Sabtu, 13 Desember 2014

Masjid Luar Batang – Jakarta Pusat

Untitled_1374216941.jpg
 
Masjid Luar Batang Jakarta Selatan (foto via Indonesia-heritage.net)
Masjid Luar Batang terletak di Jalan Luar Batang V No. 1 RT 004 RW 03, Kampung Luar Batang, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, Propinsi DKI Jakarta. Masjid ini terletak di tengah-tengah pemukiman penduduk. Di masjid ini terdapat makam seorang ulama bernama Al Habib Husein bin Abubakar bin Abdillah Al 'Aydrus yang meninggal pada tanggal 24 Juni 1756. Nama masjid ini diberikan sesuai dengan julukan Habib Husein, yaitu Habib Luar Batang. Ia dijuluki demikian karena konon dahulu ketika Habib Husein meninggal dan hendak dikuburkan di sekitar Tanah Abang, tiba-tiba jenazahnya sudah tidak ada di dalam "kurung batang". Hal tersebut berlangsung sampai tiga kali. Akhirnya para jama'ah kala itu bermufakat untuk memakamkan beliau di tempatnya sekarang ini. Jadi maksudnya, keluar dari "kurung batang". Masjid ini sering didatangi peziarah dari berbagai pelosok tanah air
Masjid Luar Batang dibangun oleh Sayid Husein bin Abubakar Alaydrus pada tahun 1739. Masjid ini pada awalnya merupakan sebuah mushala dan sekaligus tempat pengajian. Tanah tempat bangunan ini merupakan hadiah dari Gubernur Jenderal VOC kepada beliau atas jasanya terhadap kompeni. Sayid Husein bin Abubakar Alaydrus selain pendiri masjid, juga penyebar agama Islam, beliau dimuliakan oleh murid-muridnya dan makamnya dikeramatkan.
Bangunan Masjid Luar Batang telah mengalami beberapa pemugaran. Pada awalnya makan Sayid Husein berada di bagian luar atau halaman masjid, namun setelah diadakan perluasan, makam tersebut sekarang berada di dalam bangunan masjid. Kemudian pembangunan masjid baru yang terletak di sisi barat bangunan lama dilakukan oleh Yayasan Masjid Luar Batang, swadaya masyarakat, dan Pemerintah DKI Jakarta.
 
Gerbang Masjid Luar Batang pada masa lampau (foto via Wikipedia)
Deskripsi Bangunan
Masjid Luar Batang terdiri atas dua buah bangunan yaitu bangunan lama dari bangunan baru. Kedua bangunan dikelilingi oleh tembok. Pintu gerbang untuk masuk ke masjid terletak di sisi timur, terbuat dari beton. Di bagian atas gerbang terdapat lengkungan besar dan bagian atasnya terdapat panel dari beton dicat berwarna biru. Pada panel dihiasi tulisan kaligrafi dari kalimat tauhid. Di kiri kanan bagian atas panel terdapat tiang berbentuk segi delapan dan pada puncaknya terdapat hiasan bulat berbentuk kubah. Pada gerbang dalam terdapat lengkungan yang lebih kecl dari pada lengkungan gerbang bagian luar. Pada tiang gerbang bagian dalam ini terdapat hiasan berbentuk pelipit di atasnya.
Sebelum memasuki ruangan masjid, di bagian depan terdapat pelataran dan di sebelah kanannya terdapat tempat wudhu berbentuk kran air sebanyak delapan buah pada dinding yang dilapis keramik. Di sisi kanan pelataran terdapat sebuah kentongan yang tingginya kurang lebih 1,40 cm, dicat dengan warna hijau. Di tengah-tengah pelataran ini terdapat sebuah sumur tua dengan garis tengah 80 cm yang diberi cungkup dan disangga oleh dua buah tiang. Sumur ini tidak berfungsi lagi karena airnya sudah tercemar dengan air laut, bahkan untuk menandai tinggi air laut dapat dilihat dengan tingginya air sumur ini.
Di sebelah kiri bagian depan pelataran terdapat ruangan pawestren yang digunakan sebagai tempat shalat wanita. Kadang-kadang ruangan ini juga dimanfaatkan sebagai tempat menginap sambil menunggu berziarah. Bersebelahan dengan ruang pawestrenini terdapat ruang yang dipakai untuk kantor Yayasan Masjid.
Sebelum masuk ke ruang utama masjid, terdapat serambi yang disangga oleh delapan buah tiang balik langit-langit. Bagian bawah tiang berupa umpak berbentuk segi empat, badan tiang berbentuk  slindris berhias jalur-jalur, makin ke atas, makin kecil dan bagian atasnya terdapat makam yang dikeramatkan yaitu makam Sayid Husein bin Abubakar Alaydrus yang wafat tanggal 29 Ramadhan 1169 H. Dia adalah pendiri masjid ini. Makam diberi cungkup dan ditutup dengan kain berwarna hijau. Disamping itu terdapat pula makam salah seorang muridnya yang bernama Abdul Kadir bin Adam. Kedua makam dulunya terletak di luar masjid, karena perluasan bangunan, sekarang berada di dalam ruangan masjid.
Di dalam ruangan utama masjid ini terdapat mihrab, bagian yang dulunya diperkirakan tempat mihrab, ditempatkan tangga naik ke bangunan baru setinggi 1,7 m. Kemudian di atasnya terdapat dua buah pintu masuk menuju ruang utama bangunan masjid baru. Bangunan masjid baru terbuat dari tembok, atap dari genteng, berbentuk limasan, terletak sebelah barat bangunan lama dan menyatu dengan bangunan lama. Masjid ini menghadap kea rah selatan, di halaman selatan ini terdapat pelataran dan di sisi kiri terdapat sebuah menara yang terbuat dari beton berbentuk bulat dan makin ke atas makin kecil. Di bagian atas menara ini terdapat pelataran yang melingkari menara, di atas pelataran terdapat jendela kaca sebanyak enam buah mengelilingi menara berhiaskan tulisan kaligrafi. Bagian atasnya ditutup dengan atap berbentuk kubah, terbuat dari beton. Pada puncak kubahnya terdapat hiasan bola-bola.
 
