Pengetahuan
tradisional mengenai alam sekitarnya merupakan pengetahuan yang timbul
sebagai respons terhadap gejala alam yang dialami sebagai pengalaman
dalam hidup manusia. Berbagai sifat dan perubahan gejala alam sangat
memengaruhi perkembangan akal dan pemikiran manusia dalam perjalanan
hidupnya. Melalui pengalaman hidupnya berbagai sifat dan perubahan
gejala alam tersebut mulai dikenali dan dipahami sehingga mereka dapat
menyesuaikan dan mengatur pola kegiatan dalam kehidupannya untuk
memperoleh manfaat dari alam sekitarnya untuk kelangsungan hidupnya.
Pengetahuan
mengenai alam sekitarnya meliputi berbagai pengetahuan seperti asal
mula alam dan kehidupan, gejala-gejala alam, mengenai musim, dan
perbintangan (astronomi). Dalam beberapa hal pengetahuan tentang alam
sekitarnya, seperti yang berkenaan dengan konsep asal mula alam dan
kehidupan, gejala-gejala alam seperti terjadinya pelangi, gerhana dan
gempa, sering bersinggungan dengan bidang pengetahuan religi
(Koentjaraningrat, 1990:373).
- Asal mula alam dan kehidupan
Banyak
masyarakat suku-suku bangsa di Indonesia yang memiliki cerita mite
tentang asal mula alam dan kehidupan. Sejumlah versi cerita mite
mengenai asal mula alam dan nenek moyang mereka di antaranya terdapat
pada suku-suku bangsa Dayak di Kalimantan, seperti pada suku bangsa
Dayak Iban, Dayak Kanayatan, dan Dayak Ngaju (Ukur, 1994:4-11).
- Musim
Manusia
memahami adanya pergantian musim sepanjang tahun yang sangat
berpengaruh dalam kegiatan manusia, seperti dalam kegiatan perburuan,
pertanian, dan pelayaran. Mereka mengenal ada musim penghujan dan musim
kemarau yang terkadang disertai dengan musim pencaroba yang tidak
menentu yang merupakan masa peralihan antarmusim. Pengenalan terhadap
perubahan gejala alam merupakan suatu pengetahuan yang amat mendasar
yang dimiliki manusia sejak awal sejarahnya.
- Gejala alam
Masyarakat
tradisional menerangkan gejala alam yang ada dengan kemampuan
penegtahuan yang terbatas melalui imajinasinya sehingga terbentuklah
pengetahuan yang disebut mite (myth) dan legenda, yaitu
cerita-cerita suci yang berisi keterangan tentang gejala alam tersebut
yang dihubungkan dengan sifat dan kehidupan dewa-dewi dan makhluk
lainnya, asal-usul terjadinya masyarakat dan berbagai pranata agama
dalam suatu kebudayaan, dan yang mengandung penafsiran tentang asal-usul
semesta alam (Koentjaraningrat dkk, 1984:118; KBBI, 1988:588). Diantara
cerita-cerita tentang gejala alam ini ialah cerita mite tentang pelangi
(bianglala), cerita tentang gerhana, dan cerita legenda Sang
Kuriang-Dayang Sumbi atau yang dikenal pula sebagai legenda Gunung
Tangkubanparahu.
- Perbintangan (Astronomi)
Seperti
telah dikemukakan oleh J.L.A. Brandes, sejak sebelum mengenal pengaruh
kebudayaan India nenek moyang bangsa Indonesia telah mengenal 10 butir
pengetahuan kebudayaan, dan salah satunya adalah pengetahuan tentang
perbintangan atau astronomi. Pengetahuan ini di antaranya diterapkan
dalam kegiatan pelayaran dan pertanian.
Pengetahuan
mengenai perbintangan pada Zaman Hindu-Budha diterapkan pula di dalam
sistem pertanggalan. Pada prasasti-prasasti dari masa Jawa Kuno telah
disebutkan pula adanya nama-nama bintang dan gugusan bintang-bintang
atau rasi (zodiak, mintaqulburuj).
Kedua belas rasi tersebut adalah :
- Mina (Pisces),
- Mesa (Aries),
- Wrsabha (Taurus),
- Mithuna (Gemini),
- Karka (Cancer),
- Simha (Leo),
- Kanya (Virgo),
- Tula (Libra),
- Wrscika (Scorpio),
- Dganu (s) (Sagitarius),
- Makara (Capricornus),
- Kumbha (Aquarius).
0 komentar:
Posting Komentar