Sangiran
merupakan salah satu situs yang dapat memberikan gambaran dan pemahaman
tentang proses evolusi manusia, budaya dan lingkungannya selama dua
juta tahun tanpa terputus. Pada tahun 1996, situs ini ditetapkan sebagai
warisan budaya dunia oleh UNESCO.
Temuan fosil manusia purba terkenal dari Sangiran adalah Homo erectus, yang mempunyai rentang waktu 1,5 juta tahun hingga 0,3 juta tahun yang lalu. Homo erectus
adalah manusia sejati yang telah berjalan tegak. Spesies ini menduduki
posisi penting dalam evolusi manusia karena merupakan pendahulu langsung
dari manusia modern saat ini, Homo sapiens. Di Indonesia, fosil-fosil Homo erectus ditemukan di areal Situs Sangiran seluas 56 kilometer persegi sejak tahun 1936 hingga kini.
Pada
awalnya Museum Sangiran dibangun di atas tanah seluas 1.00 m² yang
terletak di samping Balai Desa Krikilan. Museum yang representative baru
dibangun pada tahun 1980.
Sejak
menjadi warisan dunia, pelestarian dan pengembangan Situs Sangiran
mengalami kemajuan. Upaya awal sempat terhambat karena terjadinya krisis
moneter di Indonesia pada tahun 1998. Pada tahun 2002 semangat
membangun Situs Sangiran menggeliat kembali dan pembuatan rencana induk
tersebut selesai pada tahun 2004.
Empat
kluster dipilih untuk pengembangan kawasan, yaitu Krikilan sebagai
pusat pengunjung dengan Ngebung, Bukuran dan Dayu sebagai
satelit-satelitnya. Saat ini baru Museum Manusia Purba Sangiran atau
popular disebut Museum Sangiran di kluster Krikilan telah rampung dan
diresmikan pada tanggal 15 Desember 2011.
Pendirian
museum ini dimaksudkan untuk memahami evolusi manusia, budaya dan
lingkungan purba paling tidak sejak 2,4 juta tahun silam. Museum ini
menyajikan berbagai informasi tentang evolusi alam semesta, bumi, dan
makhluk yang ada di dalamnya sejak awal pembentukan hingga actual saat
ini.
Sajian pameran di dalam museum dibagi menjadi tiga segmen, yaitu ruang pamer Kekayaan Sangiran, ruang pamer Langkah-langkah Kemanusiaan, dan ruang diorama Masa Keemasan Homo erectus. Ruang pamer Kekayaan Sangiran
menyuguhkan informasi mengenai evolusi dari inti sel tunggal hingga
manusia dan binatang. Koleksi yang dipamerkan adalah fosil binatang
purba dan manusia purba. Fosil temuan ditempatkan dalam diorama sehingga
terkesan lebih menarik. Diorama kehidupan Homo erectus di Sangiran lengkap dengan panel informasinya menjadi primadona di ruangan ini.
Ruang pamer Langkah-langkah Kemanusiaan
diisi ruang audio visual mengenai sistem tata surya, pengenalan planet
bumi, evolusi menuju makhluk manusia, sejarah dan tokoh besar evolusi,
proses migrasi manusia, penemuan jejak evolusi manusia, perintis museum
Sangiran, sejarah geologi kepulauan Nusantara, hadirnya manusia Homo erectus pertama kali di Nusantara, dan berbagai kegiatan ekskavasi.
Ruang pamer Masa Keemasan Homo erectus
menyajikan situasi Situs Sangiran di zaman keemasannya pada sekitar
500.000 tahun yang lalu. Ruang ini dilengkapi diorama raksasa
berdiameter 24 meter dengan tinggi 12 meter tentang kehidupan
sehari-hari Homo erectus. Ada juga manekin rekonstruksi Homo erectus S17 dan Homo florensiensis yang canggih karena tampak alamiah.
Artefak masterpiece dari Sangiran adalah fosil tengkorak Homo erectus
yang disebut Sangiran 17 (S17). Sebutan tersebut berdasarkan nomor seri
penemuan. Wujudnya berupa atap tengkorak, dasar tengkorak, dan muka
yang semuanya masih terawetkan secara baik. Cetakan fosil ini telah
menyebar ke berbagai penjuru dunia, sementara cetakan aslinya disimpan
di Bandung.
0 komentar:
Posting Komentar