Masyarakat Suku Boti merupakan
petani yang berladang di tanah kering dan tandus. Mereka
bertani/berladang dengan cara menebas dan membakar. Hasil pertanian
mereka merupakan kebutuhan pokok untuk mereka sendiri secara subsisten.
Awal mereka bercocok tanam ialah dengan
menebang hutan. Kemudian tebasan hutan tersebut dibakar untuk membuat
lahan agar bersih dari sisa tebasan. Setelah lahan bersih, dilakukan
penanaman seperti padi. Baru setelah panen mereka mengadakan panen
pertama dan panen terakhir.
Kondisi alam yang kering membuat hasil
pertanian mereka gagal untuk dipanen. Pemujaan terhadap roh Uis Pah
(Dewa Bumi) dengan hasil pertanian memiliki hubungan yang erat. Ketika
panen dirasa gagal, pemujaan terhadap Uis Pah pun dilakukan. Roh ini
dianggap mempunyai kekuatan alam terhadap cuaca. Karena Uis Pah
merupakan penguasa bumi menurut kepercayaan setempat.
Memang pada dasarnya kondisi alam pulau
Timor sangat sering menimbulkan kerusakan bagi pertanian masyarakat
Timor. Sedangkan, bertani merupakan kegiatan ekonomi mereka yang utama.
Fox menggungkapkan “Timor merupakan salah satu pulau yang terletak pada
busur luar (outer arc) pegunungan Sunda Kecil. Wilayahnya
terdiri dari pegunungan dan dataran tinggi. Keadaaan tanahya berupa
tanah liat berpori yang mengandung kapur Permian dan Marl. Tanah jenis
ini tidak mendukung tumbuhnya vegetasi penutup. Pada musim hujan kedaan
tanah banyak mengandung air, dan akan mengembang bila telah penuh air
hujan.
Pada musim kemarau, tanah menjadi
rengkah dan sangat keras. Komposisi tanah dari batu kapur dan tanah liat
ini berpengaruh terhadap adanya sumber air, yang banyak ditemukan di
daerah dataran tinggi. Masalah sumber air ini menimbulkan bentuk
permukimn dan usaha pertanian yang berpusat di daerah pegunungan dan
pengembangan usaha tani lahan kering yang didominasi oleh jagung dan
palawija.
Dalam hal pekerjaan, mereka tidak akan
lepas dari kepercayaan yang mereka anut. Apa yang mereka kerjakan selalu
berhubungan dengan roh yang mereka sembah. Adapun doktrin kerja yang
mereka junjung ialah “meup on ate, tah in usif” (bekerja
seperti hamba, makan seperti raja). Mereka bekerja keras untuk menikmati
hasil bumu dalam alam yang tidak selalu memberikan hasil bumi yang
baik. Alamya dikaruniai Tuhan yang mereka sebut sebagai Uis Neno harus
dipelihara dengan bekerja mengola alam dengan cara bertani dan mengolah
hasil bumi. Karena itu hampir semu peralatan kehidupan mereka
bahan-bahannya dibuat dari alam dan dikerjakn dengan tangan.
0 komentar:
Posting Komentar