Masjid
al-Mansyur terletak di Jalan Sawah Lio II/33, Kelurahan Jembatan Lima,
Kecamatan Tambora, Kotamadia Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta. Masjid
berbatasan dengan rumah penduduk di bagian utara dan timur, di selatan
dengan Jalan Sawah Lio II, sedangkan bagian baratnya berbatasan dengan
Gang Sawah Lio dan perumahan penduduk.
Deskripsi Bangunan
- Ruang Utama
Pada
dinding bagian selatan (muka) terdapat tiga buah pintu berjajar dari
timur ke barat dengan dua daun pintu. Pada sisi timur pintunya ada dua
buah untuk menuju ke serambi dan ketempat wudhu.
Di
dalam ruang utama terdapat tiang-tiang, mihrab, mimbar, dan bedug.
Tiang-tiang ada 16 buah berfungsi sebagai penyangga. Diantara
tiang-tiang tersebut ada empat buah tiang utama (soko guru). Tiang ini
terdapat di tengah ruangan, sedangkan tiang yang lain terletak di
seluruh sisi bangunan. Tiang soko guru terbagi atas tiga bagian yaitu
bawah, tengah, dan atas.
- Mihrab dan Mimbar
Mihrab
berada pada sisi barat ruang utama. Sedangkan bentuk mimbar seperti
kursi tinggi. Bagian atas mimbar membentuk setengah lingkaran dan di
atasnya ada tulisan Arab “Allah”.
- Bedug dan Atap
Bedug
ini merupakan salah satu perlengkapan yang selalu ada dalam masjid.
Bedug ini terletak di ruang utama bagian belakang sisi barat. Sedangkan
Masjid al-Mansyur mempunyai atap tumpang tiga berbentuk limasan, atap
kedua disangga langsung oleh tiang soko guru.
- Serambi
Serambi
terdapat di sisi timur ruang utama. Serambi merupakan ruangan terbuka
tanpa dinding. Di dekat serambi pada halaman masjid terdapat tiga buah
makam. Makam ini merupakan makam baru.
- Bangunan lain
Bangunan
lain berupa tempat wudhu, menara, dan kantor. Tempat wudhu terdapat di
sudut tenggara masjid. Menara terletak di sebelah tenggara (halaman
depan masjid). Menara terbagi atas lima bagian: bagian satu, dua dan
tiga dibatasi oleh pelipit setengah lingkaran sedang bagian empat dan
lima dibatasi oleh teras berpagar dari besi.
Sejarah
Konon sebelum diberi nama Al Mansyur,
pembangunan masjid ini dirintis oleh seseorang dari Kerajaan Mataram
bernama Abdul Malik. Abdul Malik adalah putra dari Pangeran Cakrajaya,
yang sebelumnya bergabung dengan Tentara Mataram berperang di Batavia.
Masjid
al-Mansyur disebut juga Masjid Sawah Lio dan dulu bernama Masjid Jamik
Kampung Sawah didirikan pada tahun 1130 H (1717 M). Masjid mempunyai
peranan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia melawan Belanda dan
Jepang di bawah pimpinan KH. Mohammad Mansyur. Pada tahun 1947/1948
masjid ditembaki serdadu NICA. KH. Mohammad Mansyur kemudian digiring ke
Hoof Bereau karena telah berani mengibarkan bendera merah
putih di menara masjid. Setelah KH. Mohammad Mansyur meninggal pada 12
Mei 1967, masjid diberi nama Masjid Jami al-Mansyur karena beliau adalah
pembina masjid, kemudian kepengurusan masjid dilanjutkan oleh suatu
badan Panitia.
H.
Muhammad Mansyur Al-Batawi merupakan tokoh yang dipandang sebagai guru
sejati oleh masyarakat Betawi. Ia sezaman dengan Guru Mughni dari
Kuningan. Kedua tokoh inilah yang dikatakan oleh masyarakat Betawi
sebagai “Paku Jakarta” serta merupakan generasi Guru Mujtaba dari
kampung Mesteer. Guru Mansyur (1878-1967), merupakan seorang ilmuwan
Betawi di zaman penjajahan Belanda. Guru Mansyur memperdalam ilmu
agamanya di Mekah selama empat tahun. Kemudian mengajar di Jamiatul
Khair dan disinilah beliau berkenalan lebih dekat dengan tokoh-tokoh
Islam.
0 komentar:
Posting Komentar