Secara
administratif masjid terletak di Desa Pondok Tinggi, Kecamatan Sungai
Penuh, Kabupaten Kerinci, Jambi. Pembangunan masjid dilakukan pada hari
Rabu tanggal 1 Juni 1874. Pemilihan hari ini berdasarkan adat setempat,
dimana hari rabu dipercaya sebagai hari baik untuk memulai pembangunan.
Masjid dibangun atas dasar gotong royong masyarakat yang dipimpin oleh
pemuka adat dan agama, dipati, ninik mamak, serta cerdik pandai.
Kayu-kayu sebagai bahan dasar bangunan dikumpulkan sebelum melakukan
pembangunan. Setelah bahan terkumpul, dilakukan pemilihan panitia yang
diketuai oleh jenang. Terpilih desain dari Nuryan M. Tiru dari
Rio Mandaro. Tujuh hari tujuh malam saat awal pembangunan dilakukan
berbagai macam atraksi dengan mengorbankan 12 ekor kerbau.
Pada
awalnya masjid bernama Masjid Pondok Tinggi. Sesuai dengan lokasinya
yang berada di Dusun Pondok Tinggi. Kemudian nama tersebut sedikit
bertambah ketika Bung Hatta (Wakil Presiden Pertama RI) berkunjung ke
Sungai Penuh pada tahun 1953. Beliau menyebutnya ‘Masjid Agung’, maka
sampai saat ini masjid dinamai ‘Masjid Agung Pondok Tinggi’. Pemugaran
pertama kali dilakukan pada tahun 1980/1981-1982/1983 oleh Proyek Sasana
Budaya Jakarta. Pada tahun 1979 masjid sudah tercatat sebagai salah
satu benda cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah sesuai
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Benda Cagar Budaya.
Bangunan
masjid menghadap ke timur dan berdenah persegi. Untuk memasuki ruang
utama terdapat pintu di sisi timur bangunan. Lantai bangunan terbuat
dari ubin, sedangkan dinding terbuat dari papan berukir khususnya yang
ada di sudut luar bangunan dan tempat adzan. Di dalam ruang utama
berdiri 36 tiang sebagai penopang atap yang terbagi ke dalam tiga
kelompok. Pertama, 4 buah tiang panjang sambilea (15 m) yang disebut tiang tuao (soko guru) berbentuk segi delapan dan berpelipit. Kedua, 8 buah tiang panjang limau (8 m) berbentuk segi delapan yang membentuk segi empat diluar soko guru. Terakhir, 24 buah tiang panjang duea
(5,5 m) membentuk segi empat terluar dan merupakan tiang dasar sebagai
penyangga serta berjajar tujuh buah tiang. Selain ke-36 tiang tersebut
ada pula tiang sambut, yaknitiang yang tergantung dan tidak
bertumpu pada tanah tetapi terikat pada kayu-kayu alang. Setiap tiang
dihubungkan dengan papan penguat yang berukir sulur-sulur. Kemudian pada
tiang-tiang yang menyerupai pasak memiliki hiasan berbentuk kepala
gajah.
Pada
sisi barat ruang utama terdapat penampil yang berfungsi sebagai mihrab
berdenah persegi panjang. Pada dindingnya terdapat hiasan bunga dari
porselin buatan Belanda. Mihrab merupakan bangunan tambahan terbuat dari
tembok yang dibangun pada tahun 1916. Pintu mihrab berada di sisi timur
berjumlah dua. Bagian depannya berbentuk lengkungan berhiaskan motif
geometris dan sulur. Atap mihrab berbentuk kubah dengan mustaka di
atasnya. Di sebelah utara mihrab terdapat mimbar yang ditopang oleh enam
buah tiang dan memiliki tiga anak tangga sebagai jalan masuk. Hiasan
pada mimbar menyerupai bunga padma kala makara dan daun-daunan.
Tempat
adzan berada pada bagian tengah masjid di atas alang yang dihubungkan
tangga. Tempat masjid berupa anjungan dengan dinding terbuat dari papan.
Bagian tengahnya memiliki tangga untuk naik ke tempat adzan dengan 17
anak tangga, dimana tempat adzan berada 5 meter di atas lantai. Di dalam
masjid juga terdapat dua buah bedug. Bedug pertama disebut tabuh larangan terbuat
dari satu batang pohon dan dipukul atau dibunyikan bila ada bahaya.
Bedug kedua berfungsi sebagai pemberi tanda waktu shalat. Tali pengikat
bedug terbuat dari kulit sapi atau kerbau dan disebut saoh.
Atap bangunan masjid berupa atap tumpang bersusun tiga tingkat yang
semakin mengecil ke atas. Atap teratas berbentuk limasan yang pada
puncaknya melambangkan susunan pemerintahan yang ada di Dusun Pondok
Tinggi.
0 komentar:
Posting Komentar