Dalam masyarakat Baduy mengenal sistem penanggalan Kala Sunda dengan perhitungan Kalender (Kala Ider).
Secara umum Kala Sunda adalah sistem penanggalan masyarakat Sunda.
Kondisi saat ini masyarakat Sunda banyak yang tidak mengenal kalender
tersebut. Sebagian saja yang masih memakai sistem penaggalan tersebut
yaitu masyarakat Baduy. Menurut Ali Sastramidjaja, Kala Sunda terbagi
kepada tiga bagian yaitu Kala Surya, kala Candra, dan kala Sukra.
Untuk
perhitungan Kala Surya memakai kalender yang berdasarkan pada matahari,
Kala Candra perhitungan kalender berdasarkan bulan dan Kala Sukra
perhitungan kalender berdasarkan pada bintang. Dalam Kala Surya, bulan
ke 1 sampai dengan ke 12 mempunyai istilah yaitu Kasa, Karo, Katiga,
Kapat, Kalima, Kanem, Kapitu, Kawalu, Kasanga, Kadasa, Hapitlemah dan
Hapitkayu. Bulan dalam Kala Candra yaitu Kartika, Margasira, Posya,
Maga, Palguna, Setra, Wesaka, Yetsa, Asada, Srawana, Badra, dan Asuji.
Kala Surya adalah Kalender dengan dimensi solar atau matahari,
Candralaka adalah Kala Sunda yang berdimensi lunar atau bulan,
sedangkan kalender dengan dimensi bintang disebut Sukrakala.
Sesuai Kalender Sunda, Kala Surya Saka Sunda mengenal aturan yaitu tiga
tahun pendek, keempatnya tahun panjang. Setiap tahun habis dibagi 128,
dijadikan tahun pendek. Akhir tahun surya adalah saat matahari berada di
titik paling selatan. Kala Candra mempunyai aturan dalam sewindu, tahun
ke 2, ke 5 dan ke 8 adalah tahun panjang dan sisa itu semua tahun
pendek. Setiap tahun ke 120 dijadikan tahun pendek. Setiap tahun yang
habis dibagi 2400 dijadikan tahun panjang. Keistimewaan Kala Candra
adalah “Ciples” yaitu jika awal windu (disebut ibu hari) senin
manis makan akhirnya adalah Ahad Kaliwon. Keistimewaan lainnya adalah
Ibu Hari berganti setelah 120 tahun. Mulai dari Senin Manis, Ahad
Kliwon, Saptu Wage, Jumaah Pon, Kemis Pahing< rebo Manis, Salasa
Kaliwon, Hingga terakhir Rebo Pahing. Jika dihitung kejadian kejadian
itu berlangsung dalam waktu 84.000 tahun. Artinya, pada tahun ke 84.001.
ibu hari kembali pada senin manis. Dalam perjalanan 84000 tahun, sistem
penanggalan sunda mengenal juga “Dewa Taun” yaitu hari pertama dan
terakhir setiap kurun waktu 2.400 tahun.
Dalam
kalender Sunda masyarakat Baduy mengenal hari-hari yaitu Radite/Dite
(Minggu), Soma (Senin), Anggara (Selasa), Buda (Rabu), Respati (Kamis),
Sukra (Jumat) dan Tumpek (Sabtu). Selain itu, ada waktu untuk menunjukan
siang dan malam yaitu meletek srangenge (terbit pajar), isuk-isuk
(pagi-pagi), haneut moyan dan pecat sawed.
Masyarakat Baduy yang menggunakan penanggalan Sukra Kala adalah saat akan menggarap Huma. Proses itu terjadi diantaranya yaitu dengan (Ekadjati, 1995: 96-97):
Masyarakat Baduy yang menggunakan penanggalan Sukra Kala adalah saat akan menggarap Huma. Proses itu terjadi diantaranya yaitu dengan (Ekadjati, 1995: 96-97):
- Tanggal kidang, turun kidang (bintang kijang mulai muncul, turunlah kijang). Pada saat bintang kijang mulai muncul, orang Kanékés mulai menggarap huma.
- Kidang rumangsang (bintang kijang mekar di waktu subuh). Pada saat ini, semua rumput dan ranting harus sudah kering, siap untuk dibakar.
- Kidang muhunan (bintang kijang memuncak). Posisi bintang tegak lurus di atas kepala pada waktu subuh. Pada waktu ini, lahan huma sudah bersih, siap untuk ditanami.
- Kidang ilang, turun kungkang (bintang kijang menghilang, keluarlah walang sangit). Berarti saat binatang kijang tak muncul lagi, itulah masanya keluar hama padi, seperti walang sangit.
Masyarakat Baduy mempercayai bahwa kidang ilang, turun kungkang adalah
masa berkeliarannya mahluk halus (lelembut) dan siluman yang harus
dihadapi dengan berbagai upaya baik secara lahiriah maupun secara
batiniah. Selain itu, dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari tentunya
masyarakat Baduy disesuaikan dengan penanggalan:
- Bulan Kasa
- Bulan Karo
- Bulan Katilu
- Bulan Sapar
- Bulan Kalima
- Bulan Kaanem
- Bulan Kapitu
- Bulan Kadalapan
- Bulan Kasalapan
- bulan Kasapuluh
- Bulan Hapid Lemah
- Bulan Hapid Kayu
0 komentar:
Posting Komentar