Masjid
berada di posisi yang cukup strategis, yakni berbatasan dengan By Pass
Bukittinggi-Medan. Secara Administratif masuk ke dalam wilayah Kelurahan
Koto Ibueh, Kecamatan Mandiangin Koto Selayar, Bukittinggi, Sumatera
Barat. Merupakan perkembangan dari Surau Awaluddin di komlpeks makam
Tuanku Kurai dan sekarang dikenal dengan nama Masjid Jamik Mandiangin.
Masjid dibangun pada tahun 1830 dengan denah persegi hingga sekarang.
Bangunan masjid telah beberapa kali mengalami pemugaran oleh masyarakat
setempat. Sehingga dalam pelaksanaannya, nilai-nilai arkeologis yang
menyatu dalam bangunan terabaikan.
Berdasarkan
keterangan pengurus masjid, Abu Kasim Tuanku Tanjung Basah, pemugaran
telah dimulai sejak tahun 1865 berupa penggantian atap. Kemudian pada
thaun 1981 pengurugan panggung. Ketiga, penambahan bangunan pada tahun
1992. Terakhir, pada tahun 1995 perbaikan dan penambahan keramik di
ruang utama. Bangunan tambahan yang dibangun pada tahun 1992 berbentuk
persegi panjang dan terbagi ke dalam dua lantai. Bangunan tersebut
difungsikan sebagai serambi dan TPA dengan bentuk kubah segi delapan dan
atap kerucut di bagian atasnya.
Bangunan
serambi yang ada sekarang sebelumnya merupakan sebuah kolam. Terbuat
dari beton dan memiliki tangga di sisi selatan sebagai jalan naik ke
lantai dua. Adapun pintu masuk ke ruang utama masjid berada di sebelah
timur. Pintu tersebut berjumlah dua buah berada di setiap ujung sisi.
Dinding sebelah timur merupakan dinding baru terbuat dari kaca yang
disekat untuk memisahkan antara ruang utama dan serambi masjid. Pada
dinding ruang utama terdapat 10 buah jendela berdaun dua. Empat buah
berada di dinding utara dan selatan, sedangkan sisanya berada di dinding
barat mengapit mihrab.
Pada
awalnya, bentuk ruang utama berupa panggung. Kemudian kolongnya diurug
karena lantai papan kayu yang sudah keropos. Oleh karena itu, lantai
ruang utama yang dapat dilihat sekarang sudah berganti menjadi keramik.
Adapun dinding ruang utama terbuat dari batu plester dan bagian dalamnya
dilapisi keramik. Di dalam ruang utama berdiri 25 tiang kayu yang
bagian luarnya dilapisi papan baru berbentuk segi delapan karena
kondisinya yang sudah lapuk. Sementara di sisi barat ruang utama
terdapat mihrab persegi panjang yang dihiasi dua buah tiang semu
membentuk tiga buah relung yang dihiasi sulur dan geometris. Di dalamnya
terdapat mimbar persegi panjang yang dibuat permanen dari beton cor.
Atap mimbar ditopang oleh empat buah tiang dan dihiasi kaligrafi di
bagian depan serta dalamnya. Bagian depan membentuk gapura berlengkung,
sedangkan bagian belakang berfungsi sebagai tempat duduk. Atap masjid
berbentuk tumpang tiga dan terbuat dari seng.
Selain
bangunan induk yang telah mendapat penambahan serambi dan TPA, masih
terdapat bangunan lain di dalam kompleks Masjid Surau Gadang Mandiangin.
Bangunan tersebut adalah tempat wudhu yang ada di sebelah utara dan
pemakaman. Tempat wudhu juga termasuk bangunan tambahan yang menyatu
dengan rumah garin masjid yang dibangun tahun 1996. Adapun pemakaman
terbagi dua. Pemakaman baru berada di sebelah barat dan selatan masjid,
sedangkan makam lama berada di depan masjid namun telah dipindahkan.
Beberapa dipindahkan ke tempat lain dan sisanya dipindahkan ke belakang
dan utara masjid. Di belakang masjid juga terdapat menhir dengan tinggi
1,1 meter.
0 komentar:
Posting Komentar