Selain
dikenal sebagai bangsa bahari, Indonesia juga dikenal sebagai bangsa
agraris, dalam arti bahwa dalam mengusahakan pola mata pencariannya,
mayoritas penduduk bercocok tanam padi di sawah yang basah dengan sistem
irigasi. Sistem pertanian irigasi ini memang sudah dikenal sejak
dahulu, bahkan dalam sejumlah prasasti berbahasa Jawa Kuno dan
gambar-gambar relief candi membuktikan bahwa sistem irigasi telah
dikenal dan dipraktikkan orang pada masa Hindu-Budha.
Pengetahuan
dan teknologi yang ada dalam kebudayaan suatu masyarakat suku bangsa
akan muncul dalam jatidiri dari suku bangsa yang bersangkutan. Suku
bangsa-suku bangsa di Indonesia pada dasarnya juga ada yang mempunyai
tipe sosial budaya pertanian sebagai pola mata pencariannya.
Pola
mata pencarian bertani bagi beberapa suku bangsa di Indonesia memang
sudah berkembang sejak lama sebagaimana dipahatkan pada relief-relief
candi dan dituliskan dalam prasasti-prasasti di Jawa dan Bali.
Hingga
kini belum dapat dipastikan bila sebenarnya pertanian irigasi atau
pertanian sawah mulai berkembang di Indonesia. Beberapa peneliti
pertanian sering beranggapan bahwa pertanian sawah muncul sebagai akibat
masuknya budaya India ke Indonesia yang mendorong munculnya
kerajaan-kerajaan bercorak Hindu, antara lain di Kalimantan, Sumatera,
Jawa dan Bali. Namun, pada kenyatannya sistem pertanian sawah juga
berkembang cukup pesat di daerah-daerah yang tidak terpengaruh oleh
kebudayaan Hindu seperti : Kelabit dan Lun Dayeh di pedalaman
Kalimantan, pertanian sawah berteras di Ifugao di Luzon, Filipina
(Bellwood, 1997), dan pertanian sawah di Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
0 komentar:
Posting Komentar