Sabtu, 13 Desember 2014

Masjid Tambora - Jakarta Barat

masjidtambora1_1374720188.jpg
Masjid Tambora terletak di Jalan Tambora Masjid Nomor 11, Kelurahan Tambora, Kecamatan Tambora, Kotamadia Jakarta Barat, Provinsi DKI Jakarta. Adapun batas-batasnya adalah sebelah utara dan selatan merupakan perumahan penduduk, sebelah timur sungai Blandongan, dan sebelah barat gedung SD Yayasan Masjid Jamik Pendidikan Islam Tambora serta rumah penduduk.
Deskripsi Bangunan
Masjid Tambora berdiri pada lahan seluas 555 m², dalam Masjid ini terbagi dari ruang utama, makam, dll.
  • Ruang Utama

Sebelum masuk ke dalam ruang utama, di depannya terdapat teras. Di kiri-kanan pintu masuk terdapat tulisan angka berdirinya masjid yaitu 1181 H (kiri) dan 1761 M (kanan). Dua buah pintu lainnya terdapat di kiri menuju ke ruang aula dan di kanan menuju ke tempat wudhu. Ruangan utama tersebut terdiri atas tiang-tiang, mihrab, dan mimbar. Tiang yang terdapat dalam ruang utama ada empat buah dan merupakan tiang utama (saka guru). Pada bagian barat dari ruang utama terdapat semacam relung yang dinamakan mihrab. Bentuk atas mihrab menyerupai bentuk kubah, diatasnya terdapat tulisan angka Arab di kanan dan kiri yaitu angka 11 dan 81. Di utara (kanan) mihrab terdapat mimbar. Atap Masjid Jamik Tambora merupakan atap tumpang dua berbentuk limasan dari genteng. Pada puncak atap terdapat mustaka berbentuk nanas.
Pada bagian selatan terdapat bangunan aula, ruang sekretariat remaja masjid, ruang koperasi, ruang marbot, dan ruang wudhu. Sedangkan bangunan yang terdapat di utara adalah ruang sekretariat yayasan dan tempat wudhu.
  • Makam
Pada halaman depan masjid di sudut tenggara terdapat bangunan makam bercungkup. Makam tersebut merupakan makam pendiri masjid yaitu KH. Moestodjib dan Ki Daeng yang wafat pada tahun 1836 M. Makam terdiri atas jirat dan nisan. Jirat berbentuk empat persegi panjang tanpa hiasandari semen biasa. Bagian tengahnya terdapat tanah tempat meletakkan tiang nisan. Bangunan tempat melindungi makam (cungkup) merupakan bangunan empat persegi dengan atap yang disangga oleh empat tiang.
Sejarah
Masjid Jamik Tambora dibangun pada tahun 1181 H (1761 M) oleh Kyai Haji Moestodjib dan Ki Daeng yang berasal dari Ujungpandang, tetapi mereka telah lama tinggal di Sumbawa di kaki Gunung Tambora. Untuk mengenang jasa dan daerah pendiri masjid tersebut diberi nama “tambora”.
Pada tahun 1176 H (1756 M) KH. Moestodijb dan Ki Daeng dikirim ke Batavia oleh Kompeni karena menentang dan dihukum kerja paksa selama lima tahun. Setelah hukuman selesai mereka tidak kembali ke Sumbawa, tetapi menetap di Kampung Angke Duri (sekarang Tambora) dan berkenalan dengan ulama setempat. Kemudian mereka menemukan ide untuk membangun sebuah masjid. Semenjak masjid selesai dibangun, pelaksanaan peribadatan dipimpin oleh KH. Moestodijb sampai beliau wafat. Guna kelanjutan kegiatan masjid setelah mereka wafat maka pada tahun 1256 H (1836 M) pimpinan masjid dialihkan kepada Imam Saiddin sampai wafat. Setelah itu masjid telah mengalami beberapa kali pergantian pimpinan. Terakhir pada tahun 1370 H (1950 M) pimpinan dipegang oleh Mad Supi dan kawan-kawannya dari gang Tambora.
Pada tahun 1945 masjid dijadikan markas perjuangan melawan NICA. Bulan Oktober 1945 masjid diserang tentara NICA dan akhirnya Mad Supi dan kawan-kawan ditawan Belanda. Selanjutnya untuk perawatan dan perlindungan masjid maka didirikan suatu yayasan bernama Yayasan Masjid Jamik Tambora yang diketuai oleh Haji Memed pada tahun 1959.

0 komentar:

Posting Komentar