Kamis, 11 Desember 2014

Museum Batak

20140520_110813_1400559807.jpg
Museum Batak terletak di Kompleks T.B Silalahi Center, Sumatera Utara. Museum yang didirikan untuk melestarikan dan memelihara budaya leluhur Batak disamping memberi edukasi, motivasi, dan inspirasi generasi muda. Museum ini diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 18 Januari 2011. Maksud awal didirikannya museum ini adalah juga untuk menyatukan enam subetnis Batak yang tersebar di Sumatera Utara. Keenam subetnis tersebut adalah Batak Toba, Simalungun, Mandailing, Angkola, Pakpak dan Karo.
Dibangun dengan arsitektur modern, museum batak tampak asri dan serasi berkat pemandangan asri danau Toba yang berada di dekatnya. Secara umum, museum ini menyajikan koleksi yang dipamerkan di dalam maupun luar ruangan. Koleksi di luar ruangan terdiri dari rumah adat Karo, kampung Batak, dan diorama yang menggambarkan acara ritual orang Batak untuk memanggil mata air, yang dilaksanakan oleh para raja dan dukun.
Kampung Batak sendiri menggambarkan pemukiman Batak yang di dalamnya, terdapat unsur-unsur pendukung, seperti tiga rumah, empat sopo, sarkofagus, ulubalang (patung pelindung desa), pohon hariara, dan tempat duduk dari batu yang terdapat di tengah perkampungan sebagai tempat duduk tamu atau pembesar-pembesar saat ada upacara atau pesta di perkampungan tersebut.
Koleksi di dalam museum dipamerkan di dua lantai. Lantai pertama menyajikan patung batu yang saat ini koleksinya hanya berasal dari dua subetnis yaitu patung batu dari Batak Toba dan Pakpak. Dari sekian banyak patung batu yang terdapat di Museum Batak, hanya satu yang berasal dari Pakpak yaitu patung leluhur yang diperkirakan berasal dari abad 18 – 19. Koleksi patung yang didominasi oleh patung-patung leluhur dan patung singa juga memiliki prasasti batu yang sering disebut pagar. Prasasti batu ini berisi mengenai peringatan batas wilayah adat atau raja yang ditulis dalam aksara Batak.
Koleksi di lantai 2 secara umum terdiri dari koleksi arsitektur, aksara dan sastra, karya seni, religi dan upacara adat, serta peralatan sehari-hari dari keenam subetnis Batak. Koleksi ini diletakkan di beberapa ruangan di lantai 2. Di sudut lantai 2 terdapat ruangan peperangan Sisingamangaraja XII yang di dalamnya terdapat diorama Peperangan Sisingamangaraja XII. Yang dibantu oleh orang-orang Aceh dengan pasukan Belanda. Di ruangan ini juga terdapat koleksi senjata tentara Belanda, surat asli yang ditulis oleh Sisingamangaraja XII, dan pedang yang diduga milik Sisingamangaraja. Pada dinding juga dipajang foto keluarga besar Sisingamangaraja XII dan orang-orang Batak pada masa penjajahan Belanda.
Di museum ini juga terdapat ruang perpustakaan, ruang pameran temporer, ruang penjualan souvenir, dan vitrin yang berisi penghargaan yang pernah didapat oleh museum. Salah satu penghargaan yang pernah didapat adalah Cipta Award 2011 dari Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, Ir. Jero Wacik yang dikala itu sebagai pemenang terbaik dalam pengelolaan daya tarik wisata budaya berwawasan lingkungan tingkat nasional. Selain itu, direncanakan di kompleks Museum Batak ini akan dibangun rumah-rumah adat subetnis lainnya untuk melengkapi koleksi rumah adat yang sudah ada.

0 komentar:

Posting Komentar