Reruntuhan Bata di Situs Tingkip
Letak dan Lingkungan
Situs Tingkip
terletak di Desa Sungai Jauh, Kecamatan Rawas Ulu, Kabupaten Musi
Rawas, Propinsi Sumatera Selatan yang secara astronomis berada pada koordinat 2º31’51,2” LS dan 102º47’59,5” BT. Situs ini berada pada ketinggian 75 m di atas permukaan laut.
Untuk
mencapainya dapat ditempuh melalui jalur darat dari Jambi menuju
Singkut, Kabupaten Sarolangun, Propinsi Jambi. Perjalanan dilanjutkan
sampai ke Simpang Nibung, Kabupaten Musirawas, Propinsi Sumatera
Selatan. Lokasi Simpang Nibung ini tidak jauh dari tugu perbatasan
antara Propinsi Jambi dan Propinsi Sumatera Selatan. Perjalanan
berikutnya melalui jalan aspal yang telah mengalami kerusakan di
beberapa tempat sampai ke Simpang Subur. Candi Tingkip berada 9 km dari
Simpang Nibung dan 300 m dari Simpang Subur.
Situs
ini berada di tengah-tengah perkebunan karet milik Ibu Siti Nurbaya
yang sekarang menjadi juru pelihara. Di sebelah baratnya dengan jarak
sekitar 100 m terdapat perkampungan penduduk dan Sungai Tingkip.
Sementara di sebelah selatannya terdapat perkebunan sawit milik penduduk
setempat.
Riwayat Penelitian
Situs Tingkip
mulai dikenal sebagai situs Arkeologi sejak pertengahan bulan Maret
tahun 1981, ketika sebuah arca Buddha dari batu ditemukan oleh Ibu Siti
Nurbaya berdasarkan mimpi. Beliau beserta penduduk selanjutnya melakukan
penggalian dalam rangka mengangkat arca yang dalam kondisi tertimbun
tanah. Penggalian yang dilakukan tanpa metode ekskavasi itu berhasil
mengangkat arca tersebut, tetapi telah merusak struktur bata yang ada.
Struktur bata yang rusak dapat kita jumpai sampai sekarang yang berupa
lubang di bagian tengah gundukan tanah.
Penemuan
arca Buddha telah menarik minat para ahli untuk menelitinya. Kajian
Satyawati Suleiman terhadap arca Budha menyimpulkan arca dibuat menurut
aturan pahatan arca Pra-Angkor (abad 6 – 7 Masehi) dan Dwarawati (abad 6
– 9 Masehi). Namun penggambaran senyuman bibir arca tersebut tidak
selebar dari arca-arca yang terdapat di Kamboja, Thailand, atau langgam
Dwarawati sehingga dipastikan merupakan buatan lokal. Pada tahun 1984
seorang berkebangsaan asing yang bernama E. Edward Mc Kinnon yang
melakukan Survei Arkeologi di Sumatera dan mampir di Situs Tingkip
menyebutkan bahwa lokasi temuan arca itu oleh penduduk disebut dengan
”candi”. Letaknya berada di tepi Sungai Tingkip. Menurut Mc Kinnon arca
Budha berlanggam post-Gupta.
Pada
tahun 1993 lokasi temuan arca Buddha diteliti oleh Bambang Budi Utomo.
Pada laporan penelitiannya menyebut peninggalannya dengan nama Candi
Tingkip, sedangkan lokasinya dengan nama Situs Tingkip. Pada tahun 1994 dilakukan pendataan terhadap kepurbakalaan di Kabupaten Musirawas oleh SPSP Jambi yang salah satunya adalah Situs Candi Tingkip.
Di situs tersebut ditemukan sebuah gundukan tanah setinggi 0,5 m dari
permukaan tanah dengan ukuran 7 x 7 m dan di sekitarnya bertebaran
bata-bata di semak-semak yang relatif rimbun di kawasan perkebunan
karet. Pengukuran pada batu yang masih utuh adalah 33,5 x 16 x 7 cm.
Pada
tahun 1998 dilakukan ekskavasi oleh tim dari Balar Palembang dengan
membuka tujuh buah kotak. Pada empat buah kotak ekskavasi ditemukan
struktur bata. Penemuan struktur bata tersebut memperkuat dugaan bahwa
lokasi itu merupakan candi. Lapisan batanya berjumlah 15 lapis. Dari
struktur bata yang ditemukan diperkirakan bagian sisi Barat dan timur
berjarak 7,60 meter. Sementara sisi lainnya belum diketahui dengan
pasti. Namun demikian dapat diperkirakan bahwa candi berdenah
bujursangkar. Temuan bagian tangga Candi Tingkip memberikan dugaan arah
hadapnya ke 80 derajat.
