Gereja Blenduk merupakan bangunan setangkup dengan facade
tunggal yang secara vertikal terbagi atas 3 bagian. Bangunan yang
menghadap ke Selatan ini memiliki tinggi lantai bangunan hampir sama
dengan jalan di depannya. Pondasi yang digunakan terbuat dari batu dan
sistem strukturnya dari bata. Dinding terbuat dari bata setebal satu
batu. Atap bangunan berbentuk kubah dengan penutupnya lapisan logam yang
dibentuk oleh usuk kayu jati.
Di
bawah pengakiran kubah terdapat lubang cahaya yang menyinari ruang
dalam yang luas. Gereja ini merupakan Gereja tertua di Jawa Tengah yang
menawan.
Pintu
masuk gerejanya berupa pintu ganda dari panel kayu dengan ambang atas
pintu melengkung seperti juga ambang atas jendelanya yang membusur. Ada
dua tipe jendela di gereja ini yaitu, pertama, jendela ganda berdaun krepyak, dan keduaberupa jendela kaca warna-warni dengan bingkai.
Gereja
Blenduk (GPIB Imanuel) didirikan pada tahun 1742. Pada tahun 1894-1895
bangunan gereja diperbaharui oleh HPA de Wilde dan W. Westmaas. Gereja
Blenduk memiliki gaya arsitektur Eropa. Bangunan Gereja Blenduk berdenah
segi delapan beraturan (oktagonal) dengan penampil di sisi Barat,
Utara, Timur, dan Selatan membentuk salib Yunani dengan gaya arsitektur
Pseudo Baroch. Atap bangunan berbentuk kubah serupa dengan bangunan
kubah di Eropa seperti kubah St. Peters di Roma yang di desain oleh
Michael Angelo (1558-1560) dan kubah St. Paul's karya Cristoper Wren
(1675-1710). Gereja Blendug telah menjadi ikon kota Semarang dan diburu fotografer dari berbagai daerah.
Gereja ini sesungguhnya bernama Gereja GPIB Immanuel,
di Jl. Letjend. Suprapto 32. Kubahnya besar, dilapisi perunggu, dan di
dalamnya terdapat sebuah orgel Barok. Arsitektur di dalamnya dibuat
berdasarkan salib Yunani. Nama Blenduk adalah julukan dari masyarakat setempat yang berarti kubah.
Gereja ini hingga sekarang masih dipergunakan setiap hari Minggu. Di
sekitar gereja ini juga terdapat sejumlah bangunan lain dari masa
kolonial Belanda.
0 komentar:
Posting Komentar