Masjid Jatinegara Kaum terletak di Jalan
Jatinegara Kaum Nomor 49, Kampung Jatinegara Kaum, Kelurahan Jatinegara
Kaum, Kecamatan Pulogadung, Kotamadya Jakarta Timur, Propinsi DKI
Jakarta. Bangunan masjid berbatasan dengan Kali Sunter di sebelah utara,
sebelah selatan dengan Jalan Jatinegara Kaum, sebelah timur berbatasan
dengan perumahan penduduk dan Sekolah Dasar Negeri 15, serta di sebelah
barat terdapat kompleks makam Pangeran Sang Hyang.
Masjid Jatinegara Kaum
Latar Sejarah
Masjid Jatinegara Kaum disebut juga
dengan nama Masjid as-Salafiyah yang berarti tertua, didirikan oleh
Pangeran Ahmad Jayakarta pada tahun 1620. Pada tahun 1619 Pangeran
Jayakarta membuka daerah baru berupa hutan belantara yang penuh denmgan
pohon jati. Daerah ini sekarang terkenal dengan nama Jatinegara Kaum.
Pangeran Jayakarta adalah putra Tubagus Angke yang berperang melawan
VOC. Masjid Jatinegara Kaum selain untuk shalat juga dipergunakan
sebagai tempat Pangeran Jayakarta beserta pengikutnya menyusun kekuatan
untuk menyerang kembali VOC.
Masjid Jatinegara Kaum telah terdaftar
sebagai benda cagar budaya dengan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta
nomor 475/1993 tanggal 29 Maret 1993. Status pemilikannya oleh
Pemerintah DKI Jakarta dan dikelola oleh masyarakat setempat. Pada tahun
1968 Masjid Jatinegara Kaum pernah dipugar oleh Pemerintah Daerah
Khusus Ibu Kota Jakarta. Kegiatan yang dilaksanakan adalah pemugaran
makam. Kemudian tahun 1995 dilakukan perbaikan atap bagian induk (asli).
Deskripsi Bangunan
Luas areal Masjid Jatinegara Kaum ± 7000 m2
dan luas bangunan 4502 memanjang ke arah barat-timur. Masjid
dikelilingi pagar besi. Pintu masuk ke halaman masjid berukuran 350 x
180 cm. Masjid mengarah ke selatan dan pintu masuk ke masjid juga ada di
selatan. Bangunan bertingkat dua dan kondisinya terawat. Masjid
tersebut terdiri atas ruang utama dan bangunan lainnya seperti menara
dan makam.
Ruang utama
Bangunan ruang utama bagian bawah yang
asli berukuran 10 x 10 m sedangkan keseluruhannya berukuran 24 x 10 m.
Bagian atas berukuran 14 x 10 m. Pondasi lantai tingginya ± 30 cm dari
permukaan tanah. Untuk masuk ke ruang utama atau ruang induk
dipergunakan dua anak tangga melalui teras dengan lantai dari teraso
kuning. Ukirannya 14 x 2 m dengan tiang yang menyangga atap. Tiang
tersebut berjumlah 12 buah berbentuk persegi empat tanpa hiasan.
Keduabelas tiang tersebut dihubungkan satu dengan lainnya dan bagian
atas menyerupai lengkungan. Sedangkan lantai ruang induk dilapisi dengan
karpet beludru berwarna biru.
Di ruang utama terdapat pintu, tiang,
mimbar dan mihrab. Pintu terdapat di dinding utara dan selatan sebanyak
10 buah. Sedangkan dinding barat terdapat mihrab dan sisi timur
merupakan dinding tembok. Pintu tersebut tujuh buah berdaun pintu dua
sedangkan sisanya berdaun pintu satu. Bentuk pintu persegi empat
panjang. Jendela pada lantai bawah ada delapan buah terdiri atas empat
buah di sisi utara dan empat buah lagi di sisi selatan. Jendela berdaun
satu dengan lubang angin terbuat dari kayu yang berjajar.
Pada ruang utama yang asli terdapat
empat tiang sokoguru. Tiang ini berdiri di atas balok-balok horizontal
dari semen sebanyak lima tingkat dan pada balok tengah (ketiga) terdapat
hiasan spiral. Tiang berfungsi sebagai penyangga atap yang terdapat di
lantai tingkat dua. Tiang yang lain ada 12 buah berukuran 32 x 32 x 300
cm berbentuk balok persegi, berjajar dari barat ke timur.
Bentuk mimbar seperti kursi dengan tiga
anak tangga berukuran 2,60 x 1,50 x 2,40 m terdapat di sisi barat.
