TROWULAN, BEKAS IBUKOTA MAJAPAHIT SISA-SISA KEBESARAN KERAJAAN MAJAPAHIT
Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan yang berhasil
memepersatukan hamper seluruh wilayah Nusantara sekarang. Pengaruhnya
bahkan sampai di Negara-negara tetangga di daratan Asia. Kini bekas
ibukota kerajaan majapahit masih dapat disaksikan di Trowulan, sebuah
daerah kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Mojokerto, letaknya
kurang lebih 13 kilometer kea rah Jombang.
Didaerah Trowulan dan sekitarnya terdapat banyak sisa peninggalan
Majapahit. Yang tampak dipermukaan tanah antara lain, berupa candi,
pintu gerbang, kolam, pondasi-pondasi bangunan, serta benda-benda
purbakala lainnya berupa arca, yoni, batu bertulis (Prasasti),
umpak-umpak batu, dan sebagainya
Peninggalan-peninggalan yang dapat disaksikan dikawasan tersebut
antara lain, Candi Wringin lawang, Candi Brahu, Kolam Segaran, Makam
Putri Campa, Komplek Makam Tralaya, candi Minak Djinggo, Sumur Upas,
Candi Kedaton, Candi Tikus, Situs Klinterejo, dan benda-benda lainnya
yang disimpan dalam sebuah mesuem Purbakala Trowulan yang dibangun pada
tahun 1920 Candi Wringin Lawang
Candi Wringin Lawang terletak di Desa Jatipasar. Bangunan yang mirip
dengan gapura Bali tersebut dikenal dengan nama gapura Jati-pasar atau
gapura Gapit. Sedang nama Wringin Lawang diberikan oleh penduduk karena
dulu di depan bangunan tersebut tumbuh beringin berjajar dua yang
menyerupai pintu (lawang).
Sebuah tradisi tutur rakyat yang dicatat oleh J. Knebel pada tahun
1907, menyebutkan bahwa dulu di keraton Majapahit, terdapat empat
gerbang masuk menuju alun-alun. Masing-masing di sebelah timur di
gerbang masuk menuju alun-alun. Masing-masing di sebelah timur di desa
Sdati, di selatan di Desa Gumitir, di barat di Desa Trowulan dan si
utara di desa Jatipasar. Bila cerita tersebut mengandung kebenaran candi
Wringin Lawang yang dapat disaksikan saat ini merupakan gerbang di
utara. Sedang yang lainnya sudah tidak tampak . Candi Brahu
Di tengah sawah, agak jauh dari pemukiman, tampak sebuah candi besar
yang disebut dengan Candi Brahu. Candi yang mengahadap ke barat dan
mempunyai tinggi 21,30 meter ini terbuat dari batu bata diperkirakan
berfungsi sebagai tempat pemujaan. Namun dari cerita rakyat ada yang
menyebutkan bahwa Candi Brahu dibangun oleh raja Brawijaya, yang
berfungsi sebagai tempat pembakaran dan penyimpanan abu raja-raja
Majapahit. Tetapi perlu penelitian lebih lanjut untuk mencari
kebenarannya.
Berdekaran dengan Candi Brahu pernah pula ditemukan beberapa
candi lain dari bahan yang sama. Tetapi semuanya sudah runtuh dan sulit
ditemukan sisa-sisanya. Hanya Candi Gentong yang dapat ditemukan
pondasinya. Kolam Segaran
Agak ke selatan dari Candi Brahu, yaiut di desa Trowulan dapat
dijumpai sebuah kolam besar yang oleh penduduk dikenal dengan nama Kolam
Segaran. Kolam ini berbentuk segi empat dengan panjang 375 meter dan
lebar 175 meter. Ketika dikunjungi Raffles tahun 1815, kolam tersebut
sudah tertimbun tanah dan tidak berair. Kini kolam seharan telah selesai
difugar, disebelah selatan ditemukan sisa-sisa balai. Dengan adanya
sisa-sisa tersebut kolam segaran dapat diperkirakan sebagai tempat
rekreasi dan mungkin juga sebagai waduk tempat menampung air. Namun
cerita rakyat setempat menyebutkan bahwa kolam berfungsi sebagai
tamansari, tempat para raja, dan istri dan keluarga bercengkrama dan
sekalis tempat menjamu para tamu raja. Kompleks Makam
Di sebelah timur laut dari Kolam Segaran ditemukan kompleks makam.
Masyarakat sekitar menyebutnya Makam Putri Sampa. Bagaimana ceritanya
sampai disebut demikian memang belum jelas. Tetapi dalam sejarah dapat
diketahui bahwa hubungan dengan Campa sudah berlangsung sebelum jaman
Majapahit.
