Tipe Kepemimpinan Pria Berwibawa Suku Muyu
Para antropologi memiliki konsep pria berwibawa atau big man untuk menamakan para pemimpin politik tradisional di daerah-daerah kebudayaan Oseania, khususnya di Melanesia. Sebenarnya konsep ini berasal dari terjemahan bebas terhadap istilah-istilah lokal yang digunakan oleh penduduk setempat untuk menamakan orang-orang penting di kalangannya sendiri.
Selama abad ke-19 dan sampai pertengahan abad ke-20, para peneliti di daerah kepulauan Melanesia selalu menggunakan konsep chief yang kita kenal sebagai penghulu atau kepala suku, untuk menamakan para pemimpin masyarakat yang mereka deskripsikan. Konsep chief itu
kemudian tidak digunakan lagi oleh karena makna yang terkandung di
dalam konsep tersebut tidak lagi tercermin dalam sistem kepemimpinan
suku masyarakat di Melanesia. Dan dalam artikel ini kita bahas tentang big man.
Ciri utama dari sistem big man
atau pria berwibawa ini ialah kedudukan pemimpin diperoleh melalui
pencapaian. Sumber kekuasaan dari tipe politik ini terletak pada
kemampuan individual yang diwujudkan dalam bentuk-bentuk nyata seperti
keberhasilan mengalokasi dan mendistribusikan kekayaan, kepandaian
berdiplomasi dan berpidato, keberanian memimpin perang, memiliki fisik
tubuh yang berukuran besar dan tegap dibandingkan dengan anggota-anggota
lain di dalam masyarakatnya, dan memiliki sifat murah hati.
Ciri kedua dari sistem politik ini adalah pelaksanaan kekuasaan di jalankan oleh hanya satu orang saja, yaitu pemimpin tunggal, autonomous. Contoh masyarakat pendukung ini adalah orang Dani, orang Asmat, orang Me, orang Meybrat dan orang Muyu.
Pada masyarakat Suku Muyu, kita akan mendapati penamaan kayepak yang merujuk pada big man, seperti pembahasan di atas. Istilah Kayepak
juga menunjuk orang kaya, orang yang memiliki banyak barang berharga,
mempunyai beberapa istri dan banyak anak, dapat sering menyajikan babi,
mampu melunasi utang tanpa mundur, dapat membantu orang yang karena
suatu hal mengalami krisis keuangan misalnya dalam hubungan dengan tukon
atau pembayaran utang dan kalau perlu dapat menyewa orang lain untuk
melakukan balas dendam baginya.
Kayepak
juga berarti orang yang telah menjalani inisiasi penuh dalam
kehidupannya. Ia mengetahui tata cara rahasia babi keramat; ia
mengetahui segala sesuatu tentang peraturan-peraturan tabu; ia tahu
bagaimana memanfaatkan kekuatan supernatural dalam berburu dan menangkap
ikan, dalam bercocok tanam, dalam mengumpulkan uang kulit kerang.
Dengan satu kata, ia adalah pakar utama tentang kekuatan supernatural,
aspek religius dari kebudayaan.
Kayepak
jika dilihat dari sifatnya adalah orang yang mempunyai kepandaian
mengatur atau mengurus orang banyak dalam berbagai masalan terutama
orang sederhana yang mengalami kesusahan, wataknya sejak kecil dibentuk
sedemikian rupa, suka memaafkan, suka memberi kelebihan barangnya kepada
orang lain yang tidak punya, dan tahu semua aturan adat.
Kriteria paling sederhana untuk bisa menemukan seseorang yang memiliki syarat menjadi kayepak bisa
dilihat dari kesuksesan seseorang tuan rumah dalam menggelar Pesta
Babi. Serta dari tingkat intensitas orang tersebut untuk menjadi tuan
rumah dari pesta paling khas yang dimilki masyarakat Suku Maya.
Karena dalam upacara Pesta Babi terdapat tiga fungsi penting yang akan mendorong seseorang untuk menjadi kayepak. Pertama,
pesta babi adalah arena persaingan untuk menunjukkan kehebatan
seseorang. Kedua, merupakan tempat menjalin bermacam-macam hubungan
sosial (kerabat, dan pertemanan), serta transaksi perdagangan. Ketiga,
pesta babi berfungsi sebagai upacara pemakaman kedua dan oleh karena itu
merupakan media untuk melakukan hubungan baik dengan dunia roh nenek
moyang.
Mengingat
berbagai fungsi penting dari pesta babi, menyebabkan individu-individu
yang berambisi untuk menjadi pemimpin harus membuktikan kemampuan
kepemimpinannya melalui penyelenggaraan pesta babi dalam kebudayaan Suku
Muyu.
0 komentar:
Posting Komentar