Masjid
Tambora terletak di Jalan Tambora Masjid Nomor 11, Kelurahan Tambora,
Kecamatan Tambora, Kotamadia Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta. Adapun
batas-batasnya adalah sebelah utara dan selatan merupakan perumahan
penduduk, sebelah timur sungai Blandongan, dan sebelah barat gedung SD
Yayasan Masjid Jamik Pendidikan Islam Tambora serta rumah penduduk.
Deskripsi Bangunan
Masjid Tambora berdiri pada lahan seluas 555 m², dalam Masjid ini terbagi dari ruang utama, makam, dll.
- Ruang Utama
Sebelum
masuk ke dalam ruang utama, di depannya terdapat teras. Di kiri-kanan
pintu masuk terdapat tulisan angka berdirinya masjid yaitu 1181 H (kiri)
dan 1761 M (kanan). Dua buah pintu lainnya terdapat di kiri menuju ke
ruang aula dan di kanan menuju ke tempat wudhu. Ruangan utama tersebut
terdiri atas tiang-tiang, mihrab, dan mimbar. Tiang yang terdapat dalam
ruang utama ada empat buah dan merupakan tiang utama (saka guru). Pada
bagian barat dari ruang utama terdapat semacam relung yang dinamakan
mihrab. Bentuk atas mihrab menyerupai bentuk kubah, diatasnya terdapat
tulisan angka Arab di kanan dan kiri yaitu angka 11 dan 81. Di utara
(kanan) mihrab terdapat mimbar. Atap Masjid Jamik Tambora merupakan atap
tumpang dua berbentuk limasan dari genteng. Pada puncak atap terdapat
mustaka berbentuk nanas.
Pada
bagian selatan terdapat bangunan aula, ruang sekretariat remaja masjid,
ruang koperasi, ruang marbot, dan ruang wudhu. Sedangkan bangunan yang
terdapat di utara adalah ruang sekretariat yayasan dan tempat wudhu.
- Makam
Pada
halaman depan masjid di sudut tenggara terdapat bangunan makam
bercungkup. Makam tersebut merupakan makam pendiri masjid yaitu KH.
Moestodjib dan Ki Daeng yang wafat pada tahun 1836 M. Makam terdiri atas
jirat dan nisan. Jirat berbentuk empat persegi panjang tanpa hiasandari
semen biasa. Bagian tengahnya terdapat tanah tempat meletakkan tiang
nisan. Bangunan tempat melindungi makam (cungkup) merupakan bangunan
empat persegi dengan atap yang disangga oleh empat tiang.
Sejarah
Masjid
Jamik Tambora dibangun pada tahun 1181 H (1761 M) oleh Kyai Haji
Moestodjib dan Ki Daeng yang berasal dari Ujungpandang, tetapi mereka
telah lama tinggal di Sumbawa di kaki Gunung Tambora. Untuk mengenang
jasa dan daerah pendiri masjid tersebut diberi nama “tambora”.
Pada
tahun 1176 H (1756 M) KH. Moestodijb dan Ki Daeng dikirim ke Batavia
oleh Kompeni karena menentang dan dihukum kerja paksa selama lima tahun.
Setelah hukuman selesai mereka tidak kembali ke Sumbawa, tetapi menetap
di Kampung Angke Duri (sekarang Tambora) dan berkenalan dengan ulama
setempat. Kemudian mereka menemukan ide untuk membangun sebuah masjid.
Semenjak masjid selesai dibangun, pelaksanaan peribadatan dipimpin oleh
KH. Moestodijb sampai beliau wafat. Guna kelanjutan kegiatan masjid
setelah mereka wafat maka pada tahun 1256 H (1836 M) pimpinan masjid
dialihkan kepada Imam Saiddin sampai wafat. Setelah itu masjid telah
mengalami beberapa kali pergantian pimpinan. Terakhir pada tahun 1370 H
(1950 M) pimpinan dipegang oleh Mad Supi dan kawan-kawannya dari gang
Tambora.
Pada
tahun 1945 masjid dijadikan markas perjuangan melawan NICA. Bulan
Oktober 1945 masjid diserang tentara NICA dan akhirnya Mad Supi dan
kawan-kawan ditawan Belanda. Selanjutnya untuk perawatan dan
perlindungan masjid maka didirikan suatu yayasan bernama Yayasan Masjid
Jamik Tambora yang diketuai oleh Haji Memed pada tahun 1959.
0 komentar:
Posting Komentar