Dua kilometer dari makam Putri Campa dapat dijumpai Makam Tralaya
yang merupakan makam Islam. Dengan demikian menunjukan bahwa pada abad
ke-15 agama Islam telah masuk ke ibukota kerajaan Majapahit. Makam
Tralaya merupakan kompleks makam yang luas dan dikelilingi tembok, di
dalammnya terdapar kelompok malam yang berisi 9 buah makam yang amat
panjang. Menurut dongeng makam tersebut hanyalah perilasan paara wali
yang datang bersama-sama menyerbu Majapahit, dan di tempat tersebut
mengislamkan Raja Brawijaya. Kemudian agak ke barat dapat dijumpai tujuh
buah makam yang dipagari tembok keliling. Makam ini dalah makam
keluarga raja atau pejabat kerajaan Majapahit yang sudah memeluk agama
Islam. Candi Minakdjinggo
Kurang lebih 300 meter dari Kolam Segaran ke arah timur , dapat
dijumpai kelompok batu-batu andesit dengan beberapa pahatan yang
menujukan bekas bangunan candi. Dulu di tempat tersebut ditemukan arca
besar berwajah raksasa setinggi 1,48 meter, sehingga tempat tersebut
dikenal dengan Candi Minakdjinggo. Arca tersebut kini dapat disaksikan
di Museum Purbakala Mojokerto.
Candi Bajangratu
Di Desa Temon ditemukan juga sebuah candi yang agak utuh dengan
tinggi 16.5 meter. Candi ini dikenal dengan nama Candi Bajangratu.
Diperkirakan dibangun pada abad XIV. Terbuat dari batu-bata dan
berbentuk sebuah gerbang dengan atap bertingkat berbentuk kubus. Setiap
tingkat atap dihiasi dengan pahatan ornament sehingga tampak indah. Candi Tikus
Di desa yang sama, tidak jauh dari Candi Bajangratu ditemukan juga
sebuah candi. Ketika ditemukan terdapat banyak tikus hingga kini orang
menyebutnya dengan Candi Tikus. Candi ini merupakan sebuah candi
pemandian berbentuk kolam segi empat. Airnya keluar dari sejumlah
pancuran yang terbuat dari batu andesit berbentuk makara atau teratai
kuncup.
Pada teras pertama terdapat 8 buah candi menara demikian juga pada
teras kedua. Secara keseluruhan teras beserta candi menara seperti
menggambarkan puncak gunung (Mahameru) yang dikelilingi oleh 16 anak
bukit. Melihat keindahan bentuk candi ini diperkirakan dibuat pada jaman
keemasan Majapahit pada abad XIV. Candi serupa serupa Candi Tikus
dijumpai di desa Kepungpada kedalaman 8 meter. Sumur Upas dan Candi Kedaton
Tahun 1966, dibangun sebuah Pendopo besar di Trowulan yang disebut
Pendopo Agung. Di tempat ini sebelumnya ditemukan umpak (alas tiang)
terbuat dari batu besar dan dua buah tiang batu. Tidak jauh dari Pendopo
Agung terdapat sebuah situs yang disebut Sumur Upas. Sumur Upas
merupakan lubang yang kini sudah ditutupi batu dan dibuatkan sungkup. Di
tempat ini juga terdapat pondasi yang diperkirakan kaki candi. Menurut
catatan lama kompleks ini disebut dengan Candi Kedaton.
Di luar
daerah Trowulan pun masih ditemukan peninggalan sejarah yang masih
berkaitan dengan Majapahit. Misalnya di wilayah Kecamatan Scoko
ditemukan yoni yang memuat pahatan angka tahun 1294 saka (1372 M). angka
tersebut bertepatan dengan meninggalnya Bhre kahuripan, sehingga
diperkirakan debagai candi pemakaman dari Bhre Kahuripan atau Tribuwana
Tunggadewi, ibu dari Raja Hayam Wuruk.
Dapat dibayangkan alanghkah luas dan megah ibukota kerajaan
Majapahit di masa lampau. Rahasia Trowulan masih banyak yang belum
terungkap. Kiranya partisipasi masyarakat untuk senantiasa ikut
memelihara situs kepurbakalaan ini sangat diharapkan.
Curhat Pendek - Itu Susu?
-
Ketika kamu memiliki banyak pengalaman, melihat banyak hal yang terjadi di
dunia maka biasanya semakin sulit kamu untuk terkejut pada sesuatu yang
tida...
0 komentar:
Posting Komentar