ULOS
KAIN TENUN TAPANULI YANG PUNYA MAKNA KHUSUS
Hampir setiap daerah di Indonesia mempunyai tradisi membuat kain
tenun. Tanimbar, Timor, Sumbawa, Lombok, Bali, Jepara, Lampung dan
lain-lain adalah daerah penghasil tenun yang baik dan terkenal. Hasil
tenun di Tapanuli dalam bentuk kain atau selendang lengan berbagai
motif, ukuran maupun fungsi itu disebut dalam bahasa daerah setempat
ulos.Bagi masyarakat Tapanuli ulos bukan sekedar kain atau selendang hasil kerajinan kaum wanita untuk penutup badan, alat penggendong, hiasan atau berfungsi sehari-hari semacam itu saja melainkan juga mempunyai makna yang khusus dalam hidup bermasyarakat. Jadi ulos adalah sejenis kain adat hasil kerajinan tradisional masyarakat Batak terutama yang mendiami daerah Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Simalungun dan Tanah Karo. Beberapa jenis diantaranya mempunyai nilai sakral.
Proses Pembuatan Ulos
Dahulu sebelum ada perusahaan tenun, hampir setiap keluarga menenun ulos untuk keperluan mereka. Dengan bahan benang kapas atau benang rami, ulos ditenun dengan alat penenun tradisional (alat tenun bukan mesin) yang digerakkan dengan tenaga tangan dan kaki. Alat-alatnya terdiri dari:
- "tundalan", pengikat pinggang waktu menenun.
- "baliga", alat pemisah benang.
- "langgiyang" sebagai pasangan baliga untuk menjaga agar benang tidak kusut waktu ditenun.
- "patubabohon", alat pengukur panjang kain tenunan.
Memang tidak ada upacara
tertentu menjelang atau selama menenun ulos, tetapi karena kegunaannya
yang bersifat sakral maka se lalu terikat pada tatacara tertentu.
Menenun ulos tidak dapat terburu-buru, sehelai ulos dapat makan waktu
berminggu-minggu, bahkan beberapa bulan. Pekerjaan yang memerlukan
kesabaran, ketekunan, citarasa seni, bahkan rasa pengabdian itu
dikerjakan oleh kaum ibu di kolong rumahnya, di sela-sela kegiatan rumah
tangga yang tak per¬nah habis itu. Keberhasilannya memang merupakan
prestasi dan ke-banggaan tersendiri bagi kaum ibu di Tapanuli.
Bentuk dan MacamnyaUlos dapat bervariasi dalam hal motif, warna, nama maupun kegunaannya. Pada dasarnya memang sama tetapi tempat pembuatan serta selera pengrajinnya ternyata banyak menimbulkan variasi tersebut. Di Tapanuli Utara misalnya, lebih banyak kombinasi tiga warna: putih, merah, hitam; di Tapanuli Selatan ada empat warna pokok dengan hiasan manik-manik putih dan hitam. Warna dasar daerah Karo biru tua, Toba dan Simalungun hitam kecoklatan atau keputih-putihan.
Di Toba dihasilkan ulos jenis; ragi idup, bintang maratur, ragi hotang, sibolang, mengiring, situlu tuho, bolean, tali-tali mengiring napinursaan.
Simalungun: ragi santik, ragi pane, paruma/pangumbak, heteran suri-suri, tudung/bulang, jobit.
Karo: Jungkit, uis nipes, arinteneng, jujungan, uisgara.
Tapanuli Selatan: abid godang, parompa sadun, selendang Pakpak/Dairi: polang-polang, gabar, mangiring, runjak, bintang maratur.
Fungsi/Peranan Sosial Ulos
- Sebagai penghormatan/penghargaan
- Sebagai pakaian resmi
- Sebagai pakaian untuk tarian adat
Pelestarian dan Pengembangan Ulos
Ulos sebagai salah satu seni kerajinan tenun yang bernilai tinggi. Dalam lingkungan masyarakat penghasilannya mempunyai tempat yang sangat penting dalam berbagai bidang kehidupan. Bagi bangsa Indonesia merupakan salah satu kekayaan budaya dan secara umum banyak digemari. Mengingat ini semua cukuplah alasan akan perlunya usaha pelestarian bahkan pengembangannya.
Tak dapat dipungkiri memang bahwa akhir-akhir ini sebagai ge¬jala umum fungsi adat ulos makin menurun seirama dengan makin menipisnya perhatian generasi muda setempat akan pentingnya ulos. Dilain pihak dengan makin terbukanya komunikasi daerah Tapanuli dengan dunia luar, lebih-lebih lewat jalur pariwisata, ternyata ulos merupakan salah satu daya pikat yang menarik.
0 komentar:
Posting Komentar