KOSMOLOGI SUKU BANJAR, KALIMANTAN SELATAN
Di dalam kosmologi orang Banjar termasuk juga alam yang tidak kelihatan, alam gaib sebagai tempat makhluk-makhluk halus hidup bermasyarakat. Nampaknya dunia ini bagi orang Banjar relatif atau tumpang tindih, sebab mungkin saja hutan rawa, semak belukar atau pokok kayu tertentu sebenarnya di dalam dunia gaib ialah kota, perkampungan, atau gedung megah milik orang gaib. Dunia gaib di balik apa yang nampak ini di kalangan tertentu disebut sebagai bumi lamah (harpiah: bumi lemah). Juga ada istilah bumi rata untuk dunia gaib berupa gua-gua di gunung-gunung batu, yaitu tempat pemukiman masyarakat macan gaib. Istilah yang pertama agak luas penyebarannya, sedangkan yang kedua lebih terbatas. Sebenarnya ada dunia gaib lain lagi, yaitu dunia para buaya yang terletak di bawah permukaan sungai, yang tidak penulis ketahui namanya.
Di dalam kosmologi orang Banjar termasuk juga alam yang tidak kelihatan, alam gaib sebagai tempat makhluk-makhluk halus hidup bermasyarakat. Nampaknya dunia ini bagi orang Banjar relatif atau tumpang tindih, sebab mungkin saja hutan rawa, semak belukar atau pokok kayu tertentu sebenarnya di dalam dunia gaib ialah kota, perkampungan, atau gedung megah milik orang gaib. Dunia gaib di balik apa yang nampak ini di kalangan tertentu disebut sebagai bumi lamah (harpiah: bumi lemah). Juga ada istilah bumi rata untuk dunia gaib berupa gua-gua di gunung-gunung batu, yaitu tempat pemukiman masyarakat macan gaib. Istilah yang pertama agak luas penyebarannya, sedangkan yang kedua lebih terbatas. Sebenarnya ada dunia gaib lain lagi, yaitu dunia para buaya yang terletak di bawah permukaan sungai, yang tidak penulis ketahui namanya.
Keterampilan
atau kelebihan, bahkan juga kewibawaan, yang dimiliki seseorang konon
bukan semata-mata diperoleh dengan belajar, melainkan dapat pula terjadi
berkat kekuatan gaib yang ada pada dirinya, karena ilmu gaib yang
diwarisinya, atau karena adanya makhluk gaib yang menopangnya. Selain
itu orang yang mempunyai keterampilan khusus atau mempunyai keistimewaan
dibandingkan orang lain (seniman wayang, seniman topeng, ulama, tokoh
berwibawa di kalangan bubuhan) dianggap mempunyai potensi untuk
mengobati; hal ini nampaknya ada kaitannya dengan kekuatan gaib yang
diduga ada padanya atau adanya makhluk gaib yang menopangnya. Selain itu
berkembang anggapan bahwa bila ada 40 orang dalam suatu majelis doa
atau majelis sembahyang jenazah, pasti termasuk di dalamnya orang yang
saleh, yang doa-nya atau pun kutuknya sangat makbul.
Kepercayaan
kepada dewa-dewa sebelum agama islam masuk ke Kalimantan Selatan, agama
Siwa Budha telah lama berkembang di daerah Negara Dipa dam Negara Daha.
Hal itu dibuktikan dengan adanya candi Larasnya yang terdapat di daerah
Margasari, di mana terdapat bekas lingga, joni, nandi dan sebuah arca.
Semuanya tidak utuh lagi.
Namun gambaran alam pikiran Siswaitis, para dewa dan sebagainya yang seutuhnya dalam agama Siwa tersebut, lenyap sama sekali.
Kayangan
sebagai alam kayangan tempat hidup para dewa secara umum diketahui,
melalui sarana-sarana tertentu seperti wayang, tari topeng, syair-syair
tradisonal dan sebagainya. Namun cara penghayan dan pemahaman fungsinya
bagi tiap orang berbeda. Para dewa sebagai makhluk gaib, berdiam di
kayangan. Dewa-dewa tertentu tinggal di Padang Purwasari, yaitu: Batara
Kelana yang diidentifikasikan dengan Dasamuka (Ramayana), dan Batara
Kala, biasanya disebut dengan nama Sang Kala, penghulu sekalian
hantu-hantu.
