Menyambut Dewa-Dewi Musim Panen
Tari Piring, atau Tari Piriang
dalam bahasa lokal, merupakan seni tari tradisional masyarakat
Minangkabau, yang berasal dari kota Solok, Sumatra Barat. Tarian ini
menggunakan piring sebagai instrumen utama. Piring yang diletakan di
atas telapak tangan diayun dan diliuk-liukan dengan gerakan-gerakan
cepat dan teratur, dengan piring tetap dalam keadaan lekat dengan
telapak tangan.
Sejarah Tari Piring
Beredar anggapan bahwa tari ini awalnya
merupakan ritual ucapan terimakasih masyarakat setempat pada Dewa-Dewi
seusai musim panen. Dalam ritual ini, piring-piring berisi berbagai
makanan sesembahan dibawa dan disajikan kepada para Dewa-Dewi melalui
gerakan-gerakan yang artistik. Setelah era Islam, tarian ini tidak lagi
dijadikan media pemujaan, melainkan hanya sebagai hiburan semata, yang
sering dipertunjukan pada berbagai acara keramaian.
Gerakan dalam Tari Piring
Tari Piring menghadirkan rangkaian gerak
‘atraksi’ penari mengayun-liukan piring di dua telapak tangannya ke
sana kemari dalam tempo yang cepat, dengan diselingi dentingan suara
antara piring-piring atau dentingan yang tercipta dari beradunya cincin
pada jari para penari dengan piring. Di bagian akhir, biasanya piring
yang dibawa para penari dilemparkan ke lantai, lantas mereka melanjutkan
tarian di atas pecahan-pecahan piring-piring tersebut.
Jumlah penari, pada umumnya berjumlah
ganjil, bisa tiga sampai tujuh orang. Para penari tersebut mengenakan
pakaian khas yang didominasi warna-warna cerah, terutama merah dan
kuning keemasan. Dengan iringan alat musik yang kahas Minangkabau, yakni
Talempong dan Saluang, Tari Piring mengundang decak kagum para
penontonnya. Dalam perkembangannya, Tari Piring menjadi salah satu ikon
Sumatra Barat, dan sering kali dikirim untuk berbagai misi kebudayaan ke
luar negeri, demi memperkenalkan budaya Indonesia, khususnya Sumatra
Barat. Sebagai contoh, pada Agustus 2012, Tari Piring ambil bagian dalam
Festival de Montoire, Perancis.
Tari Piring dalam Masyarakat Minangkabau
Tari piring, masih lestari di tengah
masyarakat Minangkabau, serta memiliki peran khusus dalam prosesi
pernikahan adat Minangkabau. Bagi orang Minangkabau, kurang lengkap
nampaknya jika hari bahagia pernikahan tanpa sajian Tari Piring.
0 komentar:
Posting Komentar