Kondisi Bangunan
Candi Tingkip
dari kejauhan tampak berbeda dibandingkan dengan lingkungan sekitarnya
yang tampak hijau oleh daun-daun dan semak-semak. Kondisi gundukan
berwarna kecoklatan dari warna tanah dan semak-semak yang telah mati. Di
atas gundukan dijumpai bata-bata yang telah dikumpulkan. Tanda-tanda
telah dilakukannya ekskavasi oleh Balai Arkeologi Palembang tahun 1998
tidak tampak lagi. Namun lubang besar yang tercipta dari hasil
pengangkatan arca masih tampak jelas. Sementara itu di sisi Timur
terdapat lubang memanjang yang menurut laporan adalah hasil penggalian
liar dalam rangka mencari harta karun.
Gundukan
tanah yang di dalamnya terdapat struktur candi itu berukuran 7,6 x 7,6
meter dengan tinggi sekitar 1 meter. Di atas gundukan tumbuh pohon karet
berjumlah 6 batang. Di bagian tengah gundukan terdapat lubang dengan
kedalaman 50 cm. Lubang tersebut bekas penggalian liar ketika mencari
arca Buddha. Di sebelah timur gundukan juga terdapat lubang bekas
penggalian liar yang berukuran 1 x 3 meter dengan kedalaman 70 cm.
Selain itu di sekitar gundukan banyak terdapat tumpukan bata-bata hasil
penelitian dan juga dari penggalian liar. Pada lokasi bekas galian arca
banyak ditemukan batu kerakal. Batu-batu kerakal itu diduga merupakan
bahan yang dipergunakan untuk fondasi. Batu-batu kerakal tersebut
terangkut ke atas ketika dilakukan penggalian dalan rangka mengangkat
arca. Perkiraan itu diperkuat dengan temuan bahwa lapisan bata dibagian
fondasi hanya sebanyak satu lapis.
Hasil survei menunjukkan bahwa Candi Tingkip
diperkirakan hanya terdiri dari satu bangunan candi tanpa adanya candi
perwara atau pagar kelliling. Dibuktikan dengan penggalian yang
dilakukan di sebelah Utara, Timur, Selatan, dan Barat dengan jarak 50,
15, 10, dan 25 meter tidak menemukan adanya struktur bata. Satu hal
yang menarik bahwa Candi Tingkip terletak dekat dengan
aliran sungai. Aliran sungai ini mengalir di sebelah Barat dan kemudian
berbelok ke Selatan sehingga menjadi berada di sebelah Utara candi.
Aliran sungai yang mengalir di sebelah Barat akan terlihat ketika mulai
mendekati candi. Sungai yang tampak sekarang berukuran kecil. Namun
menurut informasi sekitar tahun 1990-an masih lebar dan volume airnya
besar. Sementara itu aliran sungai yang berada di sebelah Utara
walaupun volume airnya juga kecil namun yang mengherankan bahwa di sini
terdapat cekungan yang sangat lebar mencapai 40 meter. Hal itu
menimbulkan dugaan bahwa volume air sungai dahulunya cukup besar.
Mungkin aliran sungai yang berada di sebelah Utara itu menjadi sarana
transportasi dari dan ke candi.
Hasil Ekskavasi menunjukkan bahwa Candi Tingkip
telah mengalami kerusakan yang cukup parah secara arsitektural dan
struktural. Kerusakan secara arsitektural terlihat dari hilangnya
susunan bangunan bagian atas yang umumnya terdiri dari bagian tubuh dan
kepala. Susunan bangunan yang tersisa adalah bagian dari tangga dan kaki
candi. Letak tangga berada di sisi sebelah Timur berukuran 1,5 x 1,5
meter. Dengan ditemukannya tangga di sebelah Timur sehingga dapat
dipastikan bahwa arah hadap candi adalah Timur. Sedangkan kaki candi
berdenah bujur sangkar berukuran 7 x 7 meter. Lapisan bata yang terdapat
di bagian kaki berjumlah 15 lapis. Susunan lapisan bata yang terdapat
di Candi Tingkip mencapai ketinggian 105 cm.
0 komentar:
Posting Komentar