Sabtu, 13 Desember 2014

Trowulan,Bekas Ibu Kota Majapahit

TROWULAN, BEKAS IBUKOTA MAJAPAHIT_SISA-SISA KEBESARAN KERAJAAN MAJAPAHIT.jpg
TROWULAN, BEKAS IBUKOTA MAJAPAHIT
SISA-SISA KEBESARAN KERAJAAN MAJAPAHIT
Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan yang berhasil memepersatukan hamper seluruh wilayah Nusantara sekarang. Pengaruhnya bahkan sampai di Negara-negara tetangga di daratan Asia. Kini bekas ibukota kerajaan majapahit masih dapat disaksikan di Trowulan, sebuah daerah kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Mojokerto, letaknya kurang lebih 13 kilometer kea rah Jombang.

Didaerah Trowulan dan sekitarnya terdapat banyak sisa peninggalan Majapahit. Yang tampak dipermukaan tanah antara lain, berupa candi, pintu gerbang, kolam, pondasi-pondasi bangunan, serta benda-benda purbakala lainnya berupa arca, yoni, batu bertulis (Prasasti), umpak-umpak batu, dan sebagainya
Peninggalan-peninggalan yang dapat disaksikan dikawasan tersebut antara lain, Candi Wringin lawang, Candi Brahu, Kolam Segaran, Makam Putri Campa, Komplek Makam Tralaya, candi Minak Djinggo, Sumur Upas, Candi Kedaton, Candi Tikus, Situs Klinterejo, dan benda-benda lainnya yang disimpan dalam sebuah mesuem Purbakala Trowulan yang dibangun pada tahun 1920
Candi Wringin Lawang
Candi Wringin Lawang terletak di Desa Jatipasar. Bangunan yang mirip dengan gapura Bali tersebut dikenal dengan nama gapura Jati-pasar atau gapura Gapit. Sedang nama Wringin Lawang diberikan oleh penduduk karena dulu di depan bangunan tersebut tumbuh beringin berjajar dua yang menyerupai pintu (lawang).
Sebuah tradisi tutur rakyat yang dicatat oleh J. Knebel pada tahun 1907, menyebutkan bahwa dulu di keraton Majapahit, terdapat empat gerbang masuk menuju alun-alun. Masing-masing di sebelah timur di gerbang masuk menuju alun-alun. Masing-masing di sebelah timur di desa Sdati, di selatan di Desa Gumitir, di barat di Desa Trowulan dan si utara di desa Jatipasar. Bila cerita tersebut mengandung kebenaran candi Wringin Lawang yang dapat disaksikan saat ini merupakan gerbang di utara. Sedang yang lainnya sudah tidak tampak .
Candi Brahu
Di tengah sawah, agak jauh dari pemukiman, tampak sebuah candi besar yang disebut dengan Candi Brahu. Candi yang mengahadap ke barat dan mempunyai tinggi 21,30 meter ini terbuat dari batu bata diperkirakan berfungsi sebagai tempat pemujaan. Namun dari cerita rakyat ada yang menyebutkan bahwa Candi Brahu dibangun oleh raja Brawijaya, yang berfungsi sebagai tempat pembakaran dan penyimpanan abu raja-raja Majapahit. Tetapi perlu penelitian lebih lanjut untuk mencari kebenarannya.

Berdekaran dengan Candi Brahu pernah pula ditemukan beberapa candi lain dari bahan yang sama. Tetapi semuanya sudah runtuh dan sulit ditemukan sisa-sisanya. Hanya Candi Gentong yang dapat ditemukan pondasinya.
Kolam Segaran
Agak ke selatan dari Candi Brahu, yaiut di desa Trowulan dapat dijumpai sebuah kolam besar yang oleh penduduk dikenal dengan nama Kolam Segaran. Kolam ini berbentuk segi empat dengan panjang 375 meter dan lebar 175 meter. Ketika dikunjungi Raffles tahun 1815, kolam tersebut sudah tertimbun tanah dan tidak berair. Kini kolam seharan telah selesai difugar, disebelah selatan ditemukan sisa-sisa balai. Dengan adanya sisa-sisa tersebut kolam segaran dapat diperkirakan sebagai tempat rekreasi dan mungkin juga sebagai waduk tempat menampung air. Namun cerita rakyat setempat menyebutkan bahwa kolam berfungsi sebagai tamansari, tempat para raja, dan istri dan keluarga bercengkrama dan sekalis tempat menjamu para tamu raja.
Kompleks Makam
Di sebelah timur laut dari Kolam Segaran ditemukan kompleks makam. Masyarakat sekitar menyebutnya Makam Putri Sampa. Bagaimana ceritanya sampai disebut demikian memang belum jelas. Tetapi dalam sejarah dapat diketahui bahwa hubungan dengan Campa sudah berlangsung sebelum jaman Majapahit.

