Pada
tanggal 6 Desember 2004 di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta, Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan Kawasan Kars Gunung Sewu dan
Gombong Selatan sebagai kawasan Eco Karst. Selanjutnya,
terjalin kerja sama Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dengan
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk membangun Museum Kars Indonesia. Pada tanggal 30 Juni 2009 Museum Kars Indonesia diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Museum Kars Indonesia dinilai
sebagai museum terbesar dan terunik di Indonesia, bahkan Asia Tenggara.
Di Indonesia sendiri terdapat setidaknya tiga museum kars, tetapi hanya
Museum Kars Indonesia ini yang menggambarkan
keseluruhan kondisi di Indonesia. Kars merupakan isilah dari bahasa
Yugoslavia yang merujuk pada wilayah yang terdiri atas batuan yang mudah
larut, seperti batu gamping.
Konsep pembangunan Museum Kars Indonesia merupakan perpaduan antara bangunan fisik dan lingkungan alam di sekitarnya. Kawasan Museum Kars Indonesia memiliki luas 24,60 hektar, yang membentuk lembah di antara bukit-bukit kars.
Desain
bangunan utama museum terbagi atas lobi, dua lantai ruang peraga, dan
satu lantai ruang serbaguna. Ruang serbaguna ini bisa berfungsi sebagai
ruang pemutaran film/teater atau ruang auditorium.
Ruang
peraga lantai pertama bertema “Kars untuk ilmu pengetahuan” menampilkan
panel poster dan sejumlah koleksi. Panel-panel itu menjelaskan sebaran
dan bentuk kars di dunia, proses terjadinya batu gamping, proses
terjadinya topografi kars, mineral pembentuk batu gamping (kalsit dan
dolomit), serta tipe dan sebaran kars di Indonesia.
Ruang
peraga lantai dasar bertema “Kars untuk Kehidupan”, juga menampilkan
panel poster dan sejumlah koleksi. Materinya tentang konservasi dan
pengelolaan kawasan kars, aneka ragam nilai kawasan kars, kondisi social
budaya masa lalu dan masa kini, keragaman flora dan fauna di kawasan
kars, serta air dan tanah di kawasan kars.
Di
ruangan ini juga terdapat maket yang menggambarkan tipe-tipe utama kars
yang ada di Indonesia, pembentukan kars, dan replika gua kars. Salah
satu koleksi museum ini adalah replika manusia kerdil yang merupakan
hasil rekonstruksi dari fosil tengkorak dan kerangka Homo floresiensis
yang ditemukan di Gua Liang Bua, NTT. Beberapa panel informasi
dilengkapi lampu dan televise yang akan menyala bila pengunjung menekan
tombol.
0 komentar:
Posting Komentar