Minggu, 14 Desember 2014

Permainan Famaikara


PERMAINAN TRADISIONAL SUMATERA UTARA
Masyarakat Nias yang berdiam di desa Idanogawo, Nias Timur menamakan permainan ini famaikara yang berarti bermain batu. Kata Famaika dapat diuraikan sebagai fa + mai + kara yang sama dengan ber + main + batu. Nama ini dapat dicocokkan dengan permainan itu sendiri, yang memang menggunakan batu di dalam melaksanakannya. Permainan ini bersifat edukatif untuk mengenal dan membiasakan diri dengan kehidupan masyarakat dan menumbuhkan kebiasaan untuk melempar secara tepat mengenai sasaran sebagai modal membidik, menombak dan memarang dengan senjata secara tepat ke sasaran. Hal ini sangat diperlukan dalam pekerjaan-pekerjaan apapun sesudah dewasa nantinya. Pemain adalah anak laki-laki sebanyak 2 orang, berumur berkisar 10 sampai 13 tahun.
Mula-mula mereka membuat tiga garis sejajar di tanah masing-masing berjarak 2 meter, garis awal disebut garis start, garis kedua disebut garis tengah dan garis ketiga disebut garis finish (sasaran). Pemain A dan B sama-sama berdiri di garis start dan melemparkan batunya masing-masing ke arah garis sasaran. Batu yang paling dekat dengan garis finish (sasaran) berhak mendapat/melakukan permainan pertama misalkan dalam hal ini si A, maka A harus melempar batu B yang dibiarkan dekat garis sasaran. Dari garis start dengan batunya sendiri kalu lemparan itu tidak mengenai, masih ada kesempatan untuk melakukan sekali lagi dari tempat jatuhnya batu tersebut. Hanya saja dengan cara yang berbeda yaitu dengan membelakangi batu B sambil melentikkan badan ke belakang sehingga dapat melihat batu lawan dan melemparkan batu tersebut. Tahap kedua dimulai dari garis tengah yaitu A meletakkan batunya pada punggung kakinya, kemudian melangkah ke arah batu B yang masih berada di tempat semula di garis sasaran. Setelah melangkah 2 langkah dengan satu ayunan kaki, batu pelempar harus terlempar ke arah batu B yang masih berada di tempat semula di garis sasaran. Setelah melangkah 2 langkah dengan satu ayunan kaki, batu pelempar harus terlempar ke arah batu B dan harus kena. Jika batu A hanya sekedar mengenai batu B, maka nilai yang diperolehnya hanya satu, tetapi jika berhasil memecahkan batu B, maka nilai yang diperolehnya hanya satu, tetapi jika berhasil memecahkan batu B, maka ia akan memperoleh nilai 10. Kegagalan A untuk mengenai batu B akan mengakibatkan pergantian peran pemain. Nilai yang paling banyak adalah sebagai pemenang, tanpa konsekwensi atau hukuman pada yang kalah, hanya saja merupakan utang bagi yang kalah untuk permainan hari-hari lain dalam permainan yang sama.

0 komentar:

Posting Komentar