Keadaan dalam ruangan Masjid Luar Batang (foto via rabithah-alawiyah.org)
Di sisi selatan bangunan induk terdapat serambi, berbentuk memanjang sebelum memasuki serambi terdapat tiga buah anak tangga. Serambi ditopang oleh tujuh buah tiang beton berbentuk persegi, bagian bawah serambi dibatasi oleh tembok dan batu kerrawang berwarna coklat setinggi kurang lebih 1 m. Di sisi barat juga terdapat tujuh buah tiang beton sebagai penyangga atap. Di ruang serambi selatan ini terdapat enam buah pintu kaba berbentuk pintu dorong untuk masuk ke ruang utama. Ruang utama bangunan masjid baru ini berbentuk persegi empat dengan luas 386 m2 , lantai keramik berwarna putih, dinding bagian dalam tembok dilapisi marmer berwarna krem.
Di dalam ruang utama ini terdapat tiang, mihrab dan mibar. Tiang di ruangan ini berjumlah delapan buah berbentuk persegi empat dengan tinggi kurang lebih 4 m. Di bagian kaki tiang terdapat umpak, badan tiang dihiasi dengan jalur-jalur dan di bagian atasnya terdapat pelipit. Tiang ini tidak berfungsi sebagai penyangga bangunan, hanya sebagai hiasan saja.
Di sisi barat terdapat empat buah tiang lagi berbentuk bulat, di bagian atasnya terdapat pelipit. Keempat tiang ini membentuk tiga buah relung, pada relung-relung itu terdapat hiasan berbentuk lekukan-lekukan kecil. Ruangan pada relung ini berukuran 4 x 3,5 m, pada relung sebelah kiri terdapat mimbar terbuat dari kayu mempunyai tiga anak tangga, pada dinding belakang mimbar terdapat jam penunjuk waktu shalat. Relung yang ditengah untuk tempat imam memimpin shalat, sedangkan relung di sebeleh kiri terdapat sebuah jam, berukuran kurang lebih 1,5 m. Pintu kaca dorong seperti di sisi selatan terdapat pula di sisi utara berjumlah empat buah. Di bagian luar sisi itara ini juga terdapat serambi seperti sisi selatan kemudian di luarnya terdapat pelataran. Di sisi timur terdapat dua buah pintu dorong yang menghubungkan bangunan baru dengan bangunan lama, di atas pintu ini terdapat hiasan berbentuk ukiran tebuat dari kayu.
 
Para peziarah yang mendatangi makam Sayid Husein bin Abubakar Alaydrus (foto via detik travel)

0 komentar:

Posting Komentar