Jumat, 12 Desember 2014

Rebana


Rebana merupakan gendang yang berbentuk bundar dan pipih. Rebana, genjring, atau dalam kosakata bahasa Inggris disebut tambourine. Di Bumiayu, Jawa Tengah, rebana menjadi simbol kota tersebut.

Rebana terbuat dari bingkai berbentuk lingkaran dari kayu yang dibubut. Sisi lainnya, yaitu bagian yang ditabuh terbuat dari kulit binatang –kambing atau sapi. Kesenian ini terkenal pula di Asia Tenggara, terutama Malaysia, Brunei Darrusalam, dan Singapura. Di Negara tersebut rebana acapkali dipadukan dengan musik ‘padang pasir’ misalnya, gambus, kasidah, dan hadroh.

Kepopuleran Rebana, khususnya jenis Kaliwadas bermula dari kreativitas dan keuletan Madalialm dan Toip dalam membuat alat musik Islami ini pada era 1940-an. Pada waktu itu pembuatan rebana bisa dibilang masih sedikit. Membuat rebana hanya sebagai pengisi waktu luang disela-sela kesibukan bertani. Pembeli dan penikmat suaranya yang khas pun masih terbatas pada orang-orang berusia tua dan penduduk sekitar Bumiayu, Jawa Tengah.

Saat itu jenis rebana hanya ada dua macam, yaitu rebana Syrakal dan rebana Jawa Klasik. Rebana Syrakal memiliki diameter 35-38 cm danglugu atau kayu kelapa menjadi bahan untuk membuat rebana Jawa Klasik. Pembuatan bodi kedua rebana itu masih menggunakan cara manual, yaitu dengan menggunakan alat tatah untuk mendesain dan melobangi. Alat musik ini kerap muncul di acara-acara keagamaan, namun juga tidak menutup kemungkinan untuk hadir sebagai hiburan di pesta pernikahan, khitanan, dan lain-lain. Alat musik ini kerap kali dilombakan dengan kombinasi alat musik lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar