PERMAINAN TRADISIONAL SUMATERA UTARA
Masyarakat Nias yang berdiam di desa Idanogawo, Nias Timur menamakan permainan ini famaikara yang berarti bermain batu. Kata Famaika dapat diuraikan sebagai fa + mai + kara yang
sama dengan ber + main + batu. Nama ini dapat dicocokkan dengan
permainan itu sendiri, yang memang menggunakan batu di dalam
melaksanakannya. Permainan ini bersifat edukatif untuk mengenal dan
membiasakan diri dengan kehidupan masyarakat dan menumbuhkan kebiasaan
untuk melempar secara tepat mengenai sasaran sebagai modal membidik,
menombak dan memarang dengan senjata secara tepat ke sasaran. Hal ini
sangat diperlukan dalam pekerjaan-pekerjaan apapun sesudah dewasa
nantinya. Pemain adalah anak laki-laki sebanyak 2 orang, berumur
berkisar 10 sampai 13 tahun.
Mula-mula mereka membuat tiga garis sejajar di tanah masing-masing berjarak 2 meter, garis awal disebut garis start, garis kedua disebut garis tengah dan garis ketiga disebut garis finish (sasaran). Pemain A dan B sama-sama berdiri di garis start dan melemparkan batunya masing-masing ke arah garis sasaran. Batu yang paling dekat dengan garis finish
(sasaran) berhak mendapat/melakukan permainan pertama misalkan dalam
hal ini si A, maka A harus melempar batu B yang dibiarkan dekat garis
sasaran. Dari garis start dengan batunya sendiri kalu lemparan
itu tidak mengenai, masih ada kesempatan untuk melakukan sekali lagi
dari tempat jatuhnya batu tersebut. Hanya saja dengan cara yang berbeda
yaitu dengan membelakangi batu B sambil melentikkan badan ke belakang
sehingga dapat melihat batu lawan dan melemparkan batu tersebut. Tahap
kedua dimulai dari garis tengah yaitu A meletakkan batunya pada punggung
kakinya, kemudian melangkah ke arah batu B yang masih berada di tempat
semula di garis sasaran. Setelah melangkah 2 langkah dengan satu ayunan
kaki, batu pelempar harus terlempar ke arah batu B yang masih berada di
tempat semula di garis sasaran. Setelah melangkah 2 langkah dengan satu
ayunan kaki, batu pelempar harus terlempar ke arah batu B dan harus
kena. Jika batu A hanya sekedar mengenai batu B, maka nilai yang
diperolehnya hanya satu, tetapi jika berhasil memecahkan batu B, maka
nilai yang diperolehnya hanya satu, tetapi jika berhasil memecahkan batu
B, maka ia akan memperoleh nilai 10. Kegagalan A untuk mengenai batu B
akan mengakibatkan pergantian peran pemain. Nilai yang paling banyak
adalah sebagai pemenang, tanpa konsekwensi atau hukuman pada yang kalah,
hanya saja merupakan utang bagi yang kalah untuk permainan hari-hari
lain dalam permainan yang sama.
0 komentar:
Posting Komentar