Permainan
bedil bambu dapat ditemukan hampir di seluruh wilayah nusantara,
termasuk Provinsi Jambi. Biasanya dilakukan oleh anak laki-laki pada
rentang usia 9-15 tahun. Akan tetapi, tak jarang orang dewasa juga ikut
meramaikan permainan ini. Di daerah Jambi, bedil bambu biasanya
dimainkan pada siang dan malam hari saat bulan puasa dan waktu Hari Raya
Idul Fitri.
Peralatan
yang digunakan dalam permainan ini adalah bedil bambu, bilah bambu, dan
lampu teplok. Proses pembuatan bedil bambu dimulai dengan memilih bambu
yang tua agar tidak mudah pecah. Kemudian panjang bambu dipotong
berkisar 1 - 1,5 meter dengan diameter 10 -15 cm. Bagian ruas dilubangi
di bagian dalamnya, kecuali pada bagian pangkal. Pada bagian pangkal
tersebut dilubangi bagian atasnya sebesar ibu jari. Pada lubang
tersebutlah minyak tanah dan kain dimasukkan.
Permainan
bedil bambu memiliki sifat edukatif karena mengandung nilai kreativitas
untuk menciptakan alat. Selain itu, bedil bambu juga mengandung nilai
juang berdasarkan sejarahnya dalam membela bangsa dan negara. Akan
tetapi, permainan bedil bambu di Jambi tidak mengandung nilai kompetitif
karena dilakukan sebagai kesenangan bersama.
Bunyi
yang dihasilkan dari sulutan api bedil bambu akan terdengar seperti
bunyi meriam. Permainan ini bisa dilakukan oleh lebih dari satu orang.
Setiap pemain bermain secara bergiliran. Cara bermainnya adalah dengan
menyalakan bilah bambu sebagai perantara api dan bedil. Api bilah bambu
bersumber dari lampu teplok. Kemudian bilah berapi tersebut dimasukkan
ke dalam lubang pangkal bedil. Begitu api masuk ke dalam lubang, maka
seketika akan terdengar bunyi dentuman.
0 komentar:
Posting Komentar