Dua kilometer dari makam Putri Campa dapat dijumpai Makam Tralaya yang merupakan makam Islam. Dengan demikian menunjukan bahwa pada abad ke-15 agama Islam telah masuk ke ibukota kerajaan Majapahit. Makam Tralaya merupakan kompleks makam yang luas dan dikelilingi tembok, di dalammnya terdapar kelompok malam yang berisi 9 buah makam yang amat panjang. Menurut dongeng makam tersebut hanyalah perilasan paara wali yang datang bersama-sama menyerbu Majapahit, dan di tempat tersebut mengislamkan Raja Brawijaya. Kemudian agak ke barat dapat dijumpai tujuh buah makam yang dipagari tembok keliling. Makam ini dalah makam keluarga raja atau pejabat kerajaan Majapahit yang sudah memeluk agama Islam.
Candi Minakdjinggo
Kurang lebih 300 meter dari Kolam Segaran ke arah timur , dapat dijumpai kelompok batu-batu andesit dengan beberapa pahatan yang menujukan bekas bangunan candi. Dulu di tempat tersebut ditemukan arca besar berwajah raksasa setinggi 1,48 meter, sehingga tempat tersebut dikenal dengan Candi Minakdjinggo. Arca tersebut kini dapat disaksikan di Museum Purbakala Mojokerto.

Candi Bajangratu
Di Desa Temon ditemukan juga sebuah candi yang agak utuh dengan tinggi 16.5 meter. Candi ini dikenal dengan nama Candi Bajangratu. Diperkirakan dibangun pada abad XIV. Terbuat dari batu-bata dan berbentuk sebuah gerbang dengan atap bertingkat berbentuk kubus. Setiap tingkat atap dihiasi dengan pahatan ornament sehingga tampak indah.
Candi Tikus
Di desa yang sama, tidak jauh dari Candi Bajangratu ditemukan juga sebuah candi. Ketika ditemukan terdapat banyak tikus hingga kini orang menyebutnya dengan Candi Tikus. Candi ini merupakan sebuah candi pemandian berbentuk kolam segi empat. Airnya keluar dari sejumlah pancuran yang terbuat dari batu andesit berbentuk makara atau teratai kuncup.
Pada teras pertama terdapat 8 buah candi menara demikian juga pada teras kedua. Secara keseluruhan teras beserta candi menara seperti menggambarkan puncak gunung (Mahameru) yang dikelilingi oleh 16 anak bukit. Melihat keindahan bentuk candi ini diperkirakan dibuat pada jaman keemasan Majapahit pada abad XIV. Candi serupa serupa Candi Tikus dijumpai di desa Kepungpada kedalaman 8 meter.
Sumur Upas dan Candi Kedaton
Tahun 1966, dibangun sebuah Pendopo besar di Trowulan yang disebut Pendopo Agung. Di tempat ini sebelumnya ditemukan umpak (alas tiang) terbuat dari batu besar dan dua buah tiang batu. Tidak jauh dari Pendopo Agung terdapat sebuah situs yang disebut Sumur Upas. Sumur Upas merupakan lubang yang kini sudah ditutupi batu dan dibuatkan sungkup. Di tempat ini juga terdapat pondasi yang diperkirakan kaki candi. Menurut catatan lama kompleks ini disebut dengan Candi Kedaton.

Di luar daerah Trowulan pun masih ditemukan peninggalan sejarah yang masih berkaitan dengan Majapahit. Misalnya di wilayah Kecamatan Scoko ditemukan yoni yang memuat pahatan angka tahun 1294 saka (1372 M). angka tersebut bertepatan dengan meninggalnya Bhre kahuripan, sehingga diperkirakan debagai candi pemakaman dari Bhre Kahuripan atau Tribuwana Tunggadewi, ibu dari Raja Hayam Wuruk.

Dapat dibayangkan alanghkah luas dan megah ibukota kerajaan Majapahit di masa lampau. Rahasia Trowulan masih banyak yang belum terungkap. Kiranya partisipasi masyarakat untuk senantiasa ikut memelihara situs kepurbakalaan ini sangat diharapkan.

0 komentar:

Posting Komentar