Banyaknya
benda-benda budaya maupun benda-benda yang menjadi sumber daya alam
yang patut dilestarikan di Riau menganggarkan pengumpulan benda-benda
tersebut secara bertahap sejak tahun anggaran 1977/1978. Pembangunan
gedung museum itu sendiri baru dimulai pada tahun anggaran 1984/1985,
sedangkan peresmiannya bru dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 1994 oleh
Prof.Dr.Edi Sedyawati, Direktur Jenderal Kebudayaan pada waktu itu. Pada
saat itu pula nama Museum Negeri Provinsi Riau “Sang Nila Utama”
diresmikan. Nama tersebut berasal dari nama seorang raja Bintan yang
berkuasa pada sekitar abad ke-13 M di Pulau Bintan.
Setelah
ditetapkannya Undang-undang no.22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah,
pengelolaan Museum Daerah “Sang Nila Utama” diserahkan kepada
Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan Provinsi Riau no.17 tahun 2001,
Museum Negeri Provinsi Riau “Sang Nila Utama” berganti nama menjadi
Museum Daerah “Sang Nila Utama”. Museum ini berada di bawah Dinas
Kebudayaan, Kesenian, dan Pariwisata Provinsi Riau.
Museum
Sang Nila Utama adalah salah satu museum yang mungkin terbesar dan
terlengkap di Pekanbaru. Museum ini terletak di Jalan Jenderal Sudirman,
sebuah jalan utama yang menghubungkan antara Bandara Sultan Syarif
Kasim II dengan pusat kota.
Museum
Daerah Sang Nila Utama ini mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan
urusan, pekerjaan dan kegiatan pengelolaan museum dan kepurbakalaan. Dan
memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Melakukan pengumpulan, perawatan, pengawetan dan penyajian benda-benda yang mempunyai nilai budaya dan ilmiah
2. Melakukan urusan keperpustakaan dan dokumentasi ilmiah
3. Memperkenalkan dan menyebar luaskan hasil penelitian koleksi yang mempunyai nilai bidan dan ilmiah
4. Melakukan bimbingan edukatif kultural dan penyajian rekreatifitas benda-benda yang mempunyai nilai budaya dan ilmiah
5. Melakukan urusan tata usaha
Koleksi
Koleksi
Museum Daerah “Sang Nila Utama” berjumlah 4.298 buah yang berupa
koleksi geologi (koleksi yang berhubungan dengan geologi dan geografi),
biologi ( koleksi yang berhubungan dengan biologi), etnografi (koleksi
yang berhubungan dengan suku bangsa), arkeologi ( koleksi yang
berhubungan dengan kepurbakalaan), historis (koleksi yang berhubungan
dengan sejarah), numismatik/heraldik (koleksi yang berhubungan mata
uang, stempel dan tanda jasa), filologi (koleksi yang berhubungan dengan
naskah kuno), keramik (koleksi yang berhubungan dengan gerabah dan
keramik), dan seni rupa (koleksi yang berhubungan dengan seni lukis,
seni kerajinan, dan seni patung).
Bagian
yang cukup menonjol di museum ini adalah beberapa koleksi yang berupa
merupakan salah satu ciri khas Riau, yaitu pertambangan minyak bumi.
Tidak bisa dipungkiri lagi, daerah Riau khususnya Dumai dan Duri
merupakan penghasil minyak bumi yang dikelola oleh Chevron.
Koleksi
peralatan dan barang-barang tambang seperti mata bor, replika pompa
ayun, batuan pembentuk minyak bumi, dan crude oil atau minyak mentah
menjadi koleksi paling unik yang jarang ditemukan di museum lainnya.
Selebihnya, koleksi Museum Sang Nila Utama berisi aneka koleksi hewan yang telah diawetkan, koleksi benda-benda bersejarah (replika Candi Muara Takus, senapan, pedang), dan koleksi hasil kebudayaan (pakaian dan rumah adat dari berbagai kabupaten, keris buatan Riau, batik, keramik dari China, kerajinan dari logam, dan lain-lain). Selain itu terdapat pula koleksi foto-foto gubernur yang pernah memimpin Riau.
Sarana
Museum
yang mempunyai bentuk arsitektur tradisional Riau ini berlantai dua dan
dibangun di atas tanah seluas 16.930 m². Luas bangunannya sendiri 5.536
m², dengan luas ruang pameran tetap 1.123 m².
Sarana yang tersedia mencakup :
- Ruang Pameran Tetap
- Ruang Pameran Temporer
- Ruang Auditorium
- Ruang Perpustakaan
- Ruang Laboraturium/Konservasi
- Ruang Penyimpanan Koleksi
- Ruang Bengkel/Preparasi
- Ruang Administrasi
- Ruang Pengelolaan Data
- Kantin
- Toilet
0 komentar:
Posting Komentar