Rebana merupakan gendang yang
berbentuk bundar dan pipih. Rebana, genjring, atau dalam kosakata bahasa
Inggris disebut tambourine. Di Bumiayu, Jawa Tengah, rebana menjadi
simbol kota tersebut.
Rebana terbuat dari
bingkai berbentuk lingkaran dari kayu yang dibubut. Sisi lainnya, yaitu
bagian yang ditabuh terbuat dari kulit binatang –kambing atau sapi.
Kesenian ini terkenal pula di Asia Tenggara, terutama Malaysia, Brunei
Darrusalam, dan Singapura. Di Negara tersebut rebana acapkali dipadukan
dengan musik ‘padang pasir’ misalnya, gambus, kasidah, dan hadroh.
Kepopuleran Rebana, khususnya jenis Kaliwadas
bermula dari kreativitas dan keuletan Madalialm dan Toip dalam membuat
alat musik Islami ini pada era 1940-an. Pada waktu itu pembuatan rebana
bisa dibilang masih sedikit. Membuat rebana hanya sebagai pengisi waktu
luang disela-sela kesibukan bertani. Pembeli dan penikmat suaranya yang
khas pun masih terbatas pada orang-orang berusia tua dan penduduk
sekitar Bumiayu, Jawa Tengah.
Saat itu jenis rebana hanya ada dua macam, yaitu rebana Syrakal dan rebana Jawa Klasik.
Rebana Syrakal memiliki diameter 35-38 cm danglugu atau kayu kelapa
menjadi bahan untuk membuat rebana Jawa Klasik. Pembuatan bodi kedua
rebana itu masih menggunakan cara manual, yaitu dengan menggunakan alat
tatah untuk mendesain dan melobangi. Alat musik ini kerap muncul di
acara-acara keagamaan, namun juga tidak menutup kemungkinan untuk hadir
sebagai hiburan di pesta pernikahan, khitanan, dan lain-lain. Alat musik
ini kerap kali dilombakan dengan kombinasi alat musik lainnya.
Curhat Pendek - Itu Susu?
-
Ketika kamu memiliki banyak pengalaman, melihat banyak hal yang terjadi di
dunia maka biasanya semakin sulit kamu untuk terkejut pada sesuatu yang
tida...
0 komentar:
Posting Komentar