mendirikan rumah baru. Rumah baru ini kemudian berkembang pula menjadi
rumah besar seperti di atas tadi. Walaupun timbul pemisahan tempat
tinggal, akan tetapi tali kekerabatan tetap tidak berubah. Antara satu
rumah dengan rumah yang lain masih diikat oleh pertalian sedere. Dari
ikatan pertalian ini terjadilah kien kecil dalam masyarakat Gayo yang
disebut dengan belah. Anggota dari satu kien kecil (belah) ini
memelihara adat exogami.
Pada
saat-saat tertentu mereka mengadakan aktifitas bersama, misalnya dalam
pertanian atau upacara adat (resam) yang lain. Pada belah tertentu
rupanya pada masa lalu memiliki binatang totem. Setiap belah biasanya
mempunyai nama tersendiri seperti cebero, jongok, melala, gunung, beno,
munte, bukit, linge, dan lain-lain.
Pada
masa kini kehidupan belah di Gayo mulai tidak berfungsi lagi seperti di
masa lalu. Namun pada beberapa kampung tertentu tampak masih bertahan.
Di pihak lain di kampung seperti itupun sudah sering terjadi pelanggaran
terhadap norma belah itu, misalnya adanya pelanggaran terhadap exogami
belah itu.
0 komentar:
Posting Komentar