Cagar Budaya Surabaya
Mbah
Bungkul menurut Sejarawan Sartono Kartodirjo dari Universitas Gajah
Mada dapat dikategorikan sebagai seorang wali lokal. Istilah ini untuk
menyebut tokoh Islamisasi tingkat lokal. Konon Mbah Bungkul atau Sunan
Bungkul dulunya sebelum masuk Islam bernama Empu Supo. Ia adalah seorang
putra dari Tumenggung Supodriyo, seorang pembesar dari kerajaan
Majapahit. Keahliannya di dalam membuat keris, membawa Ki Supo bergelar
Empu. Setelah bertemu Sunan Kalijaga, Ki Supo kemudian masuk Islam dan
menyebarkan agama Islam di daerah Bungkul. Ki Supo kemudian dikenal
dengan nama Mbah Bungkul.
Makam Sunan Bungkul
Makam
Sunan Bungkul memiliki denah persegi panjang. Terdiri 3 halaman yang
masing-masing dilengkapi pintu masuk berbentuk paduraksa. Halaman
pertama terdiri dari rumah-rumah juru kunci dan kamar mandi. Halaman
kedua terdiri dari makam-makam kerabat Sunan Bungkul dan juru kunci.
Selain itu, pada halaman ini juga ada sumur kuna, bangunan pendapa dan
masjid kuna yang telah direnovasi. Halaman ketiga terdiri dari
makam-makam kerabat Sunan Bungkul dan bangunan cungkup. Di dalam cungkup
ini terdapat makam Sunan Bungkul dan istrinya serta keluarga dan
memiliki gaya tulisan Naskhi dan berbahasa Arab. Pada nisan kepala Sunan
Bungkul tertulis “Syai’in minhumur rahim” (segala sesuatu berasal dari
padaMu), sedangkan pada nisan kaki tertulis “Wa sana wa huwallah” (yang
penuh kasih sayang). Sementara itu masjid kuno memiliki ukuran P: 11 m
dan lebar 7,60 m. Masjid ini memiliki gapura paduraksa 2 buah dan gapura
bentar 1 buah. Masjid ini beratap tumpang satu.
Denah Peta Makam Sunan Bungkul
0 komentar:
Posting Komentar