Berkebun
memegang peranan penting untuk orang Muyu, Kab. Boven Digoel, Papua.
Meskipun tanaman sagu telah tersebar di seluruh daerah Papua, namun
hasilnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, terutama di daerah
tinggi, yang membentang kira-kira dari Woropko sampai Yibi, sedangkan di
sebelah selatan Mindiptana, lahannya lebih luas sehingga sagu lebih
berperan sebagai bahan pangan pokok.
Meskipun
demikian makanan pokok orang Muyu memang dipengaruhi oleh persediaan
sagu sebagai perbandingan dengan hasil kebun. Maka bagi orang Muyu,
perkebunan tetaplah penting sebagai cara untuk memperoleh pangan.
Karena
daerah Muyu itu sama sekali tertutup hutan, bagian-bagian tertentu
hutan itu harus ditebangi untuk membuat kebun dengan menggunakan kapak
batu. Batang-batang pohon dibiarkan tumpang tindih tak teratur,
semak-semak dibabat dan dibersihkan. Biasanya tidak menggunakan api, dan
daun-daun dibiarkan membusuk. Orang Muyu mengetahui bahwa pembersihan
yang terlalu rajin akan lebih cepat membuat tanahnya mati.
Setek-setek
ditanam dengan menggunakan tongkat-tongkat sederhana, yang tidak dibuat
khusus untuk itu. Tanaman utama ialah pisang — dalam banyak varietas —
dan umbi-umbian. Yang paling penting dari yang terakhir ini ialah ubi, keladi atau talas, dan ubi jalaryang mudah ditemukan di daerah tinggi.
Pohon
sukun adalah pohon buah yang terdapat hampir di setiap kebun. Di daerah
selatan pohon ketapangmelimpah, sedangkan di daerah utara lebih banyak
terdapat pohon kenari. Buahnya sangat berlemak, dan pada musim
tertentu merupakan bagian pokok makanan mereka. Pohon ini juga terdapat
di kebun, tetapi tidak sebanyak pohon sukun.
Sayuran
juga merupakan bagian menu makanan mereka. Orang Muyu tidak menanamnya
di kebun, tetapi mencari varietas-varietas liar — meskipun sayuran juga
ditanam. Sayur-sayuran penting ialah daun pohon Gnetum gnemon, ujung daun pakis tertentu, dan kuntum muda varietas tebuatau sering mereka sebut tebu ikan. Tebu khususnya
terdapat di daerah tinggi. Ujung pohon nibung adalah sayuran yang
disukai. Biasanya pohon ini tidak ditanam, tetapi ditemukan selagi masih
kecil, dipelihara dengan cara membersihkan tanah di sekitarnya agar
pohon itu tidak tercekik oleh pohon-pohon lain yang tumbuh terlalu
dekat.
Selain
itu, ada tembakau. Banyak perhatian diberikan untuk memelihara tanaman
yang satu ini. Benihnya disebar di sebidang tanah yang sudah dibakar
bersih, dan tembakau yang sudah dipanen dikeringkan di dalam rumah di
atas api. Daun-daunnya kemudian diuntingi dan dilinting sehingga
berbentuk seperti gulungan daging babi dan ditukar dengan ot (uang kulit kerang). Jadi, menanam tembakau itu sumber penghasilan, cara untuk mendapat ot.
Hampir
tidak ada populasi besar sagu di daerah Muyu. Dari yang sedikit itu
semuanya terdapat di sebelah selatan Mindiptana, tempat terdapat
rawa-rawa besar. Pohon sagu biasanya terdapat di tepi sungai-sungai
kecil, tempat orang Muyu menanamnya. Di tanah tinggi, pohon sagu juga
ditanam di mana palung sungai sering berbatu-batu, serta di
punggung-punggung bukit. Tidak banyak tempat yang cocok, jadi pohon sagu
memang sedikit jumlahnya. Sering ada perbedaan besar antara tempat yang
satu dan yang lain. Terutama di selatan sagu penting dalam menu
makanan. Namun, di daerah tinggi, pisang dan umbi-umbian lebih penting
daripada sagu. Orang Muyu mengenal bermacam-macam jenis sagu, termasuk
yang tanpa duri.
Sagu
itu mutlak perlu dalam pesta babi. Karena dapat mengumpulkan dan
menyimpan sagu sebelumnya, ada kemungkinan untuk mengundang tamu dalam
jumlah besar dan dari tempat-tempat yang jauh, serta memberi makan
kepada mereka selama beberapa hari. Sagu hasil tokok diangkut dan sering
disimpan di dalam kantong tenunan (yòwòt). Kalau ada banyak
bulatan sagu maka itu dibungkus dalam daun sagu dan digantungkan di
dalam rumah. Keadaan bahwa sagu hanya tumbuh di tepi sungai-sungai kecil
dan tidak tumbuh berlimpah-limpah, barangkali merupakan faktor penting
yang merintangi terbentuknya konsentrasi penduduk yang lebih besar di
daerah ini.pada 21/12/12 22:55
0 komentar:
Posting Komentar