UGAMO MALIM KEPERCAYAAN ASLI SUKU BATAK
Bangsa suku Batak banyak menganut agama Kristen dan Islam. Tetapi ada
sebuah kepercayaan yang dianut sebagai agama asli suku Batak, yakni
Parmalim atau disebut juga Ugamo Malim. Ugamo artinya segala sesuatu
yang berhubungan dengan alam spiritual (ngolu partondion), sementara
Malim artinya suci. Dengan demikian, Ugamo Malim adalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan alam spritual yang dilaksanakan berdasarkan
prinsip-prinsip kesucian.
Agama ini tidak mengenal surga dan neraka. Agama ini hanya percaya
kepada Debata Mula Jadi Na Bolon sebagai Tuhannya. Hidup dan mati
manusia dalam Parmalin berada pada kuasa Debata Mula Jadi Na Bolon.
Mereka juga percaya terhadap keberadaan Arwah-arwah leluhur. Namun belum
ada ajaran yang pasti pemberian reward atau punisnhment atas perbuatan
baik atau jahat, selain mendapat berkat atau dikutuk menjadi miskin dan
tidak punya keturunanan. Orang Batak mempunyai konsepsi bahwa alam
semesta beserta isinya diciptakan oleh Debeta Mula Jadi Na Balon. Dia
bertempat tinggal di atas langit dan mempunyai nama-nama sesuai dengan
tugas dan kedudukanya. Bagi suku Batak yang menganut ajaran Parmalim,
Debeta Mula Jadi Na Balon adalah maha pencipta manusia, langit, bumi dan
segala isi alam semesta.
Adapun nama Tuhan lain yang sesuai dengan tugas dan kedudukannya
tadi, yaitu Siloan Na Balom yang berkedudukan sebagai penguasa dunia
mahluk halus. Dalam hubungannya dengan roh dan jiwa, penganut Parmalim
Batak mengenal tiga konsep. Pertama, Tondi yakni jiwa atau roh. Kedua,
Sahala yakni jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Ketiga,
Begu yakni tondinya orang yang sudah mati. Mereka juga percaya atas
kekuatan sakti dari jimat yang disebut Tongkal.
Sejak dahulu kala terdapat beberapa kelompok Parmalim. Tetapi
kelompok terbesar adalah kelompok Malim yang berpusat di Huta Tinggi,
Toba Samosir. Hari Raya utama Parmalim disebut Si Pahasada yang
dilaksanakan pada bulan Pertama, serta Si Pahalima yang dilaksanakan
pada bulan Kelima dalam Kalender Batak. Upacara ini secara meriah
dirayakan di kompleks Parmalim di Huta Tinggi.
Penganut Parmalim yang disebut dengan Umat Ugamo Malim menyembah
Debeta Mula Jadi Na Balon. Setiap setahun sekali mereka melakukan ritual
keagamaan yang amat sakral, yakni Pamaleaon Bolon Sipaha Lima di Huta
Tinggi. Ritual ini dilaksanakan sebagai tanda syukur kepada Tuhan Yang
Maha Pencipta Mula Jadi Na Bolon atas apa yang telah diberikan. Meraka
melakukan Upacara Bius dengan persembahan kerbau yang disebut Horbo
Santi atau Horbo Bius.
Kepercayaan ini mengharamkan penganutnya memakan babi, anjing,
maupun darah. Menyantap makanan dari rumah keluarga yang tengah berduka
(meninggal dunia) juga diharamkan. Kepercayaan ini juga mengharuskan
penganutnya menyanyi seisi alam, yakni sesama manusia, hewan, dan
tumbuhan.
Rumah ibadah Parmalim adalah Bale Pasogit. Tempat ini dianggap oleh
mereka sebagai tempat yang suci dan sakral. Bale Pasogit terdiri dari
empat bangunan utama yakni Bale Partonggoan (balai doa), Bale Parpitaan
(balai sakral), Bale Pangaminan (balai pertemuan), dan Bale Parhobasan
(balai pekerjaan dapur)
Terdapat tiga pribadi leluhur di tanah Batak yang dianggap sebagai
Malim, yaitu yakni Raja Uti, Simarimbulubosi dan Raja Sisingamangaraja
XII. Raja Sisingamangaraja ini dianggap oleh penganut Parmalim sebagai
nabi atau rasul Tuhan yang bertugas menyebarkan patik dan ajaran
hamalimon dari Mulajadi Nabolon. Raja Sisingamangaraja kala itu menolak
kolonialisme Belanda, dan mengajarkan tentang sebuah perjuangan.
Adapun kitab suci yang dimiliki Ugamo Malim adalah Pustaha Habonaron
yang berfungsi sebagai pengatur dan tata laku manusia dalam berhubungan
dengan Tuhan, alam, dan sesama manusia. Kitab ini sebagai panutan
manusia, juga sebagai nilai dalam menjalankan prinsip-prinsip kesucian.
Kitab ini bersendikan pada Mar Patik sebagai bagian dari Si Sia-Sia Ni
Habatahon.
Dalam kepercayaan ini, pemimpin agamanya disebut Ihutan Bolon.
Sementara penganutnya disebut ras, dan orang yang mewakili penganut dari
setiap daerah disebut Ulupunguan. Ihutan bertanggung jawab atas
pelaksanaan upacara keagamaan. Dia memimpin doa ritus atau disebut juga
dengan tonggo-tonggo dalam upacara keagamaan Parmalim. Dalam sabda Tuham
Parmalim pada upacara tersebut, Ihutan menyampaikan bahwa bila manusia
ingin berhubungan dengan penghuni benua atas, harus ada sesaji yang
bersih. Begitu pula manusia yang memberikan sesaji itu harus bersih.
Sabda atau Tona ini menjadi pedoman bagi pengikut Ugamo Malim.
Curhat Pendek - Itu Susu?
-
Ketika kamu memiliki banyak pengalaman, melihat banyak hal yang terjadi di
dunia maka biasanya semakin sulit kamu untuk terkejut pada sesuatu yang
tida...
0 komentar:
Posting Komentar