Sabtu, 13 Desember 2014

Masjid Raya Al Mashun, Bagian dari Kota Tua Medan

al mashun_1373863676.jpg
Merupakan salah satu masjid tertua Kota Medan yang berada di pusat kota, sekitar 3 km dari Bandara Polonia, dan sekitar 200 meter dari Istana Maimun. Terletak di persimpangan Jalan Sisimangaraja di sebelah timur dan Jalan Masjid Raya di sebelah utara. Adapun secara administratif masuk ke dalam Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Baru, Medan, Sumatera Utara.
Pembangunan masjid berlangsung selama tiga tahun, mulai dari tahun 1906 hingga 1909. Peresmiannya dilakukan tepat pada pelaksanaan sholat Jum’at yang dihadiri pembesar-pembesar kerajaan termasuk Sri Paduka Ali Ma’shun, Tuanku Sultan Amis, Abdul Jalal Rakhmadsyah dan Sultan Sulaiman Alamsyah. Pembangunan masjid ini diprakarsai dan dibiayai oleh Sultan Ma’mun Al Rasyid Perkasa Alamsyah sebagai Sultan Deli. Sedangkan arsiteknya berkebangsaan Belanda, yakni T.H. van Erp, seorang perwira Zeni Angkatan Darat KNIL.
Pemugaran dilakukan pada tahun 1970 berupa pengecetan pada bagian luar dengan menyesuaikan warna aslinya oleh Direktorat Jenderal Pariwisata. Kemudian tahun 1991 dilaksanakan perbaikan jalan, taman, pekarangan, halaman, dan pergantian bola-bola lampu yang rusak oleh Proyek Rehabilitasi, Dinas Bangunan Kotamadia Daerah Tk. II Medan.  Areal masjid merupakan sebuah kompleks yang terdiri atas bangunan pintu gerbang di sisi timur laut, tempat wudhu, dan kompleks makam keluarga sultan di sisi barat laut dan barat daya.
Kompleks masjid memiliki gapura sebagai pintu utama untuk memasuki kawasan masjid. Pada sayap kiri dan kanan gapura terdapat sebuah ruangan yang difungsikan sebagai kantor pengurus masjid. Kemudian di halaman masjid dapat ditemui bangunan induk (masjid yang menghadap ke sisi timur), tempat wudhu di sisi timur, pondasi berbentuk lingkaran yang berfungsi sebagai taman di sisi utara, dan menara di sisi barat laut masjid. Bangunan masjid sendiri berdiri di atas pondasi yang terbuat dari tembok dengan ketinggian 2,3 meter dari permukaan tanah. Adapun denah bangunan masjid berbentuk segi delapan, terdiri dari serambi dan ruangan utama.
Tangga serambi merupakan jalan untuk memasuki serambi masjid, terbuat dari marmer, terdiri dari 13 anak tangga, dan berada di sisi-sisi timur laut (depan), tenggara (samping), dan barat laut (belakang) masjid. Di setiap sisi tersebut juga terdapat pintu yang berbentuk lengkungan tiga. Sedangkan serambi itu sendiri terletak di semua sisi masjid dengan denah persegi panjang. Terdapat serambi yang lebih tertutup berupa ruangan berbentuk segi delapan dengan sebuah pintu kayu dan dua jendela di sudut tenggara, timur laut, barat laut, dan barat daya. Antara serambi terbuka dan tertutup (di setiap sudut) terdapat lengkung ladam kuda yang bulat dengan ukuran tinggi  3 meter sampai ke puncak lengkungan dan lebar 2 meter. Pada sisi luar serambi utara, timur, selatan, dan barat masing-masing terdapat deretan sembilan tiang yang dihubungkan satu sama lain serta disusun horizontal.
Antara serambi dan ruang utama dibatasi oleh dinding pembatas dengan denah segi delapan. Pada sisi timur, barat, selatan, dan utara terdapat sebuah pintu kayu yang di sisi kiri dan kanannya terdapat dua buah jendela dari kaca berhias. Di sisi tenggara, timur laut, barat laut, dan barat daya ruangan juga terdapat sebuah pintu dari kayu berbentuk persegi panjang. Di dalam ruang utama terdapat tiang, mimbar, mihrab, dan mimbar kedua (dikba). Mihrab terdapat di sisi barat laut masjid berupa  relung berbentuk lengkungan ladam kuda yang runcing dan menjorok keluar sekitar 95 cm. Di sisi kanan luar mihrab terdapat dua buah tiang semu terbuat dari marmer. Tiang semu  yang menonjol juga terdapat di bawah relung mihrab, berderetan berjumlah sepuluh buah.
Di sebelah kiri mihrab atau sisi barat laut berdiri mimbar pertama, sedangkan mimbar kedua (dikba) berada di sisi timur. Mimbar pertama berbentuk persegi panjang dengan tinggi mencapai sekitar 6 meter. Untuk memasuki mimbar tersebut menggunakan sembilan anak tangga yang terbuat dari kayu. Adapun di ujung kiri dan kanan tangga berdiri tiang yang terbuat dari marmer. Badan mimbar terbuat dari marmer berwarna kuning gading. Atap mimbar ditopang delapan tiang silinder berbentuk kubah. Atap dan tiang mimbar terbuat dari bahan tembaga dan bagian dalam diukir dengan motif pilin berganda dan daun-daunan.
Dikba sebagai tempat bilal merupakan bangunan terbuka tanpa atap dan mempunyai dua buah tangga naik berbentuk melingkar yang saling berhubungan. Tangga dikba berpagar dan dibawahnya terdapat pilar yang berfungsi sebagai penyangga. Pilar bagian bawah berbentuk oktagonal dengan hiasan geometris. Pilar bagian tengah juga berbentuk sama dengan hiasan panil yang berbentuk persegi panjang dan geometris. Terakhir, pilar bagian atas masih berbentuk sama dan di sekelilingnya terdapat 16 tiang silinder yang disambungkan dengan lengkungan.

0 komentar:

Posting Komentar