Batara Kala
dikenal dengan sebutan Sang Kala sebagai dewa penguasa para hantu atau
yang memelihara, memberi kemakmuran dan sebagainya. Tetapi yang paling
terkenal adalah sebagai pembinasa, yang menjadi saluran hasrat
mewujudkan pembalasan dendam melalui jalan halus.
Semar sebagai Dalang kalung-lungan
juga sebenarnya dewa, dalam mantera-mantera dan jimat-jimat ia juga
sering muncul, contohnya dalam kecantikan, mantera Semar Kuning, dan
dalam jimat Tambang Liring. Jimat ini ditulis dengan tinta yang dicampur
dengan darah orang mati terbunuh, yang rohnya terus menerus dipuja.
Gambar pokok, di samping ayat-ayat Qur’an yang terdapat, adalah Semar
dengan anak-anaknya, Arjuna sebagai Batara Kamajaya pemelihara bidadari
dan tujuh orang bodadari. Jimat ini dipakai untuk kecantikan dan
pelaris.
Kepercayaan
kepada makhluk-makhluk halus. Masyarakat Kalimantan Selatan umumnya
mempercayai adanya alam makhluk halus yang meliputi, orang gaib tinggal
di bumi lamah, berbentuk manusia gaib, mati dan melahirkan, hidup
bermasyarakat seperti manusia biasa, dari lapisan-lapisan raja-raja,
bangsawan, ksatria, ulama, dukun dan sebagainya. Dalam hal ini golongan
raja-raja Banjar mitologis sampai dengan beberapa raja Banjar historis
dikategorikan dengan manusia alam gaib ini.
Yang
terkenal dan selalu dipanggil dalam setiap upacara religi atau upacara
adat dan selalau dipanggil dalam setiap upacara Puteri Junjung Buih,
Pangeran Kecil, Panambahan Batuah, Menteri Empat seperti Panimba
Segera., Pembelah Batung, Manguntung Manau, Mangaruntung Waluh, Pangeran
Bagalung dan sebagainya.
Kepercayaan kepada para Muakkad dan Muwakkal;
mereka juga dikategorikan kepada mahkluk halus yang terdapat dalam
kepercayaan agama islam. Setiap manusia yang telah mencpapai tingkatan
sempurna dan kewalian, mempunyai teman yang disebut muwakkal-muwakkal,
mereka mengiringkan para wali ini. Di daerah Kalimantan Selaran terkenal
umpamanya muwakkal datu Kalampaian atau dalam sebutan umum Datu Baduk,
seorang jin islam yang tinggi ilmunya dan datang bersama Syekh Arsyad al banjari dari Mekkah.
Kepercayaan kepada para datu;
kepercayaan ini umumnya di daerah Kalimantan Selatan. Datu-datu ini
terkenal dalam cerita rakyat berupa mitologi mengenai macam-macam aspek,
umpanya datuk Pujung, datu pegunungan bukit Meratus, datu Kertamina,
datu yang mneguasai para buaya, datuk Sapala dan sebagainya.
Kepercayaan
kepada makhluk-makhluk halus. Makhluk-makhluk halus yang mendiami
gundukan tanah (belah mika), punggur kayu, jenis-jenis kayu tertentu,
parit sungat dan sebagainya.
Jenis-jenis
hantu ini adalah: hantu kisut atau datung kebayan, sundel bolong, hantu
suluh, (malam hari), agaman atau tak kau, merupakan diri sebagai kucing
hitam yang bisa berubah menjadi sebesar kerbau dan sebagainya.
Wanita-wanita
yang mempunyai pengajian ilmu yang salah, baik terhadap diri maupun
untuk menguasai suami, dengan menggunakan minyak guna-guna, memakan
jenis guna-guna yang kotor berupa makan atau minuman, matinya menjadi
hantu orang dan disebut pejadian. Jenis ini disebut sandah.
Begitu
selesai ditanam, mereka bangkit pada senja malamnya, menamu keluarga,
minta makan dan sebagainya. Pejadian ini baunya seperti nanah manusia
yang membusuk. Sedangkan laki-laki yang memakan jenis-jenis minyak
pujaan untuk menjadi jagoan, seperti memakan minyak gajah, minyak
gangsa, minyak bintang, rangka riang semua matinya menjadi hantu. Yang
makan rangka irang mati menjadi babi, berjalan pada kaki tangan dan
membongkar comberan.
0 komentar:
Posting Komentar