KEPERCAYAAN DAN TRADISI SUKU SUMBAWA
Bukti-bukti arkeologis yang diketemukan di wilayah Sumbawa, berupa sarkofagus, nakara, dan menhir mengindikasikan bahwa suku Sumbawa purba telah memiliki kepercayaan dan bentuk-bentuk ritual penyembahan kepada arwah nenek moyang mereka. Konsep-konsep tentang kosmologi dan perlunya menjaga keseimbangan antara dirinya dengan makrokosmos terus diwariskan lintas generasi hingga masuknya kebudayaan Hindu-Budha, bahkan paradaban Islam di Sumbawa kini.
Bukti-bukti arkeologis yang diketemukan di wilayah Sumbawa, berupa sarkofagus, nakara, dan menhir mengindikasikan bahwa suku Sumbawa purba telah memiliki kepercayaan dan bentuk-bentuk ritual penyembahan kepada arwah nenek moyang mereka. Konsep-konsep tentang kosmologi dan perlunya menjaga keseimbangan antara dirinya dengan makrokosmos terus diwariskan lintas generasi hingga masuknya kebudayaan Hindu-Budha, bahkan paradaban Islam di Sumbawa kini.
Mayoritas
suku Sumbawa saat ini memeluk agama Islam, pasca ‘penaklukkan’ Kerajaan
Hindu Utan atas Kerajaan Gowa-Sulawesi proses Islamisasi berlangsung
dengan gemilang melalui segala sendi kehidupan, baik pendidikan,
perkawinan, bahkan segala bentuk tradisi disesuaikan dengan ajaran
Islam. Hal ini tercermin dalam lawas:
- Ling dunia pang tu nanam (di dunia tempat menanam)
- Pang akhirat pang tu matak (di akhirat tempat menuai)
- Ka tu boat po ya ada (setelah beramal baru memetik hasilnya)
- Na asi mu samogang (jangan kamu menganggap remeh)
- Paboat aji ko Nene’ (mengabdi kepada Allah)
- Gama krik slamat dunia akhirat (demi keselamatan dunia akhirat)
Semenjak
munculnya pengaruh kebudayaan Islam, boleh dibilang suku Sumbawa tidak
mengenal unsur-unsur kepercayaan agama lain. Hanya Islamlah yang mampu
mempertautkan rasa persaudaraan dan mempersatukan berbagai perbedaan
etnik pendatang yang telah turun-temurun menjadi suku Sumbawa ini. Oleh
karenanya, ungkapan-ungkapan seperti to tegas ano rawi ke? No soka
ungkap bilik ke? Tempu tama dengan nya ke? menunjukkan betapa penting
arti Islam bagi suku Sumbawa.
Suku Sumbawa
percaya adanya baki atau makhluk halus yang tinggal di hutan dan di
pohon-pohon besar, terutama beringin, kono atau makhluk halus yang
sering berkeliaran di tempat-tempat sepi di siang hari, dan leak atau
orang jahat yang bisa berubah menjadi binatang dan gemar makan ketuban
serta minum darah bayi yang baru dilahirkan.
Untuk
menangkal gangguan makhlus halus yang jahat dan berbagai bentuk sihir
seperti burak, sekancing, lome-lome, pedang pekir, dan sebagainya
sebagian suku Sumbawa sering memakai jimat yang dikalungkan di leher
maupun ditempelkan pada ikat pinggangnya. Mereka juga percaya dan
mendatangi sandro. Selain kepercayaan kepada orang-orang tertentu yang
punya kekuatan gaib dan memilki kemampuan meramal nasib, suku Sumbawa
juga mempercayai suara cecak dapat membenarkan perkataan seseorang,
mendatangkan keberuntungan maupun sebaliknya, bahkan sangat percaya bila
dalam perjalanan bepergian mereka bertemu orang buta berarti pertanda
sial baginya.
0 komentar:
Posting Komentar