Museum
Batak terletak di Kompleks T.B Silalahi Center, Sumatera Utara. Museum
yang didirikan untuk melestarikan dan memelihara budaya leluhur Batak
disamping memberi edukasi, motivasi, dan inspirasi generasi muda. Museum
ini diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 18
Januari 2011. Maksud awal didirikannya museum ini adalah juga untuk
menyatukan enam subetnis Batak yang tersebar di Sumatera Utara. Keenam
subetnis tersebut adalah Batak Toba, Simalungun, Mandailing, Angkola,
Pakpak dan Karo.
Dibangun
dengan arsitektur modern, museum batak tampak asri dan serasi berkat
pemandangan asri danau Toba yang berada di dekatnya. Secara umum, museum
ini menyajikan koleksi yang dipamerkan di dalam maupun luar ruangan.
Koleksi di luar ruangan terdiri dari rumah adat Karo, kampung Batak, dan
diorama yang menggambarkan acara ritual orang Batak untuk memanggil
mata air, yang dilaksanakan oleh para raja dan dukun.
Kampung
Batak sendiri menggambarkan pemukiman Batak yang di dalamnya, terdapat
unsur-unsur pendukung, seperti tiga rumah, empat sopo, sarkofagus,
ulubalang (patung pelindung desa), pohon hariara, dan tempat duduk dari
batu yang terdapat di tengah perkampungan sebagai tempat duduk tamu atau
pembesar-pembesar saat ada upacara atau pesta di perkampungan tersebut.
Koleksi
di dalam museum dipamerkan di dua lantai. Lantai pertama menyajikan
patung batu yang saat ini koleksinya hanya berasal dari dua subetnis
yaitu patung batu dari Batak Toba dan Pakpak. Dari sekian banyak patung
batu yang terdapat di Museum Batak, hanya satu yang berasal dari Pakpak
yaitu patung leluhur yang diperkirakan berasal dari abad 18 – 19.
Koleksi patung yang didominasi oleh patung-patung leluhur dan patung
singa juga memiliki prasasti batu yang sering disebut pagar. Prasasti
batu ini berisi mengenai peringatan batas wilayah adat atau raja yang
ditulis dalam aksara Batak.
Koleksi
di lantai 2 secara umum terdiri dari koleksi arsitektur, aksara dan
sastra, karya seni, religi dan upacara adat, serta peralatan sehari-hari
dari keenam subetnis Batak. Koleksi ini diletakkan di beberapa ruangan
di lantai 2. Di sudut lantai 2 terdapat ruangan peperangan
Sisingamangaraja XII yang di dalamnya terdapat diorama Peperangan
Sisingamangaraja XII. Yang dibantu oleh orang-orang Aceh dengan pasukan
Belanda. Di ruangan ini juga terdapat koleksi senjata tentara Belanda,
surat asli yang ditulis oleh Sisingamangaraja XII, dan pedang yang
diduga milik Sisingamangaraja. Pada dinding juga dipajang foto keluarga
besar Sisingamangaraja XII dan orang-orang Batak pada masa penjajahan
Belanda.
Di museum ini juga terdapat ruang perpustakaan, ruang pameran temporer, ruang penjualan souvenir,
dan vitrin yang berisi penghargaan yang pernah didapat oleh museum.
Salah satu penghargaan yang pernah didapat adalah Cipta Award 2011 dari
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, Ir. Jero Wacik
yang dikala itu sebagai pemenang terbaik dalam pengelolaan daya tarik
wisata budaya berwawasan lingkungan tingkat nasional. Selain itu,
direncanakan di kompleks Museum Batak ini akan dibangun rumah-rumah adat
subetnis lainnya untuk melengkapi koleksi rumah adat yang sudah ada.
0 komentar:
Posting Komentar