Bagian depan dan belakang terdapat tiang untuk menyangga atap yang
berbentuk lengkung dan bagian pinggirnya (kiri-kanan) melengkung ke
atas.
Untuk naik ke lantai dua harus
menggunakan tangga yang terdpat di ruang utama sebelah timur. Tangga ini
ada dua buah di kiri dan kanan yang terdiri dari 17 anak tangga. Lantai
dari ubin teraso. Ruang pada lantai dua ini merupakan ruang seperti
aula. Luas ruangan hanya sampai ruangan tambahan lantai bawah, sedangkan
bagian atas ruang asli merupakan bagian terbuka dan dihubungkan dengan
pintu. Pada ruang terbuka ini terdapat atap yang timbul dari tengah
lantai tingkat dua. Sebelum atap terdapat dinding dari bahan kayu dengan
jendela nako empat buah di setiap sisi atap.
Ruang atas dindingnya dari tembok dan
mempunyai dua buah pintu pada sisi timur dan sisi barat menuju ruang
terbuka. Sedangkan jendela ada Sembilan buah, lima jendela berdaun
jendela dua terbuat dari kaca dengan lubang angin berbentuk setengah
lingkaran dengan besi berjajar. Jendela pada dinding sisi utara ada dua
buah, tiga buah terdapat di sisi selatan, dan empat buah jendela di sisi
timur dari kaca dan lubang anginnya berbentuk segi empat dari kayu.
Bangunan Lain
- Ruang Sekretariat
Ruang ini ada dua buah yaitu ruang
secretariat yang berada di lantai pertama berukuran 8 x 4 m sedangkan
yang letaknya di lantai dua berfungsi untuk kegiatan remaja. Ruang ini
terletak di sisi timur bagian depan (dekat pintu gerbang) serta
mempunyai satu kayu dan jendela kaca. Di dekat ruang sekretariat
tersebut terdapat bedug yang terbuat dari kayu dan bidang pukulnya dari
kulit kambing. Pada sisi timur terdapat pula bangunan yang dipergunakan
untuk berwudhu dan kamar mandi berukuran 6 x 2 x 3 m.
- Menara
Menara masjid berbentuk persegi empat
berukuran 3,5 x 3,5 x 11,5 m dan terletak di sudut timur laut. Menara
mempunyai lubang angin pada keempat sisinya. Lubang angin berbentuk
empat persegi panjang terdiri atas dua barus utara-selatan di keempat
sisinya. Satu baris lubang angin tersebut terdiri atas tiga bagian. Atap
menara berbentuk limasan dan puncaknya berbentuk tiang dengan bulan
sabit di ujungnya.
- Makam
Pada halaman masjid sebelah barat terdapat bangunan cungkup seluas 100 m2
merupakan tempat pemakan pendiri Masjid Jatinegara Kaum beserta anak,
cucu, dan pengikutnya. Lantai makam agak tinggi dari halaman masjid 20
cm dan terbuat dari marer. Makam tersebut berdinding tembok setinggi 50
cm (seperempat tinggi bangunan), sedangkan atapnya disangga oleh
tiang-tiang yang terdapat di sudut-sudut. Pintu masuk tanpa daun pintu
ada di sisi timur.
Makam pendiri Masjid Jatinegara
Makam yang terdapat dalam cungkup ini
ada lima buah yaitu makam Pangeran Jayakarta (pendiri masjid), Pangeran
Lahut (putranya), dan Pangeran Surya (cucunya), terletak sejajar dari
barat-timur. Sedangkan dua makam lagi ada di utara dari makam ketiga
yaitu makam Ratu Rapiah dan Pangeran Sugiri. Ukuran masing-masing makam 2
x 1 m. Makam terdiri atas jirat dan nisan. Jiratnya berbentuk empat
persegi panjang dari marmer putih polos tanpa hiasan. Nisan berbentuk
pipih berukir dengan hiasan kurawal dan berupa lekukan dengan hiasan
sulur bunga dan daun. Penyangga nisan berbentuk persegi emoat. Atap
cungkup tumpang dua berbentuk limasan dari bahan genteng.
- Atap
Atap Masjid Jatinegara Kaum merupakan
atap tumpang tiga berbentuk limasan. Pada ujung atap pertama yang
terbuat dari genteng bentuknya agak melengkung ke atas seperti pada
bangunan rumah Cina, seangkan atap kedua dan ketiga bentuknya biasa.
Atap ini semakin ke atas semakin mengecil. Atap ketiga pada bagian
puncaknya berbentuk kubah. Atap ini merupakan atap ruang induk tambahan.
0 komentar:
Posting Komentar