Tari Kipas Pakarena merupakan tarian
yang berasal dari Gowa, Sulawesi Selatan. Kata pakarena sendiri berasal
dari bahasa setempat yakni karena yang berarti main. Tarian ini
merupakan salah satu tradisi di kalangan masayarakat Gowa yang masih
dipertahankan sampai saat ini. Masyarakat Gowa sendiri adalah masyarakat
yang tinggal di daerah bekas kekuasaan kerajaan Gowa. Kerajaan gowa
berdiri sekitar abad ke 16 dan mencapai masa kejayaan di abad ke-18
kemudian mengalami keruntuhan di abad itu juga. Seluruh bagian Sulawesi
Selatan merupakan wilayah kekuasaan kerajaan gowa sehingga masyarakat
asli yang tinggal di daerah tersebut dikenal dengan masyarakat Gowa.
Hegemoni kerajaan Gowa yang berlangsung berabad-abad turut mempengaruhi
corak kebudayaan masyarakat Gowa. Tari Kipas Pakarena merupakan salah
satu bukti kekuatan tradisi masyarakat Gowa yang masih dipercaya dan
dipertahankan sebagai warisan budaya yang tak ternilai harganya.
Tari kipas pakarena mencerminkan
ekspresi kelembutan,kesantunan, kesetiaan, kepatuhan dan sikap hormat
perempuan Gowa terhadap laki-laki. Setiap pola gerakan dalam tarian
pakarena memiliki makna tersendiri. Tarian ini diawali dan diakhiri
dengan posisi duduk sebagai tanda hormat dan santun para penari. Pola
gerakan memutar bermakna siklus hidup manusia yang selalu berputar. Pola
gerakan memutar yang dimainkan adalah gerakan memutar searah jarum jam.
Kemudian pola gerakan naik turun melambangkan kehidupan manusia yang
kadang berada di bawah dan kadang di atas,pola gerakan ini mengingatkan
akan pentingnya kesabaran dan keasadaran manusia dalam mengahadapi
kehidupan.
Tarian ini juga diiringi oleh kelompok musik yang dikenal dengan
nama gondrong rinci. Kelompok ini beranggotakan 7 orang pemain musik
yang semuanya adalah kaum pria. Tugas dari kelompok musik ini adalah
mengiringi para penari dengan tabuhan gandrang sebagai pengatur irama
musik dan juga memainkan alat musik tiup berupa seruling. Selain itu
kelompok pengiring ini juga harus memainkan alat musik sambil melakukan
gerakan, terutama gerakan kepala. Setiap hentakan dari tabuhan gandrang
dari pengiring musik melambangkan watak lelaki Gowa yang keras. Keunikan
lain yang diliki tarian ini adalah aturan bagi para penari dalam
memainkan tarian ini. para penari tidak diperkenankan membuka mata
terlalulebar dan mengankat kai terlalu tinggi, hal ini dikarenakan aspek
kesopanan dan kesantunan sangat diutamakan dalam tarian ini. Dalam
memainkan tarian ini,parapenari dituntut memiliki kondisi fisik yang
prima karena durasi tarian bisa mencapai dua jam dengan gerakan-gerakan
yang dinamis.
Masyarakat Gowa percaya bahwa Tarian Kipas Pakarena berasal dari
kisah perpisahan antara penghuni negeri kahyangan (boting langi) dengan
penghuni bumi (lino) di zaman dahulu. Sebelum perpisahan, penghuni
boting langi mengajarkan penghuni bumi cara menjalani hidup dengan
bercocok tanam,berburu dan beternak melalui gerakan-gerakan badan dan
kaki. Gerakan-gerakan ini kemudian digunakanoleh penghuni lino untuk
mengungkapkan rasa syukur kepada penghuni boting langi.
Masyarakat Gowa biasanya mementaskan Tari Kipas Pakarena di acara-
acara adat atau acara-acara hiburan. Akan tetapi, masyarakat Gowa tidak
menganggap tarian ini hanya sebagai hiburan saja tapi juga sebagai wujud
rasa syukur yang dilambangkan dengan setiap gerakan yang estetik dari
tarian ini. Selain memiliki nilai hiburan dan nilai filosofi bagi
masyarkat Gowa, tarian ini juga menjadi salah satu daya tarik pariwisata
bagi provinsi Sulawesi Selatan sehingga tarian ini seringkali
dipentaskan dalam rangkaian acara promosi pariwisata provinsi Sulawesi
Selatan.
Curhat Pendek - Itu Susu?
-
Ketika kamu memiliki banyak pengalaman, melihat banyak hal yang terjadi di
dunia maka biasanya semakin sulit kamu untuk terkejut pada sesuatu yang
tida...
0 komentar:
Posting Komentar