Merupakan
salah satu masjid tertua Kota Medan yang berada di pusat kota, sekitar 3
km dari Bandara Polonia, dan sekitar 200 meter dari Istana Maimun.
Terletak di persimpangan Jalan Sisimangaraja di sebelah timur dan Jalan
Masjid Raya di sebelah utara. Adapun secara administratif masuk ke dalam
Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Baru, Medan, Sumatera Utara.
Pembangunan
masjid berlangsung selama tiga tahun, mulai dari tahun 1906 hingga
1909. Peresmiannya dilakukan tepat pada pelaksanaan sholat Jum’at yang
dihadiri pembesar-pembesar kerajaan termasuk Sri Paduka Ali Ma’shun,
Tuanku Sultan Amis, Abdul Jalal Rakhmadsyah dan Sultan Sulaiman
Alamsyah. Pembangunan masjid ini diprakarsai dan dibiayai oleh Sultan
Ma’mun Al Rasyid Perkasa Alamsyah sebagai Sultan Deli. Sedangkan
arsiteknya berkebangsaan Belanda, yakni T.H. van Erp, seorang perwira
Zeni Angkatan Darat KNIL.
Pemugaran
dilakukan pada tahun 1970 berupa pengecetan pada bagian luar dengan
menyesuaikan warna aslinya oleh Direktorat Jenderal Pariwisata. Kemudian
tahun 1991 dilaksanakan perbaikan jalan, taman, pekarangan, halaman,
dan pergantian bola-bola lampu yang rusak oleh Proyek Rehabilitasi,
Dinas Bangunan Kotamadia Daerah Tk. II Medan. Areal masjid merupakan
sebuah kompleks yang terdiri atas bangunan pintu gerbang di sisi timur
laut, tempat wudhu, dan kompleks makam keluarga sultan di sisi barat
laut dan barat daya.
Kompleks
masjid memiliki gapura sebagai pintu utama untuk memasuki kawasan
masjid. Pada sayap kiri dan kanan gapura terdapat sebuah ruangan yang
difungsikan sebagai kantor pengurus masjid. Kemudian di halaman masjid
dapat ditemui bangunan induk (masjid yang menghadap ke sisi timur),
tempat wudhu di sisi timur, pondasi berbentuk lingkaran yang berfungsi
sebagai taman di sisi utara, dan menara di sisi barat laut masjid.
Bangunan masjid sendiri berdiri di atas pondasi yang terbuat dari tembok
dengan ketinggian 2,3 meter dari permukaan tanah. Adapun denah bangunan
masjid berbentuk segi delapan, terdiri dari serambi dan ruangan utama.
Tangga
serambi merupakan jalan untuk memasuki serambi masjid, terbuat dari
marmer, terdiri dari 13 anak tangga, dan berada di sisi-sisi timur laut
(depan), tenggara (samping), dan barat laut (belakang) masjid. Di setiap
sisi tersebut juga terdapat pintu yang berbentuk lengkungan tiga.
Sedangkan serambi itu sendiri terletak di semua sisi masjid dengan denah
persegi panjang. Terdapat serambi yang lebih tertutup berupa ruangan
berbentuk segi delapan dengan sebuah pintu kayu dan dua jendela di sudut
tenggara, timur laut, barat laut, dan barat daya. Antara serambi
terbuka dan tertutup (di setiap sudut) terdapat lengkung ladam kuda yang
bulat dengan ukuran tinggi 3 meter sampai ke puncak lengkungan dan
lebar 2 meter. Pada sisi luar serambi utara, timur, selatan, dan barat
masing-masing terdapat deretan sembilan tiang yang dihubungkan satu sama
lain serta disusun horizontal.
Antara
serambi dan ruang utama dibatasi oleh dinding pembatas dengan denah
segi delapan. Pada sisi timur, barat, selatan, dan utara terdapat sebuah
pintu kayu yang di sisi kiri dan kanannya terdapat dua buah jendela
dari kaca berhias. Di sisi tenggara, timur laut, barat laut, dan barat
daya ruangan juga terdapat sebuah pintu dari kayu berbentuk persegi
panjang. Di dalam ruang utama terdapat tiang, mimbar, mihrab, dan mimbar
kedua (dikba). Mihrab terdapat di sisi barat laut masjid berupa relung
berbentuk lengkungan ladam kuda yang runcing dan menjorok keluar
sekitar 95 cm. Di sisi kanan luar mihrab terdapat dua buah tiang semu
terbuat dari marmer. Tiang semu yang menonjol juga terdapat di bawah
relung mihrab, berderetan berjumlah sepuluh buah.
Di
sebelah kiri mihrab atau sisi barat laut berdiri mimbar pertama,
sedangkan mimbar kedua (dikba) berada di sisi timur. Mimbar pertama
berbentuk persegi panjang dengan tinggi mencapai sekitar 6 meter. Untuk
memasuki mimbar tersebut menggunakan sembilan anak tangga yang terbuat
dari kayu. Adapun di ujung kiri dan kanan tangga berdiri tiang yang
terbuat dari marmer. Badan mimbar terbuat dari marmer berwarna kuning
gading. Atap mimbar ditopang delapan tiang silinder berbentuk kubah.
Atap dan tiang mimbar terbuat dari bahan tembaga dan bagian dalam diukir
dengan motif pilin berganda dan daun-daunan.
Dikba
sebagai tempat bilal merupakan bangunan terbuka tanpa atap dan
mempunyai dua buah tangga naik berbentuk melingkar yang saling
berhubungan. Tangga dikba berpagar dan dibawahnya terdapat pilar yang
berfungsi sebagai penyangga. Pilar bagian bawah berbentuk oktagonal
dengan hiasan geometris. Pilar bagian tengah juga berbentuk sama dengan
hiasan panil yang berbentuk persegi panjang dan geometris. Terakhir,
pilar bagian atas masih berbentuk sama dan di sekelilingnya terdapat 16
tiang silinder yang disambungkan dengan lengkungan.
0 komentar:
Posting Komentar